"Sudah sampai."
Kami pun turun dari mobil Jungkook dan berjalan menuju sebuah rumah yang cukup besar dan mewah. Ada kolam dan air mancur di beberapa sudut taman yang ada di depan rumah ini. Tanaman yang ditanam juga tertata rapi. Suasananya begitu nyaman dan menenangkan.
Jungkook meraih tanganku dan menarikku masuk ke dalam rumahnya. Aku memutar bola mataku, namun -lagi yang bisa kulakukan adalah mengikutinya. Ia membawaku menaiki tangga dan tibalah kami berdua di depan pintu sebuah ruangan.
"Masuk,"perintahnya. Aku terkejut.
"Ap--apa yang akan kita lakukan?"tanyaku. Anehnya, mengapa pula aku bertanya.
Jungkook memutar bola matanya dan membuka pintu itu. Aku melihat ke dalam dan ternyata ruangan itu adalah kamar tidur. Aku menggigit bibir, bingung. Namun akhirnya aku melangkahkan kaki ke dalam kamar itu. Jungkook mengikutiku dan menutup pintu itu lagi. Sementara itu aku menatap seisi kamar ini. Beberapa tumpukan buku dan pakaian berceceran di lantai. Aku pun berbalik dan menatapnya datar. Ia hanya mengendikkan bahu dan menggaruk tengkuknya.
"Kau saja yang bereskan."
Aku menatapnya kesal, "Kenapa harus aku?"
"Ini bagian dari tanggung jawab."
Aku hanya menghela nafas paksa dan memutar bola mataku. Namun, lagi-lagi yang hanya bisa ku lakukan adalah menuruti perintahnya. Lebih baik begini. Daripada semacam hukuman yang kuterima kemarin. Tanpa perintah lagi, aku merapikan buku dan pakaian dan meletakannya di tempat yang tepat. Kulihat Jungkook mengembil sesuatu dari dalam lemari. Sebuah blus tanpa lengan yang tampaknya sepanjang lutut. Ia memberikannya padaku.
"Ganti bajumu dulu."
Aku menatapnya namun kemudian aku menerima baju itu dari tangannya. Setelah itu aku pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamar ini juga. Segera kuganti pakaian yang sedang kupakai dengan pakaian yang diberikan Jungkook. Aku mulai bertanya-tanya, mengapa dia memiliki baju perempuan. Kulihat tadi cukup banyak juga pakaian seperti ini. Jangan-jangan...
Aigoo... berpikirlah positif! Mungkin ini semua pakaian kakaknya. Tetapi, apa ia memiliki kakak perempuan?
Setelah berganti pakaian, aku pun keluar dengan membawa pakaian yang sebelumnya kupakai. Betapa terkejutnya aku ketika pintu kamar mandi ini terbuka, aku mendapati Jungkook berdiri tepat di depan pintu. Kedua tangannya bersandar di dinding pintu seperti mencoba menghalangi jalanku.
"Ap-apa?"tanyaku.
Jungkook tersenyum dan mencubit pipiku.
"Tidak. Mana pakaian kotormu?""Ini. Aku akan mencucinya di rumah."
"Tidak. Cuci disini saja. Biar aku yang mencucinya,"ujarnya. Aku pun memberikan kaus dan jaket milik Taehyung dan celanaku padanya.
"Ini milik V hyung, ya?"tanyanya.
Aku mengernyit, "V itu siapa lagi?"
"Maksudku Taehyung."
"Oh... . iya. Tadi ia... ."
"Cukup. Tidak perlu dijelaskan. Aku sudah tau."
Jungkook berbalik dan berjalan keluar kamar setelah ia memberitahu dimana file tugas yang harus aku kerjakan. Aku pun duduk di meja belajarnya. Setelah itu, aku mulai membuka komputer dan menenggelamkan diri dengan tugas-tugas Jungkook yang sudah kurusak karena insiden kolam ikan tadi. Ada 75 soal essai yang harus kukerjakan, dan sungguh... satu soal saja memiliki jawaban yang panjangnya minta ampun. Tetapi, oke, aku harus sedikit bersabar.
Tak lama kemudian, Jungkook kembali. Ia datang dan langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjangnya yang bersprei merah. Kulihat, kamar ini didominasi warna merah. Mungkin itu warna kesukaannya. Beberapa figma Iron Man dan segala pernak-pernik berbau Iron Man juga tertata rapi di nakas-nakas dan rak.
Aku pun masih fokus dengan 'tugasku'. Setelah itu keadaan benar-benar hening. Aku menengok ke arah Jungkook mendapatinya yang berbaring dengan mata yang terpejam. Ia masih belum mengganti pakaiannya. Ia juga belum melepas sepatunya. Aku tersenyum samar dan melanjutkan kembali 'pekerjaanku'.
Tanganku bergerak memijat keningku. Aish... ini sudah dua jam aku mengerjakan tugas Jungkook, tetapi aku baru bisa menyelesaikan 25 soal. Sungguh... mataku sudah terlalu lelah untuk melihat monitor komputer lagi. Aku pun memutuskan untuk beristirahat sejenak. Aku menyandarkan kepala dan tubuhku di kursi putar yang empuk ini. Mataku terpejam. Sepertinya tertidur sebentar, tak masalah.
Tetapi baru beberapa menit aku istirahat, tiba-tiba, aku teringat Jungkook. Aku memutar kursi dan mendapatinya yang sedang tertidur pulas dengan sepatu yang masih melekat di kakinya. Bahkan, ia belum mengganti pakaiannya. Aku beranjak dari kursi dan menghampirinya. Setelah itu, aku melepas sepatunya dan membenarkan posisi tidurnya. Kudengar ia menggeram halus. Membuatku semakin hati-hati saat membenarkan posisinya. Kemudian, aku menyelimutinya. Setelahnya, aku kembali ke meja belajar dan beristirahat di sana sejenak.
***
"Alina!"
Aku mendengar seseorang memanggil namaku. Aku hanya menyahut dengan suara. Rasanya lelah sekali. Aku ingin tidur lagi.
"Hey, Alina!"
"Ughh... sepuluh menit lagi."
Tak lama setelah itu, terdengar suara tawa.
"Kau ini! Kau sudah tertidur selama 3 jam, dan kau belum puas?"Aku terbangun dan menegakkan tubuhku. Mataku segera mencari keberadaan jam dinding.
"Apa?! Sudah jam 7 malam?!"
Jungkook tertawa.
"Terkejut? Kau ini, bukannya mengerjakan tugasku agar cepat selesai, malah tidur dengan pulasnya."Aku menyandarkan tubuhku ke kursi lagi.
"Aku lelah sekali, sungguh. Maafkan aku.""Ya. Yah sudah, sekarang ayo turun. Makan malam sudah menunggu,"ujarnya seraya berbalik dan berjalan menuju pintu.
"Mmmh... Jungkook sunbae, bagaimana jika aku tidak bisa menyelesaikan tugasmu malam ini?"tanyaku ragu. Langkah Jungkook terhenti.
"Mudah saja. Kau harus menginap di rumahku malam ini."
Aku memekik terkejut.
"Ap-apa? Menginap?"Jungkook berbalik dan mengangguk. Sementara itu aku terdiam dan menatapnya lurus. Sedetik kemudian, Jungkook tersenyum-entah apakah itu sebuah senyuman atau seringaian, aku tak tau.
"Sudahlah. Menginap di rumahku bukan hal yang buruk."Aku mengerucutkan bibir dan menggembungkan pipi.
"Tetapi bagaimana jika Yoongi semakin curiga padaku? Bagaimana jika dia tau ternyata aku menginap di rumahmu? Aku juga tak mau Yoongi sendirian di rumah dan-"Tiba-tiba Jungkook meraih tubuhku dan mengecup bibirku kilat. Tentu saja aku terkejut. Aku pun segera mendorong tubuhnya jauh-jauh.
"Jangan menciumku sembarangan!"seruku.
"Kau terlalu cerewet dan bawel! Aku jadi tak bisa menahan diriku."
"Eh? Menahan? Menahan apa?"tanyaku.
"Kau tidak ingat?"ucapnya seraya meraih tubuhku lagi dan ia menyudutkanku ke dinding. Wajahnya mendekat dan ia berbisik tepat dengan bibir yang hampir menyentuh bibirku.
"Kau belum menerima hukuman utama,"lanjutnya. Entah mengapa, aku punya firasat yang sangat buruk.
***Ready for 21+?😳
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Feeling [✔]jjk
Fanfiction"Sejauh manapun aku kehilangan arah, aku yakin semua jalan ini akan menuntunku kembali padamu." *** Aku baru menyadari, hidupku rumit. Penuh suka duka. Balas dendam. Kebencian. Namun, di tengah itu semua, kami masih mengharapkan akhir yang bahagia...