Rasa dingin tiba-tiba menyergap. Rasa itu membuatku menggeliat tak nyaman dan segera mencari selimut untuk menghangatkan diri. Tanganku meraba ke semua arah dan mendapati bahwa ranjang tempat ku tidur sekarang tidaklah seluas ranjang tempat ku tidur semalam. Aku pun membuka mata dengan berat.
Aku mengerjapkan mataku karena cahaya ruangan yang begitu membuat mataku sempat merasa silau. Pandanganku langsung tertuju pada langit-langit kamar berwarna putih dengan cat dinding yang juga berwarna putih. Semerbak bau obat tercium begitu saja. Aku mengedarkan pandanganku dan mendapatiku berada di ruangan yang berbeda dengan hotel yang semalam ku sewa bersama Jungkook.
Tidak. Aku jelas tau, ini adalah kamar di rumah sakit.
Aku pun memaksakan tubuhku untuk duduk. Pening langsung menghantam kepalaku. Aku menyentuh wajahku perlahan, kemudian naik menuju pelipis, mendapati sesuatu melilit melingkari kepalaku. Perban, mungkin?
Aku mengernyit heran dan mengerjapkan mataku lagi. Menoleh ke samping dan mendapati eomma tengah tertidur di sofa yang terletak tak jauh dari ranjangku.
"Apa yang terjadi?"tanyaku.
Aku mencoba untuk turun dari ranjang ini, namun, pening kembali menyerang, membuatku mengurungkan niat untuk berdiri.
"Jungkook, dimana kau?"tanyaku dengan suara yang lebih keras.
Eomma terbangun. Ia lekas menghampiriku dan menyuruhku untuk kembali membaringkan tubuh. Aku menatapnya, meminta penjelasan atas semua ini.
"Istirahatlah. Dokter bilang kau harus istirahat total supaya cepat pulih. Jangan terlalu memikirkan banyak hal,"tuturnya.
Wanita yang sudah mengasuhku lebih dari setengah umurku ini segera mengambil tempat duduk di samping ranjang. Tangannya mengamit punggung tanganku dan mengelusnya lembut. Lembut sekali. Aku hanya bisa diam menatapnya. Meskipun ribuan pertanyaan kini berlarian mengitari otakku, tak sabar ingin segera mendapat jawaban.
"Jangan pikirkan hal-hal yang membuatmu semakin sulit. Kau harus segera sembuh jika kau ingin mendapatkan jawabannya,"tuturnya lembut.
"Dimana Jungkook?"tanyaku.
Eomma menatapku. Aku bisa merasakan ia menatapku dengan tatapan iba sekaligus ragu, mungkin ia sedang menyusun kata-kata untuk ia sampaikan padaku dengan sebaik-baiknya.
"Eomma, dimana Jungkook?"tanyaku lagi, dengan suara yang terdengar lebih menuntut.
"Jungkook dirujuk ke rumah sakit lain. Ia baik-baik saja, jangan khawatir."
Aku mendengus.
"Ini tidak masuk akal. Apa yang sebenarnya terjadi?"ucapku penuh penekanan.
Aku tak peduli lagi dengan rasa pening yang masih bersarang di kepalaku. Tak peduli pula dengan rasa nyeri yang terus menggerogoti bahuku.
"Jangan khawatir, eomma tidak suka kau mementingkan kondisi orang lain di atas kondisimu sendiri, dalam keadaan seperti ini,"tuturnya, suaranya mulai bergetar.
"Kalian akan baik-baik saja,"lanjutnya.
Aku memejamkan mata, mencoba menenangkan diri.
"Aku tidak akan bisa tidur dengan tenang jika semuanya masih samar bagiku, eomma. Kumohon, jelaskan padaku. Apa yang terjadi?"
Eomma sedikit menunduk, mungkin terlalu kasihan melihat gadis yang menyedihkan sepertiku terus bertanya.
Namun, sesaat wanita paruh baya itu mendongakkan kepalanya seraya tersenyum lembut. Tidak. Itu bukan senyum bahagia. Sorot matanya dipenuhi dengan kesedihan. Bulir bening sudah mengalir menetes menyusuri pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Feeling [✔]jjk
Fiksi Penggemar"Sejauh manapun aku kehilangan arah, aku yakin semua jalan ini akan menuntunku kembali padamu." *** Aku baru menyadari, hidupku rumit. Penuh suka duka. Balas dendam. Kebencian. Namun, di tengah itu semua, kami masih mengharapkan akhir yang bahagia...