Seperti biasa, setiap petang hampir menjelang, setelah aku menyelesaikan pekerjaanku di rumah sakit, aku akan menyempatkan diri untuk mampir ke kafe milik Ryujin. Mencoba untuk menjadi pelanggan terbaik di sana. Seperti halnya hari ini. Aku memilih untuk duduk di tepi dinding kaca dengan satu cangkir coklat panas, satu piring marshmallow, dan satu potong kue keju, tertata rapi di atas meja yang ada di depanku. Menatap hiruk pikuk jalanan yang lembab karena diguyur hujan beberapa saat lalu.
Tenang sekali. Meski kini diriku hanya seorang diri karena Ryujin belum juga pulang dari kelasnya.
"Hei."
Suara familiar itu mengundang perhatianku. Aku segera mencari ke arah sumber suaranya. Mendapati Kim Ara yang baru datang tengah memeluk seseorang yang sepertinya sudah lama ia tidak jumpa.
Aku menghela nafas. Berharap Ara menyadari keberadaanku di sini dan menyempatkan diri untuk sekedar berbincang. Entahlah, setelah kami lulus dari universitas, kami semakin jarang bersama. Bahkan bertemu pun sulit. Aku berpikir, apakah aku pernah mengatakan sesuatu yang menyinggung dirinya? Apakah sikapku berubah? Atau apakah alasannya hanya sekadar karena kami terlalu sibuk bekerja?
Kami memang ditempatkan di rumah sakit yang berbeda. Tetapi, kurasa ada alasan yang lebih dari itu. Kami sudah bersahabat selama hampir lima tahun. Kurasa perbedaan tempat kerja bukanlah alasan yang tepat untuk kami terasa jauh.
Pasti ada lebih dari itu.
Aku terus memandangnya. Hingga, secara tak sengaja, mata kami bertemu melalui sebuah pandangan. Aku refleks tersenyum dan melambaikan tangan. Memberi isyarat padanya untuk duduk di sini bersamaku.
Ia memang membalas senyumku. Tetapi aku bisa melihat keraguannya untuk datang menghampiriku.
Ada apa denganmu, Kim Ara?
"Ara, kemarilah!"
Ia berjalan menghampiriku, masih dengan senyum itu. Senyum yang terlihat cukup canggung. Aku membalas senyumnya. Sebisa mungkin untuk terlihat biasa.
"Pasti kau sangat sibuk, ya?"sambutku.
Ia duduk di kursi yang ada di depanku. Sesaat kemudian ia tertawa kecil.
"Ya, begitulah. Aku punya jadwal penuh untuk bekerja dan memberi penyuluhan."
Aku menghela nafas.
"Aku jadi merindukan masa-masa dimana kita sibuk merencanakan liburan musim panas kita. Kau ingat? Beberapa tahun lalu di Jeju."
Ia tersenyum dan mengangguk.
"Aku tidak akan melupakannya."
Selanjutnya hanya diam. Bukankah itu aneh?
"Oh, ya. Bagaimana kabar Taehyung?"tanyaku. Mulai berpikir bahwa hanya aku di sini yang tertarik pada perbincangan.
"Dia baik-baik saja. Dia bekerja untuk sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang seni."
Aku terkesan.
"Ya, syukurlah. Dia bekerja sesuai bakat dan minatnya."
Ia tersenyum lagi.
"Tunggu, akan ku pesankan kau minuman."
"Hey, tidak perlu,"sergahnya.
Aku menatapnya. Sebenarnya agak merasa kecewa karena sedari tadi ia terlihat tidak nyaman dan tidak ingin berbincang padaku lebih lama.
"Ara, mungkin ini terdengar aneh, tetapi aku merasa kau menghindar dariku akhir-akhir ini. Apakah ada sesuatu yang salah dariku?"
Ara menatapku bingung. Namun, sesaat ia tertawa dan melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Feeling [✔]jjk
Fanfiction"Sejauh manapun aku kehilangan arah, aku yakin semua jalan ini akan menuntunku kembali padamu." *** Aku baru menyadari, hidupku rumit. Penuh suka duka. Balas dendam. Kebencian. Namun, di tengah itu semua, kami masih mengharapkan akhir yang bahagia...