“Pertama, tenang dulu...”
Yoongi itu memang hobi berbicara seenaknya. Aku menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.
“Kedua, kau harus bisa menyamar! Di dalam lemari ada masker, dan kalau kau masih kurang yakin, pakai hoodie.”
“Lalu bagaimana jika mereka akhirnya tau?!”
“Jangan pikirkan gagalnya dulu!”
Aku segera berlarian mengambil jaket hoodie dan masker dari dalam lemari, aku juga menggeraikan rambutku yang tadinya kukucir kuda. Aku pun memakai masker dan hoodie itu dan keluar rumah. Mengatakan pada petugas keamanan untuk membukakan gerbang.
“Mereka teman Yoongi. Biarkan mereka masuk.”
Mobil pun masuk. Aku kembali masuk ke dalam rumah. Yoongi belum menutup teleponnya.
“Kalau sudah menyamar, sambut mereka, bilang kalau kau ini sepupuku atau apalah, buatkan mereka minum dan orderkan pizza atau apapun itu. Oke, aku akan masuk kelas. Good luck, bae!”
‘Good luck, bae’, kau bilang?! Adikmu yang sudah dilecehkan oleh salah satu temanmu yang macam bangsat itu kau biarkan menyambutnya sendiri?!
Dengan begitu, Yoongi menutup teleponnya.
Sial! Sial! Sial!
Aku berbalik dan mendapati mereka ber... satu, dua, tiga, empat, lima. Heh?! Aku tidak salah hitung ‘kan? Yosh! Sepertinya pria yang tadi melakukan pelecehan padaku tidak ada. Huft... syukurlah.
“Permisi? Ini benar rumahnya Suga ‘kan?”ujar salah seorang di antara mereka. Rambutnya coklat dan sedikit dibiarkan berantakan.
Aku mengernyit.
“Suga?”
“Oh... maksudku Yoongi. Min Yoongi.”
Aku mengangguk, “Silahkan masuk.”
Mereka berlima pun masuk dan menempatkan diri di sofa ruang tamu.
Kemudian, salah satu di antara mereka yang berambut hitam bertanya lagi.
“Suga hyung belum balik dari kelas?”“Iya, Yoongi op—eh, mmm... Yoongi dapat kelas siang.”
“Lalu, kau siapa? Setauku Suga hyung tinggal sendiri,”tanya salah satu di antara mereka lagi.
Andai saja aku tau nama mereka masing-masing.
“Aku sepupunya. Mm... aku akan membuat minuman dulu. Yoongi akan pulang setengah jam lagi.”
Mereka mengangguk. Sementara ini aku bisa bernafas lega, sampai saat pria yang tadi pagi menyebutku ‘tikus mungil’ menatapku intens.
Jangan curiga! Jangan curiga! Jangan curiga!
Segera aku berlari menuju dapur dan membuat jus jeruk untuk 5 porsi. Pikiranku terus dipenuhi oleh pria yang menatapku dengan intens tadi. Aku takut dia akan curiga padaku. Bagaimana jika ia curiga?
Seharusnya aku bisa merasa aman meskipun mereka berenam tau siapa aku bagi Yoongi. Tetapi, sekali aku dekat dengan mereka, maka aku akan sulit untuk menjauh dari mereka. Terlebih lagi aku sudah membuat sebuah masalah dengan salah seorang diantara mereka. Aku takut.
Mungkin karena terlalu sibuk dengan kecemasanku, tanpa sengaja aku menyenggol gelas yang ada di atas meja pantry. Kukira gelas itu akan pecah, namun tanpa disangka gelas itu sudah ditangkap oleh tangan seseorang sebelum benar-benar jatuh ke lantai.
Aku membalikkan badan dan sontak terkejut mendapati seorang pria di belakangku yang tengah membungkukkan badannya dengan tangannya yang terjulur menangkap gelas yang hampir terjatuh tadi. Ia kemudian berdiri dan menaruh gelas itu di atas meja pantry.
“Terima kasih,”ucapku pelan. Ia mengangguk dan tersenyum. Tetapi aku jadi ingat bahwa orang ini adalah salah satu dari ketiga orang diantara mereka yang menertawaiku saat aku terjatuh tadi.
Menyebalkan.
“Biar kubantu,”ujarnya seraya mematikan blender dan menuangkan jus jeruk ke masing-masing gelas.
“Kenapa pakai masker?”
Saat itu juga aku langsung berpura-pura bersin.
“Sebenarnya aku agak demam.”
Orang itu mengangguk-angguk. Tiba-tiba tangannya terjulur seperti mengajakku bersalaman.
“Perkenalkan. Namaku Taehyung. Kim Taehyung.”
Aku menjabat tangannya.
“Lina. Namaku Alina.”
“Kau bukan kelahiran Korea, ya?”tanyanya, mungkin heran mendengar namaku yang seperti bukan nama orang Korea pada umumnya.
Tunggu! Aku ‘kan sedang menyamar! Mana mungkin aku memberi tau nama asliku!
“Iya. Mmm... . nama panjangku Alina Stephan. Ayahku keturunan Inggris,”alibiku. Tetapi, aku tidak sepenuhnya berbohong karena ayahku memang benar keturunan Inggris.
“Woah... hey, kau hanya membuat 5 gelas?”
“Eh... ya, aku akan membuatnya lagi.”
“Umm—maaf jika aku terkesan lancang karena masuk dapur orang sembarangan. Yah... ini memang kebiasaan buruk setiap kali aku bermain ke rumah hyung,”ujarnya seraya melompat duduk di meja pantry.
“Hyung? Memangnya kau lahir tahun berapa?”tanyaku seraya membuat jus jeruk lagi.
“Tahun 1995. Tetapi diantara kami bertujuh, aku bukan yang paling muda. Maknae diantara kami adalah Jeon Jungkook. Dia lahir tahun ’97.”
Oh, hanya selisih satu tahun denganku.
“Jadi, Yoongi itu hyung kalian yang paling tua?”tanyaku.
“Tidak juga. Jin hyung yang paling tua. Tanggal 4 Desember nanti ia akan genap berumur 24 tahun.”
Oh, lahiran tahun ’92 rupanya.
“Kau sendiri, berapa umurmu?”
“Tanggal 29 Oktober nanti umurku genap 18 tahun.”
“Woah... . masih kecil sekali kau,”ujarnya asal diakhiri dengan tawa.
Aku menatapnya datar,”Selisih umur kita hanya 3 tahun, tau!”
Ia tertawa. Saat aku bersiap membawa nampan berisi gelas-gelas jus jeruk, ia turun dari meja dan menawarkan bantuan.
“Biar kubantu.”Aku pun menyerahkan nampan dengan hati-hati. Selagi ia mengantarkan nampan itu ke ruang tamu, aku mengambil beberapa kaleng biskuit dan snack dari dalam rak. Yah... sebenarnya itu snack jatahku dan Yoongi. Tetapi mau bagaimana lagi. Tak lupa aku juga order pizza dari Pizza Hot. Aku pun mengantarkan snack itu ke ruang tamu.
Tetapi, langkahku terhenti saat melihat jumlah mereka bertambah satu.
Jungkook ada di sana.
***
Vote or comment juseyo😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Feeling [✔]jjk
Fanfiction"Sejauh manapun aku kehilangan arah, aku yakin semua jalan ini akan menuntunku kembali padamu." *** Aku baru menyadari, hidupku rumit. Penuh suka duka. Balas dendam. Kebencian. Namun, di tengah itu semua, kami masih mengharapkan akhir yang bahagia...