"Jangan menangis terus, nuna."
Sebuah suara menghentikan tangisku seketika. Dahiku mengernyit. Aku pun segera melepaskan diri dari pelukan itu. Aku mengerjapkan mata untuk menjernihkan pandanganku. Kepalaku mendongak untuk melihat siapa orang yang dengan beraninya memelukku ini.
"Halo,"sapanya ringan, tangannya masih menahan tubuhku.
Sontak, aku mendorong tubuhnya menjauh.
"Siapa kau?!"
Lelaki itu terlihat mengernyitkan keningnya bingung. Namun, sedetik kemudian ia mengerti dan segera menjauhkan tubuhnya dariku.
"Maafkan aku. A--aku hanya ingin menghiburmu."
Aku menyusut air mataku dengan ujung lengan mantel yang kupakai.
"Satu lagi, jangan sembarangan panggil aku 'nuna'. Apakah aku terlihat setua itu?"tanyaku seraya mengusap pipiku untuk menghilangkan jejak air mata.
Pria itu terlihat bingung.
"Baiklah, aku meminta maaf sekali lagi."
Aku mengangguk dan menatapnya. Dia begitu tinggi hingga aku harus mendongak untuk menatap matanya. Mungkin tingginya persis seperti tinggi Jungkook.
Astaga.
Mengapa setiap hal kecil dapat mengingatkan diriku pada Jeon Jungkook? Aku sangat membenci kenyataan itu.
"Nuna?"ujarnya seraya sedikit menunduk, matanya yang tajam dan namun teduh itu menatap wajahku.
"Sudah kubilang jangan panggil aku nuna!"ucapku sembari sedikit mengeraskan suara. Ia sampai terkejut.
"Ba--baiklah."
Ia terdiam dan menggerakkan tubuhnya menyamping. Memberiku waktu untuk menenangkan diri. Suaraku terdengar serak dan sedikit tersendat setiap kali ku mencoba menghela nafas. Namun, kali ini aku berusaha untuk tetap tenang. Aku pun berbalik untuk menghadapinya.
"Siapapun kau, terima kasih,"ujarku.
Ia menatapku dan tersenyum samar.
Tunggu, pria jangkung berkacamata?
"Ah? Bukankah kau yang tadi terjatuh di belakangku?"tanyaku.
Ia mengangguk.
"Saat itu aku sangat terburu-buru untuk mengambil dokumen yang tertinggal di taksi,"ungkapnya seraya membetulkan letak kacamata bening berbingkai tegas itu.
"Astaga, kau ceroboh sekali."
Ia terkekeh dan menggaruk tengkuknya.
"Oh, ya. Maafkan aku karena memelukmu. Aku hanya merasa kasihan padamu karena kau menjadi pusat perhatian saat kau menangis dengan keras tadi."
Aku mengangguk dan membetulkan letak syal yang melingkar di leherku.
"Tidak apa-apa. Terima kasih juga karena kau telah menenangkanku untuk sementara,"ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Feeling [✔]jjk
Fanfiction"Sejauh manapun aku kehilangan arah, aku yakin semua jalan ini akan menuntunku kembali padamu." *** Aku baru menyadari, hidupku rumit. Penuh suka duka. Balas dendam. Kebencian. Namun, di tengah itu semua, kami masih mengharapkan akhir yang bahagia...