TPOL (36) "CEMBURU?"

88 10 0
                                    




Setelah selesai makan bersama keluarganya, Ray tidak langsung pergi ke kamar melainkan memainkan Hpnya di meja makan itu. Sedari tadi cowok itu kegiatanya hanya satu yaitu mengirimi pesan kepada temannya Ozy. Isi dari pesan tersebut hanya empat kata yang Ray tanyakan yaitu Zy lo di mana?, tapi yang membuat dirinya ngeri sendiri adalah dengan pesan yang ia kirimkan itu tidak satu atau dua kali, melainkan sepuluh kali.

Kalian semua pasti bertanya-tanya, ada apa dengan Ray? Jawabanya adalah saat istirahat sekolah tadi ia mendengar percakapan Ozy yang meminta Ify agar pulang bareng dan jalan bareng. Biasa aja sih sebenarnya, Cuma yaitu Ray juga gatau kenapa ia jadi cemas sendiri ya? Ray jadi menyesal telah mendengar percakapan mereka. Lgai-lagi Ray gamau denger deh, gamau!

Ini lagi si Ozy, kenapa gak bales sih? keasikan jalan bareng sama Ify apa beginimana? Tapi, setelah dipikir-pikir kenapa ia begitu memikirkan hubungan mereka ya? sebenarnya sih boso amat cewek itu mau jalan sama siapa juga? Toh Ify hanya musuh kan? Sepeti yang cewek itu katanya padanya.

Tanpa sadar, dua orang cewek telah memerhatikannya sejak tadi. Reska-Ibu Ray- melirik Cantika-ponakannya-.

"Ray putus cinta?" bisik Reska pelan.

Cantika nampak berpikir, "Sepertinya nggak deh tan, kak Ray kan Jomblo."

"Kamu kata siapa?"

"Ih tante kaya yang gatau kak Ray aja. Emangnya kak Ray pernah cerita sama tante kalau dia punya pacar?" tanya Cantika, Reska menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa tuh mukanya gitu?" Reska hanya tidak suka aja, lihat wajah putranya yang sama sekali tidak enak di lihat. "Sebel banget tante lihat mukanya."

Cantika mendongkak, "Sama, Cantika juga gak suka lihat muka kak Ray gitu, gak ganteng."

"Tanyain gih Can sama kamu," suruh Reska.

"Ih gamau ah tan, yang ada malah Cantika yang di semprot."

"Gimana sih kamu, padahal tante udah kepo banget."

"Ih tante mah ada-ada aja." Cantika menggelengkan kepalanya, ada ya Ibu yang kaya tantenya gini?

Keheningan pun tiba, mereka sibuk dnegan pikirannya masing-masing. Nmaun, tidka lama dari itu suara panggilan untuk Ray membuat semua yang berada di situ menoleh ke arah suara.

"Ray!" panggil Reska. Ia sudah tidak sabar dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya untuk ia tanyakan pada putranya ini.

"Apa?"

"kamu kenapa sih?"

"Apanya?" tanya Ray bingung, sebab ia merasa sedari tadi tidak melakukan apapun.

"Itu muka kamu, kenapa di tekuk gitu? Jelek tahu, Ibu gak suka lihat kamu cemberut terus," bebernya.

"Nggak, siapa juga yang cemberut."

"Diputusin Cinta?!"

Eh, eh sebentar, ini Ibunya sendirikan yang ngomong? Kok sotau? Aduh untung Ibunya sediri yang bilang, nyelekit ya ngomongnya. Mamanya lagi ngeledek atau gimana sih? Ray gak ngerti, sumpah. Ibunya gatau apa kalau anaknya lagi galau karena cemburu bukan karena diputusin? Kan anaknya jomblo, mau diputusin gimana coba? Bisa Ray rasakan di sebrang sana Cantika sudah tertawa puas dengan sidiran itu.  Dia kan tahu semua apa yang Ray rasakan, sotau juga sih sebenarnya.

"Siapa yang diputusin sih bu," kata Ray malas.

"Itu, terus kamu kenapa?"

"Lagi badmood aja."

"Kaya cewek aja moody-an."

"Tau ah, lagi males ngomong. Ray ke kamar dulu ya."

Saat itu juga Ray langsung melangkah pergi menuju kamarnya. Sedangkan Reska hanya menatap putranya itu dengan khawatir, beda dengan Cantika yang masih saja menertawakan sepupunya itu.

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang