Day 5

2.3K 346 12
                                    

Bukan Jeon Jungkook namanya jika tidak berhenti menggangguku sebelum aku merasa terganggu. Aku tau ia sudah terlampau sehat dibandingkan kondisinya kemarin. Namun, bisakah ia membiarkanku menjalani hidup dengan tenang, sehari saja.

"Ya, menyingkirlah!"seruku saat ia mulai lancang mencium leherku dengan kecupan-kecupan kecil menyertainya. Tangan kirinya masih melingkari perutku. Sekedar informasi, ini adalah kebiasaan Jungkook jika ia sudah mulai putus asa karena kesulitan membangunkan diriku dari tidurku.

"Bangun, gadis malas,"bisiknya. Hembusan nafas beraoma mint yang hangat itu menerpa leherku. Sama sekali tidak membuatku merasa nyaman. Sebaliknya, aku justru merasa geli.

"Aku masih mengantuk,"ucapku dengan suara serak yang terdengar mengerikan. Bahkan nada bicaraku terdengar seperti rengekan kekanakan.

Jungkook melepaskan pelukannya, membuatku menghela nafas dalam diam. Syukurlah.

"Lina-ya! Bangunlah! Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat!"serunya dengan suara yang terdengar lucu.

"Diam saja di rumah. Jaga kesehatanmu,"tuturku lagi.

Ia terduduk di sampingku yang masih terbaring membelakangi dirinya.

"Tidak. Ayo kita ke Busan."

Sejenak, aku hanya diam. Namun, saat dua detik kemudian, aku tersadar akan kalimat yang baru saja ia ucapkan. Aku membuka mataku lebar dan terbangun.

"Kau gila?!"seruku.

Jungkook yang tengah mengaitkan satu persatu kancing kemeja putihnya sempat terperanjat. Namun akhirnya ia tertawa kecil dan mengusak rambutku yang sudah kacau.

"Aku sudah meminta izin pada orangtuamu, mereka mengiyakan."

Aku mendengus.

"Ini tidak adil! Mengapa mereka selalu mengiyakan permintaanmu?"protesku yang hanya dijawab endikan bahu oleh Jungkook.

"Aku ingin mengenalkanmu pada keluargaku di Busan. Halmeoni, samchon, ahjumma, dan lainnya. Tidak akan lama, hanya menginap satu malam, lalu esoknya kita kembali."

Aku merengut. Berakhir dengan ia yang membingkai pipiku dengan kedua tangannya dan mengecup bibirku berkali-kali, sembari membujukku.

"Ayolah, ayolah. Mau, ya? Kumohon. Hanya dua hari."

Aku memandang matanya. Merasakan perubahan yang signifikan pada Jungkook akhir-akhir ini. Ia jadi lebih sering bersikap manja dan lembut. Berbeda seratus delapan puluh derajat dari Jeon Jungkook yang bertingkah arogan dan mengintimidasi saat pertama kali ku mengenalnya. Dalam hati aku bersyukur.

Aku menghela nafas dan mengangguk lemah.

"Nah, bergegaslah. Aku sudah mandi dan mempersiapkan segalanya, jadi aku akan menyiapkan mobil sekarang."

Ia melepaskan tangannya dari pipiku dan beranjak pergi ke arah garasi. Sampai seruanku menghentikan langkahnya. Aku berjalan menghampirinya.

"Jungkook, tentang insiden penembakan itu, apa ada kaitannya denganku? Maksudku, kau tau, aku jadi takut untuk bepergian jauh."

Ia menghela nafas. Menarik tubuhku mendekat, kedua tangannya memeluk pinggangku.

"Tidak sama sekali. Lagipula, aku sudah berhasil membunuh dua di antara tiga orang pelaku penembakan itu. Satu yang lainnya berhasil diamankan oleh kepolisian. Jadi, kau tidak perlu khawatir."

Aku sempat terkejut.

"Wah, benarkah? Kau menembak mereka dengan tepat? Aku tidak tau kalau kau jago senjata seperti ini,"kagumku.

Endless Feeling [✔]jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang