Pov Amira
Selepas kejadian itu, aku benar-benar depresi. Yang kulakukan hanya menangis dan mengurung diri di kamar.
Orang tuaku dan kak Merry sangat khawatir dan menanyakan keadaanku kenapa aku menangis karena mungkin terdengar ke luar kamar.
"Aku hanya sakit pms" bohongku. Aku tidak mau membuat mereka berfikir yang aneh.
"Kita kedokter aja kalo gitu dek"
"Gapapa... biasanya juga nanti sembuh sendiri"
Aku tetap menangis. Bagaimana bisa seorang yamg tidak kukenal tiba-tiba datang dan merebut keperawananku dengan kejam. Apa salahku?
Sesuatu yang selama ini kujaga untuk kuhadiahkan pada suamiku kelak kini sudah hilang. Bahkan ia juga yang merebut firts kiss ku.
Apa yang ku katakan pada orang tuaku? Keluargaku cukup terhormat. Apa lagi ayahku yang sangat menjaga kehormatan keluarga. Apa kata mereka saat tau aku sudah bukan gadis lagi? Bahkan masih ku ingat saat kak Merry ketahuan berciuman ayah langsung marah besar dan mengambil fasilitas keluarga selama satu bulan penuh.
~0_0~
"Mir... mira.... ini aku Kelly. Mir... buka pintunya ya... kamu belum makan"
Kelly? Dia datang kesini? Kulihat notif di ponselku. Ternyata Kelly sudah emncoba menghubungiku lebih dari 10 kali
"Masuk Kell" ucapku serak
"Mir, ibu kamu bilang kamu belum makan seharian. Katanya sakit pms ya? Massa? Kemarin waktu kita telfonan kenapa diputusin tib..."
'Bruk'
"Hiks.. hiks.. Kell.... apa yang harus aku lakuin kell.."
"Mir..." ucapnya lirih.
Aku langsung memeluknya menumpahkan semua beban yang kusimpan selama ini. Hanya Kelly tempat aku berbagi dan yang bisa aku percaya.
"Jadi perkiraan gue bener kau murung bukan karena sakit kan?"
Aku hanya mengangguk samar tapi aku yakin kelly merasakannya.
"Ceritain semuanya! Apa yang terjadi?! Jelasin se jelas jelasnya!"
Akupun menceritakan semua yang terjadi. Mulai dari tugas di perpus sampai aku pulang. Semuanya. Kecuali nama keluarga orang yang menyakitiku. Bolehkan aku memanggilnya brengsek?
Aku hanya bilang namanya Aiden. Hanya itu. Tidak lebih. Dan selama aku bercerita kulihat Kelly yang menahan amarah di kepalan tangannya yang semakin kuat. Aku hanya bisa menangis sesegukan di pelukannya. Aku bingung.
"Tenang Mir. Kamu udah aman... liat aja. Kalo aku ketemu bajingan itu. Aku pastikan itu adalah hari terakhirnya!" Ucapnya geram.
"Hiks... aku mohon Kell, jangan kasih tau siapapun soal ini. Aku gak mau memperbesar masalah" dan kelly hanya mengangguk
~0_0~
Cukup! Aku tidak boleh seperti ini lagi.
Setelah murung beberapa hari, kuyakinkan diriku untuk kembali kuliah. Aku tidak mau aku tertinggal kuliah apalagi harus mengulang semester. Ya, meskipun kemungkinannya kecil karena aku hanya absen beberapa hari dan tugasku tetap lancar.
Entah perasaanku saja atau memang itu kenyataannya. Kulihat orang-oramg menatapku dengan pandangan err... jijik? Sinis? Atau puas? Entahlah. Ah.. mungkin perasaanku saja.
Tapi kenapa semakin membuatku risih.
Aku tidak mengira dia semunafik itu.
Bukankah sudah kubilang dia jalang
Hey, bukankah dia dari keluarga terhormar? Aku kasihan dengan keluarganya punya anak kok rendah banget.
Ini tempat kuliah! Bukan melacur.
Bodymu seksy juga. Hey, berapa semalam?
Dan masih terlalu banyak untuk ku dengar. Dan semakin ia memasuki wilayah kampus, gunjingan itu seakan menelanku hidup-hidup.
"Mira!"
Aku menoleh. Itu Kelly. Kulihat dia seperti berwajah khawatir dan emosi. Entahlah.
"Apa lo!! Pergi lo!" Bentaknya pada orang yang memandangku sinis.
"Ayo mir kekelas" ucapnya yang hendak menarikku
"Tapi kelasku masih lama. Anak anak pada kemading. Kayanya ada pengumuman. Yuk kesana"
"Kita ketaman aja ya.. atu ke.. ah ke..ke.. keperpus. Ah iya anterin aku ke dosen ya mir" ucapnya bingung.
"Kamu kenapa kell? Benatran doang kok ya" kini kuseret saja Kelly yang masih tampak enggan dan wajahnya yang semakin pucat ketakutan. Ada apa memang? Apa nilainya jelek?
Kulihat semua orang kembali menatapku sinis. Kuulangi, semuanya. Mereka seakan melihat maling yang tertangkap.
Aku hanya menunduk malu dan berusaha sopan. Tapi..
"Oohh... jadi ini yang katanya primadona kampus... ternyata jalang murahan dia"
"Heh pelacu! Masih berani nginjek ni kampus padahal udah bikin malu!"
Cibir Rene dan err... Julia? Setauku.
Terpaksa aku mendongakkan kepalaku. Kulihat semua orang menyingkir dari mading yang sangat besar itu seakan memberiku jalan dan membiarkanku menatap papan raksasa itu.
Dan apa!!! Apa ini!!!??
Apa ini benar!?
Aku berjalan perlahan masih dengan keterkejutanku. Kuambil satu lembar dari sana.
'Tes'
Aku menangis. Tanpa sadar air mataku kini tumpah.
'Sret brek brek brek'
"BUBAR..!!! BUBAR SEMUANYA..!! APA-APAN NIH..!! SIAPA YANG BIKIN INI SEMUA HAH!! YANG MASIH BERANI NGOMONGIN APA LAGI BIKIN BIANG INI, SINI KELUAR. HADEPIN GUA...!! BUBAR LU PADA! BUBAR....!"
Suasana kini hening. Aku tau tidak akan ada yang melawan keganasan dari si tomboy Kelly.
Aku masih menunduk. Kertas yang yadi kupegang sudah disobek Kelly. Kertas aibku. Ya, aib kotorku.
Itu kertas kehancuranku. Disana, dikertas itu. Dengan jelas memperlihatkan diriku yang terlelap tanpa busana dengan berbagai pose laknat.
Aku tau ulah siapa ini. Apa tidak cukup ia mengambil hartaku? Kini ia mengambil kedamaianku. Kumohon, lebih baik ia bunuh saja aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE IS YOURS
Romance"Aku bukan pembunuh. Aku tidak mengenalnya" kumohon selamatkan aku. Jangan hancurkan aku. ***** "Dia milikku, dan jika aku tidak bisa memilikinya, maka lebih baik kita bertemu di dunia selanjutnya" ***** "Kau milikku. Tidak ada yang boleh memilikimu...