Sepuluh

22.5K 700 7
                                    

°>_<°

Typo Bersebaran

_-_-_-_-_-_-_-_

Pov Normal

Amira melanjutkan hidupnya seperti biasa, ini terhitung sudah lebih dari sebulan usia kandungannya, dan perutnya masih rata.

Amira sangat senang dengan kehamilannya. Baby dalam perutnya tidak menuntut banyak, tidak seperti ibu hamil biasana yang sering ngidam yang aneh-aneh, paling Amira sering tiba-tiba sangat ingin buah tomat dan jadi tidak menyukai seledri padahal dulu amira sangat menyukainya. Tapi bukankah itu tidak merepotkan.

Memang, Amira masih sering mengalami morning sick, tapi tidak masalag dengan asupan makanan yang kian bertambah. Beberapa pegawai di cafe bahkan sampai heran melihat nafsu makan amira yang kian meningkat. Amira juga menyisihkan gajinya untuk membeli susu ibu hamil. Kini prioritas Amira adalah babynya, ia tetap akan meminum susu meskipn ia kurang menyukainya.

Seperti biasanya Amira akan berangkat pagi, membantu membereskan cafe dengan pegawai lain, membuka toko, melayani pelanggan, dan pastinya selalu tersenyum pada semua orang. Amira bersyukur Tuhan masih memberikannya kebahagiaan setelah kesulitannya beberapa minggu lalu. Mungkin ini tidak sebahagia dulu saat masih dengan keluarganya. Tapi ini cukup untuk Amira, ia tidak memina lebih.

Amira sadar, dirinya yang sekarang tidak seceria dulu tapi tidak semurung dulu juga. Bila dulu Amira akan menolong orang yang terluka tanpa berfikir, kini Amira akan diam dan berfikir terlebih dulu. Ia trauma akan kejadian dulu. Bila menolong orang akan berujung pada dirinya, maka lebih baik tidak sama sekali. Bukannya Amira kini jadi kejam, tapi ia tidak mau semakin sakit. Meskipun begitu, kotak P3k masih selalu ia bawa kemana-mana meskipun tidak selengkap dan sebagus dulu.

"Ami... bisa kamu buangkan sampah? Aku dipanggil Roy" Amira mengangguk sanggup dan iapun segera keluar ke pembuangan sampah kota.

"Jadi ini tempat kerjanya?"

"Ia tuan"

Tanpa Amira sadari kini ia diawasi oleh seseorang yang selama ini ia harapkan untuk tidak pernah ia jumpai lagi. Aiden.

Aiden memperhatikan Amira dari dalam mobilnya. Amira tidak akan tau itu Aiden meskipun Amira melihat kedalam mobil karena kaca mobil Aiden berwarna hitam.

Aiden melihat Amira yang dengan cepat bekerja, keringat yanh entah keberapa kali ia lap bertanda Amira memang kelelahan namum masih setia tersenyum seolah itu sangat mudah. Entah kenapa ada perasaan nyeri saat melihat Amira dengan mudahnya mengumbar senyuman didepan para pelanggan.

Aiden masih setia mengintai Amira dan disampingnya Lucas asisten kepercayaan Aiden. Kini mereka mengikuti Amira yang berjalan pulang namun terlebih dahulu mampir ke mini market untuk membeli susu.

"Berapa usia kandungannya?"

"Tujuh minggu tuan. Nona selalu menjaga kesehatan kandungannya. Meskipun pernah waktu itu sempat depresi yang berakibat pada kandungan tapi tidak lama"

"Jadi ini rumahnya?

Tanya Aiden saat melihat rumah kecil disebuah pemukiman yang cukup kumuh. Tapu meskipn begitu Aiden tau bahwa Amira merawat rumah- ah kamar kecilnya dengan baik. Ia bisa melihat kamar itu bersih dari luar.

"Kosongkan jadwalku minggu depan. Awasi terus gadisku dan jangan sampai terjadi apa-apa padanya. Laporkan apapun kegiatannya setiapn hari. Dan buat dia tidak terlalu lelah bekerja" titah Aiden

"Sekarang kembali ke kantor"

"Baik tuan"

~0_0~

MINE IS YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang