Cuaca hari ini begitu cerah dan menyegarkan. Suasana musim panas kian terasa. Pepohonan terlihat begitu ceria menyambut burung burung untuk bertengger di cabangnya. Bunga bermekaran dengan indah ditemani dengan rerumputan yang terlihat begitu hijau. Angin berembus sejuk dan suhu begitu bersahabat. Ini suasana yang tepat untuk piknik di tengah taman kota, namun Jungkook menolak permintaanku. Ia mengatakan padaku bahwa taman kota terlalu ramai dan terlihat tidak memenuhi hak privasi. Aku mengernyit heran saat ia mengatakan itu padaku hingga aku bisa menangkap senyum seduktifnya saat ia mengucapkan sebuah kalimat menjengkelkan.
"Aku tidak mau anak-anak kecil melihat ciuman kita, kalau-kalau aku tidak tahan menciummu di depan umum."
Aku mencubit pinggangnya.
"Apa yang kau lakukan? Kau pikir cubitanmu itu tidak sakit?" begitu protesnya.
"Kau juga. Berhenti bersikap menyebalkan," jawabku, tak mau kalah.
Kami sampai di sebuah tempat yang ku kenali sebagai Taman Naksan.
"Yang benar saja. Kau tidak setuju dengan ideku berpiknik di taman kota, dan kau memilih tempat ini? Darimana letak perbedaannya?" protesku.
Jungkook hanya diam dan masih fokus memarkirkan mobilnya. Setelah selesai aku pun segera keluar dan mengernyit heran saat tiba-tiba Jungkook berlari kecil menghampiriku. Ia menghela nafas dan menatapku canggung saat mengetahui aku sudah keluar dari mobil. Oh, apakah ia berniat untuk memperlakukan diriku seperti putri dengan membukakan pintu mobil untukku?
"Aku bisa membuka pintu mobil, Jungkook," ucapku seraya melangkah melewatinya. Jungkook hanya terlihat menggaruk tengkuknya dan menyusulku hingga kami berjalan beriringan. Ia menggandeng tanganku, maksudku, ia benar-benar meraih tanganku dengan cepat seakan ada orang lain yang akan merebutku darinya.
"Jadi, bagaimana?" tanyanya.
Aku hanya berjalan dan terdiam menikmati pemandangan taman yang ditanami bunga beraneka ragam dan warna.
"Bagaimana apanya?" tanyaku balik.
"Kencan kita. Mungkin kita bisa memulainya dengan membeli es krim?" tawarnya.
Aku menengok padam dan tersenyum kecil.
"Kau bukan seperti Jungkook yang ku kenal dulu dalam beberapa hal, kau tau?"Jungkook mengernyitkan kening.
"Maksudmu?""Kau berubah dalam beberapa hal," ucapku.
Jungkook masih terdiam dan membawaku menuju jalan setapak yang berujung pada sebuah kanopi dengan meja dan sepasang kursi yang berhadapan. Ada dua buah ayunan di sampingnya. Ada air mancur dan kolam ikan kecil juga, terlihat dirancang untuk menyegarkan suasana.
"Hal apa? Aku masih tidak mengerti," ucap Jungkook akhirnya.
"Kau terlihat lebih canggung dalam hal berkencan. Maksudku, kau memang mengajakku berkencan, tetapi kau tidak tau apa yang harus kau lakukan," jawabku.
Jungkook membiarkanku duduk di kursi itu. Ia masih berdiri dan menopang tubuhnya dengan satu tangan di atas meja. Ia menatapku dan tersenyum.
"Aku sama sekali tak melatih skill berkencan di Amerika. Mungkin itu alasannya," jawabnya. Ia tersenyum di lagi kalimatnya.
Aku balas tersenyum.
"Kenapa?"Jungkook memasang wajah berpikir.
"Mungkin karena aku tidak tertarik pas gadis manapun, selain dirimu."Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak bisa tersenyum. Mungkin terdengar biasa, namun ucapan Jungkook baru saja menimbulkan sensasi hangat tersendiri dalam dadaku. Entahlah, aku jadi ingin memeluknya, atau mungkin mencubit pipi dan hidungnya. Namun, karena suasana tidak memungkinkan, aku memilih opsi kedua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Feeling [✔]jjk
Fanfic"Sejauh manapun aku kehilangan arah, aku yakin semua jalan ini akan menuntunku kembali padamu." *** Aku baru menyadari, hidupku rumit. Penuh suka duka. Balas dendam. Kebencian. Namun, di tengah itu semua, kami masih mengharapkan akhir yang bahagia...