One More Chance

3.5K 481 31
                                    

Hari ini tepat hari keempat belas, aku benar-benar tidak berbicara pada seorang Jeon Jungkook. Bahkan jarang sekali dia menampakkan batang hidungnya pada pandanganku. Aku tak tau dimana ia sekarang. Aku tak tertarik ingin tau dan aku juga tak peduli.

Dua minggu ini aku masih tinggal di rumah Taehyung. Eomma-ku yang sempat ikut menginap dan ikut merawatku sudah kembali ke rumah keluarga Min sejak dua hari yang lalu. Aku bersyukur mereka selalu ada di saat masa-masa sulitku.

Aku pula akan segera pulang dari rumah Taehyung. Aku merasa tidak enak karena terus merepotkan mereka. Toh kondisiku sekarang sudah benar-benar baik dan pulih sehingga tidak ada yang bisa mereka khawatirkan tentangku.

Sekarang aku sedang berdiri di depan ruang kelasku sembari menenteng beberapa buku catatan dan laptop yang akan kugunakan untuk bahan presentasi ujian susulan esok lusa.

Aku hendak melangkahkan kaki sesaat sebelum sebuah suara menginterupsiku. Tak salah lagi, itu adalah suata Kim Ara.

"Ada apa?"tanyaku.

"Apakah siang ini kau ada acara penting?"

Aku berpikir sejenak untuk mengingat jadwalku. Kemudian menggeleng.

"Bagus. Taehyung mengajak kita untuk makan di restoran Jepang yang baru dibuka minggu lalu. Dia bilang menu masakan Jepang disana benar-benar lezat! Jadi, akan sangat disayangkan jika kita tidak ikut dengannya,"tanggap Ara dengan antusiasme yang tinggi.

Aku tertawa kecil.
"Baiklah. Siang ini. Kau ingin aku menunggumu dimana?"

"Aku akan menghubungimu nanti."

Kuanggukan kepalaku.
"Baiklah. Aku harus ke perpustakaan sekarang. Sampai jumpa."

Ara melambaikan tangan dan berbalik menjauhiku.

Aku pun berjalan menuju perpustakaan.

Sesampainya di depan perpustakaan, aku melepas sepatuku dan meletakannya di rak sepatu dengan rapi. Aku melangkahkan kakiku untuk masuk menuju gedung perpustakaan yang besar ini. Dua orang pegawai perpustakaan menyambutku dengan senyum dan sapa. Aku pun membungkuk sedikit dan membalas senyum mereka.

"Harap isi daftar kunjung."

Aku mengangguk dan mengisi daftar kunjung yang terletak tak jauh dari tempatku berdiri. Setelahnya, barulah aku masuk menuju sebuah ruangan yang luas dan terkesan megah ini. Rak-rak buku yang tinggi menjulang ini benar-benar tak berhenti membuatku kagum. Beribu-ribu buku dengan berbagai jenis dan kategori tertata rapi.

Tak cukup dengan rak buku, diriku kembali terkesan oleh meja baca yang terletak di tengah ruangan. Aku melangkah menuju salah satu sepasang meja dan kursi untuk meletakkan buku catatan dan laptop yang kubawa. Kepalaku berputar, menoleh dan pandanganku menjelajah isi ruangan yang bersih, rapi dan wangi ini. Hari ini, tak banyak orang yang mengunjungi perpustakaan ini. Mungkin mereka sama denganku, mengerjakan tugas akhir sebelum tenggat waktu yang diberikan oleh dosen.

Kakiku melangkah menuju salah satu rak yang berbaris dengan plat beaar diatasnya bertuliskan 'Ilmu Kedokteran'. Antusiasmeku meningkat saat melihat banyak buku yang menarik perhatianku. Baik dari sampul, judul, maupun pengarangnya. Pun dengan berbagai ukuran. Ada yang dapat dimasukkan ke saku, ada yang berukuran buku pada umumnya, ada juga buku yang berukuran besar dan tebal. Aku mengira buku itu berbobot 2 kilogram lebih. Aku bergidik melihatnya. Mataku tidak akan kuat membaca buku sebesar itu sampai habis.

Akhirnya, kuputuskan untuk mengambil buku yang akan kujadikan sebagai bahan referensi. Aku mendongak. Menatap barisan buku yang ada di susunan rak paling atas dan menemukan sebuah buku yang menurutku sangat penting. Aku mengulurkan tanganku untuk meraihnya. Tetapi tetap saja sangat sulit untuk meraih buku yang cukup tinggi dari kepalaku ini. Bahkan aku sudah berjinjit. Sial.

Endless Feeling [✔]jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang