Extra Part : Karma

2.1K 205 18
                                    

"Tidak dan tidak. Maafkan aku. Tetapi terakhir kali kau mengajak putriku berkencan, dia pulang seorang diri dan menangis. Aku tak mau itu terjadi lagi."

Itu adalah kalimat Jungkook tepat sebelum ia menutup pintu rumah. Aku yang sedang duduk di ruang tengah hanya menghela nafas.

"Appa! Yang benar saja! Dia hanya mengajakku menonton film!"

Kalau itu adalah kalimat Jeon Hara, anakku yang kedua. Aku tertawa kecil. Ia pasti sangat merasa kesal dengan ayahnya. Mereka berjalan menghampiriku dan duduk di sampingku. Jungkook duduk di sebelah kanan dan Hara duduk di sebelah kiri. Mereka saling diam.

Aku tertawa melihat interaksi mereka.

"Eomma! Bantu aku bujuk appa!"

Aku menengok ke arah Hara. Tangannya terlipat di depan dada dan bibirnya mengerucut seperti anak umur lima tahun yang tidak diperbolehkan makan permen.

"Ini tidak akan mudah, sayang. Ayahmu memang sedikit keras. Ia melarang Soobin karena tak ingin kau kecewa dan sedih lagi," ucapku seraya menghadiahi Hara sebuah kecupan kecil di ujung kepalanya.

Namun, Hara masih terdiam. Ia melirik ayahnya dengan ekspresi yang terlihat kesal. Sangat kesal karena ayahnya yang terlalu posesif pada dirinya dan tidak  membiarkan kekasihnya mengajaknya kencan lagi.

"Jungkook," panggilku lembut. Aku menatapnya.

"Remaja itu menyebalkan," tukasnya. Aku tertawa.

"Hei, kau seperti tak pernah muda saja," ucapku.

Jungkook melunak. Ia balas menatapku.
"Aku hanya tak ingin melihat Hara bersedih lagi, sayang. Itu akan mengingatkanku pada--"

"Masa lalu kita?" potongku. Aku tersenyum.

"Hei. Ingat saat kau membujukku di perpustakaan saat kuliah dulu?" tanyaku. Sementara itu aku dapat menyadari Hara yang tampak menguping. Ah, ya. Gadis tujuh belas tahun itu memang sangat antusias pada masa lalu orangtuanya.

Jungkook mengangguk.
"Kau memberiku kesempatan lain agar kau menerimaku lagi."

"Betul sekali. Mungkin kau juga harus memberikan kesempatan kedua untuk Soobin itu," bujukku.

"Benar sekali," Hara bersuara. Ia beringsut mendekatiku. Sementara itu Jungkook menatapnya dengan tatapan tegas.

"Ayolah, sayang," bujukku lagi seraya membelai pundaknya. Jungkook memijat kening dan menghela nafas. Ia berpikir cukup lama hingga akhirnya ia berbicara lagi.

"Baiklah," putusnya. Mata Hara berbinar.

"Benarkah, appa? Aku boleh pergi bersama Soobin?" tanya Hara memastikan. Jungkook mengangguk.

"Sekali lagi si Soobin itu membuatmu menangis, ayah tak akan membiarkannya menemuimu lagi, Hara. Paham?" ancam Jungkook. Aku tersenyum. Sementara itu Hara beranjak mendekati Jungkook dan memeluk ayahnya itu erat.

"Percayalah padaku, appa. Soobin itu anak yang baik. Dia tidak akan mengecewakanku," bela Hara pada Soobin. Jungkook mendengus.

"Kau tidak tegas seperti eomma-mu dulu," jawab Jungkook. Aku tertawa kecil.

Hara pun segera beranjak dan menyusul Soobin yang nampaknya masih berada di depan gerbang. Itu yang kusuka dari Soobin. Dia tidak pernah menyerah meskipun harus menghadapi Jungkook yang sangat protektif terhadap Hara.

"Hara-ya," panggil Jungkook seraya beranjak dari kursinya. Hara menghentikan langkah dan berbalik. Wajahnya menunjukkan gurat takut.

Tak disangka, Jungkook tersenyum.
"Appa ingin kau bersenang-senang. Jadi, jangan sampai Soobin itu menyakitimu, oke?"

Hara menghambur ke pelukan Jungkook.
"Terima kasih, appa,"

Jungkook membalas pelukan Hara dan membelai rambut anak keduanya itu. Aku beranjak dan ikut dalam pelukan mereka.
"Gadis appa sudah besar rupanya," ujar Jungkook.

Hara tersenyum.
"Hara pergi dulu, eomma, appa!"

"Hati-hati," ucapku.

"Harus sudah ada di kamarmu sebelum pukul sembilan malam," tegas Jungkook. Sifat otoriternya muncul lagi.

"Bagaimana jika setengah sepuluh?" tawar Hara. Aku menatapnya seolah mataku mengatakan 'itu bukan ide yang bagus,'. Hara menyengir saat melihat ayahnya menatapnya kian tegas.

"Baiklah. Pukul sembilan," ucap Hara seraya berbalik dan berlari menuju pintu rumah.

Aku menghela nafas. Sementara itu Jungkook merangkul pundakku. Aku mendongak menatapnya.

"Ada apa?" tanyaku.

Jungkook menyengir dan mengendikkan bahu.
"Sepertinya aku terkena karma karena dulu terlalu posesif denganmu."

Aku tertawa dan mencium pipinya.
"Oke, sekarang bagaimana dengan anak pertama kita? Apa dia berhasil mengencani gadis yang ia sukai?"

***

HALOOOOO!
ADA EXTRA CHAPTER NIH BUAT KALIAN HAHA.
Jadi tiba-tiba aku punya ide buat bikin ff TXT, tapi tokohnya itu berkaitan sama anaknya Jungkook sama Alina gitu eheheh

Semoga kalian suka ya <3
Love,

Div.

Endless Feeling [✔]jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang