TPOL (32) "Janji?"

82 9 0
                                    


Shilla menyernyit, menatap Ify heran. Sedari tadi yang ia lihat pada cewek itu hanya melamun. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Padahal jam pelajaran masih berjalan, untung saja Bu Tuti hanya sedang keluar dan mneyuruhnya hanya menulis catatan yang ada di papan tulis.

"Fy!" panggil Shilla di tengah-tengah menulis catatannya.

Ify menoleh, "Apa?"

"Kenapa sih ngelamun mulu?"

Cewek itu menarik nafas, lalu menggeleng. Shilla tersenyum, mungkin Ify sedang membutuhkan waktu untuk bercerita kepadanya.

"Ya udah, sekarang lo kerjain lagi tuh nulisnya keburu bu Tuti masuk," suruh Shilla.

Ify tersenyum mengangguk, ia melihat Shilla kembali mencatat tugasnya. Sekilas Ify melirik papan tulis, moodnya sedang tidak baik. Ia jadi malas mengerjakan tulisannya yang sedikit lagi padahal. Pikiran Ify sekarang itu hanya pada satu cowok yang terus mengiang di kepalanya. Ozy, apa cowok itu lupa dengan janjinya semalam? Kalau tadi itu harusnya ia berangkat sekolah bareng dengan dirinya.

Tapi, Ify kembali berpikir positif. Mungkin saja cowok itu memang lupa, tapi yang membuat ia heran kenapa Ozy begitu biasa saja saat matanya bertemu, nyapa saja tidak.

*****

Lima menit bel istirahat sudah berbunyi, Ify maupun Shilla belum juga melangkah ke kantin. Saat ini keduanya sedang duduk di depan kelasnya.

"Shill, kayanya gue gaakan ke kantin dulu deh. Lo ikut Via sama Acha aja dulu ya? kayanya kelas mereka bentar lagi keluar deh." Ify melirik ke arah kelas sebelah yang masih tertutup.

"Loh kenapa Fy? Emangnya lo gak laper?"

"Nggak kok Shill," kata Ify dengan senyum tipisnya.

"Terus lo mau kemana?"

"Perpus mungkin?" jawabnya cuek.

"Lo sakit ya Fy? Uks aja yuk!" Ify menyingkirkan tangan Shilla di dahinya.

"Nggak kok Shil, gue gapapa beneran. Lagi pengen ke perpus aja." Ify menunjukkan senyumnya.

"Beneran?" tanya Shilla memastikan. Sebab, sedari tadi yang ia lihat dari Ify hanya melamun saja. Ngomong pun hanya seperlunya, ia takut cewek itu sedang sakit. Tapi, tidak bilang padanya.

Ify mengangguk mantap, "Serius deh, gue gapapa. Buktinya jidat gue gak panas kan pas lo pegang."

"Iya sih." Shilla menganggu. "Atau lo mau gue temenin ke perpus nya?" lanjutnya.

"Gausah, lo kantin aja gapapa. Gue beneran gak laper kok." Ify menunjukkan senyumnya. "Sorry ya gue gak bisa ikut ke kantin bareng kalian," ucapnya.

"Yaudah deh, kalau lo laper langusng ke kantin ya susul kita. Jangan nahan laper." Ify tersenyum, Shilla sangat perhatian.

"Iya."

"Kalau gitu lo mau ke perpus sekarang?"

"Nggak, gue tungguin lo sampe kelas Via keluar."

"Gapapa, kalau mau duluan-duluan aja. Kayanya bentar lagi mereka keluar."

"Yaudah deh kalau gitu gue ke perpus sekarang ya."

"Iyaa," jawab Shilla. Ia menatap kepergian Ify sampai cewek itu benar-benar menghilang dari penglihatannya. Tak lama dari itu, Shilla mendengar suara yang memanggilnya dari belakang. Saat di lihat, Via dan Acha sudah berjalan ke arahnya.

*****

Setelah selesai membaca buku, ia segera mengembalikan buku tersebut ke tempat semula. Lalu, ia melirik jam. Waktu istirahat masih tersisa beberapa menit lagi, mungkin masih cukup untuk ia pergi ke kantin mengisi perutnya yang sekarang sudah mulai lapar.

Ify mengeluarkan ponselnya dari saku, mengirim pesan pada Shilla. Apakah temannya itu masih berada di kantin? Tak butuh waktu lama untuk Ify mendapatkan jawaban dari Shilla, ternyata teman-temannya masih berada di kantin. Ify akan menyusul kesana.

Saat langkahnya berbelok menuju kantin, tiba-tiba tak sengaja dirinya di kagetkan dengan seorang cowok. Ify bisa merasakan jika cowok itu pun sama kagetnya.

"Eh sorry," ucap cowok itu.

Ify mengangguk, ia lagi tidak mau berdebat dengan cowok ini. Jadi ia hanya menganggukkan kepala saja sebagai jawaban bahwa dirinya baik-baik saja.

"Gue duluan," kata Ify yang langsung melangkah.

Ray pun sempat kaget, kenapa dengan cewek itu? Biasanya terlihat jutek kalau berada di depannya. apa ia tidak salah dengar juga kalau cewek itu bicara padanya. Atau cewek itu sedang sakit? Terlihat sekali jika tadi wajahnya sangat lesu. Ray pun menghilangkan pikirannya. Apa pedulinya kalau dia sakit? Toh cewek itu pun selama ini membenci dirinya.

Di sisi lain, Ify kembali melangkah meninggalkan Ray yang sekarang sedang apa Ify tidak tahu. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti.

"Kak Ozy!"

"Ify! Gue cariin lo dari tadi, di kelas gaada. Taunya di sini, lo dari mana?"

Bibir Ify sedikit terangkat saat melihat Ozy, "Dari perpus kak, kenapa?"

"Sorry tadi pagi gue gak jadi jemput lo," sesal Ozy.

Bentar-bentar jadi kak Ozy itu sebenarnya tidak lupa kan dengan janjinya. Terus apa dong yang membuatnya tidak jadi menjemput?

"Iya gapapa," Sebenarnya ingin sekali Ify mencecar pertanyaan kepada Ozy. Tapi setelah melihat cowok itu di depanya, seketika rasa kesalnya sudah hilang. Huh dasar Ozy, bisa aja bikin Ify meleleh.

"Sebagai gantinya, gue ajak lo jalan deh pulang sekolah sekarang. Bisa?" kata Ozy, membuat Ify bergeming tidak menyangka.

"Bisa gak Fy? Lo marah ya sama gue?" tanya Ozy hati-hati.

"Ah oh nggak kak."

"Jadi lo gak bisa?" terlihat sekali raut wajah Ozy sekarang, seperti menyesal.

"Bukan kak! Maksud Ify, iya bisa kok pulang sekolah sekarang."

Ozy tersenyum, "Yaudah pulang sekolah sekarang ya? gue tunggu."

"Iya."

Tanpa di sadari keduannya, seseorang sedang menguping pembicaraanya.

*****

To Be Contonue

Gimana sama part ini? :)

Silahkan beri kritik dan saran

Terimakasih.

Follow ig: Amregitaa

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang