"Ah, Jeongguk kau sudah keterlaluan."
Adalah kalimat pertama yang Nyonya Jeon ucapkan kala Junhyung-kakak Jungkook menceritakan apa yang ia lihat saat membuka pintu kamar Jungkook. Lebih tepatnya, ia melihat apa yang kami lakukan.
Aku menunduk.
"Aigo eomma-nim, aku tau batasannya. Lagipula bisa saja hyung itu melebih-lebihkan,"sahut Jungkook.
"Tidak, eomma! Aku tidak berbohong! Mungkin jika aku tidak memanggilnya untuk makan malam, dia akan melanjutkan aktivitasnya itu,"Junghyun, kakak Jungkook tak mau kalah.
Sementara itu aku masih menundukkan kepalaku sembari menetralkan nafasku. Kedua tanganku semakin berkeringat, sampai mungkin garpu dan sendok yang kupegang ini akan jatuh jika aku tak memegangnya erat. Jantungku yang sudah berdetak kencang, semakin kencang saja saat Nyonya Jeon memanggilku.
"Ah, kau gadis cantik. Apa benar yang Junghyun katakan?"tanyanya.
Perlahan aku mengangkat kepalaku dan pandanganku langsung bertemu dengan wanita paruh baya yang ada di hadapanku. Aku meneguk ludah dan menggeleng pelan.
"Lihat! Lina pun menggeleng!"seru Jungkook merasa dirinya menang.
"Aigoo jeongmal... ."Junghyun menatapku dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa, kau gadis cantik. Jujurlah, aku tidak segan-segan akan menghajar Jungkook jika dia benar-benar melakukannya,"Nyonya Jeon masih berusaha menyelidikiku.
Aku meneguk ludah dengan susah payah. Pun kepalaku kuangkat, pandanganku sontak tertuju pada netra tajam Nyonya Jeon. Tanganku terasa semakin berkeringat. Kemudian, aku menggeleng pelan.
"Tidak, ahjumma. Jungkook tidak keluar batas. Kami benar tidak melakukannya."
Dapat kudengar jelas-karena suasana di ruang makan ini begitu hening, yang terdengar hanya detak jarum jam dan dentingan sendok dengan piring, Nyonya Jeon menghela nafas. Kini pandangannya beralih menuju putranya yang kedua.
"Jeonggukkie, kau ini baru menginjak semester 3, jika kau ingin serius menjalin hubungan, setidaknya tunggulah sampai kau lulus. Eomma tidak mau kegiatan kuliahmu terganggu."
Jungkook menghela nafasnya pula pun ia meletakkan garpunya di samping piring. Ia terlihat tengah mengunyah makanan dalam mulutnya dan setelah meminum air putih, ia menjawab wejangan dari ibunya itu.
"Eomma, aku memang benar-benar serius dengannya. Aku tidak main-main. Gadis yang baru saja kau introgasi itu memang gadisku."Hening.
Namun sedetik kemudian, saat otakku selesai mencerna apa yang baru saja dikatakannya, aku tersedak. Segera aku mengambil minum dan meminumnya. Jungkook kurang ajar.
Adapun yang Junghyung tunjukkan pada raut wajahnya adalah terkejut dengan makanan yang masih ada dalam mulutnya. Pria dengan selisih empat tahun dengan adiknya itu diam tanpa melanjutkan kegiatan mengunyahnya. Kemudian ia menatapku dengan penilaian. Aku yang merasa diperhatikan pun hanya berpura-pura mengiris bulgogi di depanku yang belum kusentuh sebelumnya. Tak lama, dari ekor mataku, kulihat ia menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Tidak mungkin,"ucapnya penuh penekanan.
"Apa yang tidak mungkin?"si adik bertanya.
"Playboy internasional seperti kau tidak mungkin menjalani hubungan serius dengan siapapun,"tegas Junhyung mantap. Playboy internasional? Hebat sekali. Aku jadi semakin ingin membunuhnya.
Jungkook tidak terima.
"Siapa yang playboy internasional? Sekarang begini, diantara kau dan aku, siapa yang memiliki mantan kekasih terbanyak? Ya, jawabannya kau, hyung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Feeling [✔]jjk
Fanfiction"Sejauh manapun aku kehilangan arah, aku yakin semua jalan ini akan menuntunku kembali padamu." *** Aku baru menyadari, hidupku rumit. Penuh suka duka. Balas dendam. Kebencian. Namun, di tengah itu semua, kami masih mengharapkan akhir yang bahagia...