Kuakui, cuaca belakangan ini begitu lembap dan dingin. Hujan salju dapat turun kapan saja. Belum lagi angin berhembus tidak terlalu kencang, namun rasanya begitu dingin. Cuaca seperti ini benar-benar mengurungku di rumah. Mengurung kami lebih tepatnya.
"Ya, Jungkook-oppa! Apa orangtuamu tidak khawatir padamu? Kau sudah tiga hari tinggal disini, menginap dua malam pula."
Jungkook masih bergelung di bawah selimut. Hanya sesekali menggeram karena terganggu akan suaraku yang mengerikan. Pada akhirnya, ia akan menutup tubuhnya dengan selimut dan tertidur kembali. Aku berdecih. Mengapa manusia yang satu ini sangat menyebalkan?
"Mereka justru memintaku untuk menginap lebih lama disini. Kau tidak perlu khawatir."
Aku mendengus dan melemparkan diri ke atas ranjang. Menatap langit-langit kamar yang berlukiskan langit malam penuh bintang. Merenungi hidup. Sejenak kalimat Jungkook kemarin melintas lagi di otak. Membuatku menoleh pada manusia tampan dan menyebalkan yang kini meringkuk di sofa bed.
Mengapa ia merasa waktunya bersamaku tidak akan lama?
Aku terduduk dan menghela nafas. Kuharap Jungkook ada di sampingku di saat aku benar-benar bisa menerimanya. Di saat aku benar-benar mencintainya.
"Lina-ya,"panggilnya.
Aku hanya bergumam.
"Hari ini kita kencan di rumah saja, ya? Aku merasa tidak enak badan."
Aku bergumam lagi. Lagipula, alergiku terhadap dingin justru akan semakin parah jika aku memutuskan untuk bepergian. Sekelebat firasat buruk muncul lagi di otakku. Aku benar-benar ingin mengabaikan hal itu. Tetapi, sepertinya ini bukan hal sepele. Ada sesuatu dalam hatiku yang mengharuskan diriku melakukan sesuatu, aku tak tau apa itu. Tentu saja hal ini membuatku merasa terganggu.
"Semua akan baik-baik saja,"tuturku pada diri sendiri.
Memilih beranjak dan melangkah menuju dapur untuk membuat sarapan. Mungkin menyibukkan diri akan menghilangkan pikiran-pikiran buruk ini.
"Jungkook oppa! Kau ingin sarapan dengan menu apa?"seruku dari dapur sembari menyiapkan peralatan masak.
Tidak terdengar sahutan. Aku mengerutkan kening. Tidak biasanya Jungkook semalas ini. Maksudku, ia memang susah untuk dibangunkan dari tidurnya, tetapi sepertinya hari ini berbeda. Apa ia begitu sakit?
Aku pun melangkah keluar dari dapur untuk menghampirinya yang masih tertidur. Namun, aku begitu terkejut saat menyadari wajahnya yang terlihat pucat. Reflek punggung tanganku menyentuh dahinya. Benar saja, suhu tubuhnya begitu panas.
"Dingin,"rintih Jungkook dengan bisikan. Aku segera beranjak untuk mengambil satu mangkuk air hangat dan kain untuk mengompres dahinya.
"Jungkook, luruskan kakimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Feeling [✔]jjk
Fanfiction"Sejauh manapun aku kehilangan arah, aku yakin semua jalan ini akan menuntunku kembali padamu." *** Aku baru menyadari, hidupku rumit. Penuh suka duka. Balas dendam. Kebencian. Namun, di tengah itu semua, kami masih mengharapkan akhir yang bahagia...