Exist

15.4K 1K 339
                                    

Cast :

• BTS Jungkook as Jeon Jungkook
• You as Min Leena/Alina
• BTS Suga as Min Yoongi
• Gfriend Yerin as Kim Ara
• BTS V as Kim Taehyung
• BTS Jimin as Park Jimin
• BTS J-Hope as Jung Hoseok
• BTS RM as Kim Namjoon
•BTS Jin as Kim Seokjin

PERINGATAN!

•Baca perlahan, ngga usah buru-buru😊
Kindly beri penulis apresiasi berupa komentar saran/kritik yang membangun☺vote juga boleh🙃
•Kemungkinan update hanya 3-4kali sebulan, dikarenakan Diva sudah SMA😅sibuk, tugas banyak😅
•Selamat membaca dan menikmati💕



***


Suara petir menggelegar. Hujan turun begitu deras. Aku baru menyadari sesuatu yang mengerikan telah menimpaku. Menimpa keluargaku. Mobil yang kami tumpangi bertabrakan dengan mobil lain dan tergelincir hingga menabrak pohon yang ada dekat dengan tepi jurang. Aku yang duduk di jok belakang hanya mengalami benturan kecil dan beberapa luka di tangan dan kaki karena pecahan kaca jendela mobil. Namun, kedua orangtuaku...

Ayah duduk di bangku kemudi. Ibu duduk di samping Ayah. Mereka semua tak sadarkan diri. Darah mengucur dari pelipis mereka. Aku berteriak untuk menyadarkan mereka. Rasanya begitu panik. Mobil yang menabrak kami hilang melarikan diri.

"Ayah! Ibu! Bangun!"

Aku keluar dari mobil. Ingin mencari bantuan. Namun, sial, jalan yang kami lalui adalah jalan yang sepi dan jauh dari rumah penduduk. Sampai kemudian, terdengar suara lemah Ibu memanggil namaku. Syukurlah, ibuku masih sadar.

"A—Lee.—Lari! Lari, nak!"pekik Ibu di tengah suara petir yang menggelegar.

Aku menggelengkan kepala.

"Lina mau cari bantuan! Lina tak mau meninggalkan kalian!"
"Lari, Alina! Ibu—dan Ayah—akan... akan menemuimu di sana... Ce—cepat pergi, Alina!"

Aku hanya bisa menangis. Namun setelah Ibu mengatakan kalimat itu, Ibu tak sadarkan diri. Aku memutuskan untuk berlari meninggalkan mereka. Berlari sejauh mungkin. Namun, aku tergelincir dan jatuh ke dalam sungai.

Semakin dalam.

Dalam.

Dalam.

Gelap.

Aku... .

Kurasa... .

Aku... .

Akan mati.

"Aaaaaaaaa!"

Aku terbangun.

Ternyata hanya sebuah mimpi buruk.

Ini ketiga kalinya aku bermimpi buruk. Air mata mengalir turun membasahi pipiku. Keringat dingin menetes dari pelipisku. Aku takut.

"Lee Na?"

"Yoongi oppa—maaf. Alina mengangetkan oppa ya?"

"Tidak apa apa. Apa kau bermimpi buruk lagi?"

Aku mengangguk.

"Aku takut."

Yoongi turun dari tempat tidurnya dan menghampiriku. Kemudian ia duduk di tepi tempat tidurku dan memelukku.

"Tenang, Alina. Yoongi selalu disini,"ujarnya seraya membelai rambutku dengan lembut. Ia pun menyuruhku tidur kembali dan menyelimutiku.

"Tidur yang nyenyak, ya. Besok kau harus menghadiri banyak kelas. Selamat malam, Alina."

"Malam, oppa."

Aku menarik selimut sampai menutupi leher. Jika sudah terbangun begini, aku akan sulit untuk tidur lagi. Tanganku bergerak mengambil earphone dan ponselku dari nakas yang ada di samping tempat tidurku. Aku membuka fitur pemutar musik dan memasang headset di ponsel. Mungkin mendengarkan musik klasik akan membuatku tertidur.

Paginya aku terbangun. Meski setelah mimpi buruk itu datang aku bisa tertidur kembali, tetap saja aku masih merasa mengantuk.

Aku menengok ke arah tempat tidur Yoongi. Seperti biasa, aku bangun lebih awal darinya. Mungkin Yoongi lelah dengan tugas kuliah. Menurutku, Yoongi adalah mahasiswa yang rajin. Ia tak pernah mengumpulkan tugas lewat dari deadline. Aku bangga dengannya.

"Yoongi oppa! Bangun! Bukankah pagi ini oppa ada kelas?"

Yoongi menggeliat dan melenguh dengan matanya yang masih terpejam. Ia bahkan semakin menenggelamkan dirinya ke dalam selimut.

"Yoongi oppa!"

Tak lama kemudian, Yoongi bangun, namun matanya masih terpejam. Aku tertawa keras. Membuat Yoongi sontak membuka matanya.

"Kenapa tertawa?"tanyanya dengan suaranya yang serak dan berat. Suara khas pria yang baru saja bangun tidur.

"Kau lucu ketika bangun tidur. Matamu terlihat makin sipit. Jadi terlihat seperti tak punya mata,"jawabku dengan terkekeh lagi.

Yoongi ikut tertawa. Setelahnya Yoongi malah menghempaskan tubuhnya ke tempat tidurnya yang empuk itu.

"Yak! Kenapa tidur lagi?! Bangun!"

"Ughh... oppa capek. Bolos kuliah sekali tidak akan mati juga 'kan?"ujarnya sambil menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal.

"Hari ini kau dapat kelas apa?"

Aku yang menyerah pun beranjak dan mengambil handuk dan pakaian. Bersiap mandi.

"Ekonomi perusahaan. Dosennya menyebalkan! Aku bolos saja,"ujarnya.

Aku menghela nafas.

"Yah sudahlah. Terserah, oppa."

Dengan begitu aku pun masuk ke dalam kamar mandi.

Tiba-tiba aku teringat mimpi semalam. Bukan, itu bukan sepenuhnya mimpi. Itu adalah memori terburuk yang pernah kualami selama 17 tahun aku hidup. Peristiwa yang menyebabkan aku menjadi anak yatim piatu. Peristiwa yang menyebabkan aku yang tak punya siapa-siapa lagi. Namun, Tuhan masih memberiku keberuntungan. Keluarga Min mengangkatku sebagai anaknya. Aku sudah hidup bersama mereka selama kurang lebih 10 tahun semenjak kecelakan kedua orangtuaku saat aku berumur 7 tahun.

Aku tidak mau mengingatnya lagi, tetapi tetap saja peristiwa itu sulit dilupakan.

Tak lama kemudian, aku selesai membersihkan diri dan sudah bersiap sarapan. Sempat kutengok Yoongi yang masih melanjutkan tidurnya. Ia pasti kelelahan.

"Yoongi oppa! Aku sudah memasakkan sarapan untukmu! Minholy juga sudah kukasih makan. Aku berangkat ya!"

Terdengar sahutan dari dalam kamar Yoongi. Oke saatnya berangkat!

❣❣❣

An : masih awalah hehe
Vomment ya armydeul😍

Endless Feeling [✔]jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang