Extra Part : Confession

2.5K 195 19
                                    

Malam itu aku baru saja pulang dari rumah sakit tempatku bekerja. Rumah terasa sepi. Jungkook belum pulang karena ia bilang padaku ia mendapat jatah lembur. Hara sudah terlelap di kamarnya. Wonwoo?

Entahlah. Remaja itu baru saja berulang tahun ke dua puluh. Aku merasa dia banyak berubah. Bukan semuanya perubahan yang buruk. Ia lebih dewasa, tentu saja. Namun terkadang aku merasa ia menyembunyikan sesuatu.

"Wonwoo?" panggilku saat mendengar suara air mengucur dari arah dapur.

Aku melangkah dan mendapati Wonwoo tengah meminum segelas air mineral.
"Kau belum tidur? Ini sudah pukul sebelas malam, Nak."

Wonwoo menghabiskan minumannya dan meletakkan gelas kosong itu di atas meja.
"Aku tahu," sahutnya.

"Ada masalah?" tanyaku.

Wonwoo tidak langsung menjawab dan berjalan melewati bahuku begitu saja.

"Eomma berbicara padamu, Wonwoo-ya," tegasku.

Wonwoo berbalik. Ia menatapku.
"Semua orang punya masalah, eomma."

Selanjutnya ia berbalik lagi dan melangkah menuju kamarnya. Jawabannya, jujur saja membuatku tersinggung. Ia seharusnya tak menjawab dengan nada ketus seperti itu. Maksudku, aku ibunya, bukan orang lain. Belum lagi suaranya yang terdengar dingin.

Aku pun memutuskan untuk berganti baju dan menghampiri pintu kamar Wonwoo. Tanpa ragu, aku mengetuk daun pintu berwarna krem itu.
"Wonwoo-ya, biarkan eomma masuk, ya?" izinku. Tak ada sahutan dari dalam kamar, sehingga aku memutuskan untuk masuk. Netraku mendapati dirinya yang tengah duduk di tepi ranjangnya, membelakangiku.

"Aku ingin sendiri, eomma. Tinggalkan aku."

Aku berusaha untuk tetap tenang. Kakiku melangkah mendekatinya dan duduk tepat di sampingnya.
"Hei, kita bisa bicara, Wonwoo-ya. Kau tak akan merasa baikan jika kau memendamnya hanya untuk dirimu sendiri."

Wonwoo menunduk. Beberapa detik kemudian ia menoleh dan menatapku tepat di manik mata.
"Mengapa kau menamaiku Wonwoo?" tanyanya. Aku yang benar-benar tak siap untuk mendengar pertanyaan itu pun mengerjapkan mata.

"Mengapa, eomma?" desaknya.

Aku pun tersadar dan tersenyum padanya. Tanganku mengelus lembut punggungnya.
"Jeon Wonwoo. Dulu eomma memiliki seorang sahabat. Namanya adalah Jeon Wonwoo," jelasku lembut.

Wonwoo menatapku.
"Apa dia orang yang baik?"

Aku mengangguk.
"Dia orang paling pemberani yang pernah eomma temui. Dia selalu ada untuk eomma, saat sedih maupun senang. Dia... adalah sahabat yang sempurna," jelasku.

"Di mana dia sekarang?" tanyanya. Mendengar pertanyaan itu, mendadak dadaku terasa sakit.

"Dia sudah lama pergi," ucapku.

"Dia meninggalkan eomma?" tanyanya.

Aku menghela nafas, mencoba untuk tidak larut dalam suasana.
"Dia mengorbankan nyawanya untukku, Wonwoo," jawabku. Suaraku terdengar bergetar. Aku menyadari bahwa kisahku dan Jeon Wonwoo terlalu sakit untuk diungkit lagi.

"Lalu eomma menamaiku, berharap aku akan menjadi orang sehebat Jeon Wonwoo sahabat eomma?" tanyanya. Pertanyaan yang sungguh retoris.

Aku mengangguk.

"Tetapi aku bukan orang baik, eomma."

Aku mengernyit.
"Hei, apa maksudmu?"

Wonwoo terlihat ragu untuk menjawab pertanyaanku. Hingga beberapa detik kemudian dia mengangkat pandangannya dan menatapku. Setetes air mata mengalir begitu saja di pipi tirusnya.

"Eomma, aku telah membunuh orangtua gadis yang kusayangi."

***

Jeng jeng jeng!
Hehe.
Kaget nggak?

Aku juga mau bikin ff Hyuningkai nih eheheh. Dan ini adalah pengantarnya. Jadi antara Endless Feeling dan ff member TXT  itu agak berkaitan yaa hehe.

Tunggu yap❤
Karena aku sedang sibuk cari universitas ahahahah. Semangatin dong💃

Love,

Div

Endless Feeling [✔]jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang