Dua Puluh Satu

18.4K 490 5
                                    

~Typo Bersebaran~

Pov Aiden

Sangat tidak tenang. Ya, aku resah sekarang, meskipun tidak seresah saat Amira menghilang. Entah berapa kali aku menghubungi Lucas yang baru saja pergi kembali ke Mansion hanya untuk menanyakan keadaan gadisku.

Dia tengah sakit saat aku tinggalkan, aku bahkan masih ingat betapa pucatnya wajah gadisku dengan infus yang masih terpasang di tangan kanannya. Suara lirih karena sakitnya yang sangat memprihatinkan. Untung saja barusan Lucas memberitahu bahwa Deira, dokter pribadi sekaligus salah satu temanku sudah memeriksanya dan keadaannya mulai pulih.

Aku sangat tidak fokus sekarang. Entah berapa banyak pegawai yang terkena amarahku hari ini hanya karena masalah spele. Aku ingin segera pulang, suasana hatiku benar-benar sangat kacau. Aku ingin segera bertemu gadisku dan segera memeluknya, menciumnya dan menghirup bau tubuhnya yang entah sejak kapan menjadi candu yang sangat sulit aku tolak.

Pukul 21.40. ini sudah mulai larut. Sudah waktunya aku pulang. Kulihat beberapa berkas yang belum aku selesaikan. Besok saja aku kerjakan, toh ini juga perusahaan milikku. Segera aku turun menuju mobil dan segera pulang.

Trek.

Kubuka pintu kamar yang letaknya tidak jauh dari kamarku. Tunggu apa ini kamar? Ya, ini kamar, tepatnya kamar Amira yang aku pindahkan. Aku tidak mungkin membiarkannya kembali ke kamar sewanya dan membiarkannya berkeliaran apa lagi untuk bekerja. Tidak, aku tidak mau gadisku kelelahan.

Kulihat gadisku yang terlelap sambil menggulung tubuhnya dengan selimut tipis miliknya. Cukup miris aku melihat barang-barang di sini yang selama ini ia pakai. Sangat jauh dari kata layak menurutku. Kasur tanpa ranjang yang sangat tipis, lemari kecil yang hanya sebesar setengah dari ukuran guci di dapur, karpet kecil yang bahkan ujungnya sudah banyak terkoyak karena usia. Apa selama beberapa minggu ini dia hidup seperti ini?

Kulihat wajah cantiknya yang terlelap tenang. Kuambil lengan kanannya dan kusampirkan dipundakku, kuselipkan tanganku di leher dan di belakang lutut dan kurangkul untuk aku pindahkan. Aku tidak mau dia tidur di sini. Tempatnya bukan di sini, tapi di kamar terbaik di mansion ini bersamaku, kamar kami.

Dia sedikit berguman saat kuangkat dan kembali kuletakan hati-hati di ranjangkku. Aku ikut berbaring di sebelahnya dan kukecup pipi dan keningnya sambil mengusap perutnya yang masih rata. Setidaknya tubuhnya tidak terlalu panas sekarang. Kuambil selimut dan kembali kupeluk dia.

'selamat malam sayang'

~0_0~

Pov Normal

'Mmhh' guman seorang gadis yang mulai terbangun. Digerakannya sedikit tubuhnya, sulit. Ada yang menahannya agar diam. Ah, ia ingat dengan bau ini. ia buka matanya penuh, dugaannya benar. Tangan kekar yang merangkulnya, bau tubuhnya yang maskulin, dan dekapan yang bahkan sudah ia kenal. Pria itu, Aiden.

Kesadaran Amira sudah penuh, tapi meski begitu ia jadi kembali teringat kembali perkataan dokter cantik-Deira itu. Jadi ia memang akan dibuang karena Aiden hanya butuh anak yang ada pada rahimnya saat ini? entahlah, bahkan ia sendiri sudah mulai pasrah. Ia hanya ingin hidup tenang dengan anaknya kelak.

"kau sudah bangun sayang?" ucap sebuah suara dibelakangnya. Entah sejak kapan pemilik suara ini telah terbangun.

Amira merasa pelukan dipinggangnya semakin erat, ia tau Aiden berusaha menariknya dan mengubah posisi Amira agar berbalik.

"berbaliklah" Amira hanya diam. Hatinya terlalu sakit untuk melihat wajah tampan Aiden yang kelak akan memisahkannya dengan anak didalam rahimnya. Ia tidak mau. Kenapa ia harus hidup dengan pria kejam ini?

MINE IS YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang