maaf....
gak bermaksud bikin nunggu, author dua minggu kemaren masuk RS kecelakaan, bahkan gak ikut ujian Hwaaa.... (Curhat, minta doanya buat sepupuku juga ya....).
tapi untung kemaren lusa udah boleh pulang, dan sekarang baru bisa pegang laptop.
maafkan author...
~o~
maaf kalo banyak Typo, ini super ngebut-ngebut bingung. heheheh, maaf kalo agak kecewa.
selamat membaca....
~0_0~
Ini sudah hampir tengah malah. Entah mengapa Amira merasa sangat enggan untuk tidur. Sudah ia coba menutup matanya paksa namun tak kunjung juga ia tidur. Berguling ke kanan dan kiri berharap lelah dan tidur, namun teap saja ia terjaga. Mungkin ia haus, semoga saja dengan ia minum Amira akan segera mengantuk dan tidur.
Tidak ada Anna maupun maid yang akan ia mintai tolong karena ini tengah malam, mereka pasti sudah tidur. Dimana Aiden? Entahlah, Amira sesaat memikirkan pria itu. Sampai saat ini pria itu belum pulang, padahal Lucas yang biasanya ada bersamanya sudah kembali sejak tadi.
Tunggu, kenapa aku memikirkannya. Sudahlah.
Amira kembali berjalan menuju dapur untuk minum, gelas di kamarnya telah kosong sejak tadi. 'tuk' apa Amira salah dengar? Entahlah. Ia hanya sendiri bukan di sini?
'Bruk'
Sesaat Amira kaget, ada suara terjatuh sekarang, jelas sekali. Segera ia hampiri asal suara itu. Sofa. Disana, pria itu bersandar. Agak berantakan- ah tidak, sangat berantakan. Amira menghampirinya, tidak biasanya ia mendapati Aiden kacau.
Amira sedikit kesal saat ia mencium aroma alkohol menyengat dari tubuh Aiden. Ternyata pria ini pemabuk.
"jadi dia.... hik... benci.... hik.... anak..... Re.. hik..." Aiden mulai merancau padahal tubuhnya sepertinya sudah sangat lemas karena alkohol.
Apa yang harus Amira lakukan sekarang? Mending ia tinggalkan saja Aiden disini, lagi pula ini rumah Aiden, kenapa harus Amira yang repot.
"dingin... hik... hey....siapa yang menyuruh memmatikan ace nya?!!! ... panas.... hik" rancaunya kembali. Pria ini aneh, bukankah tadi dia bilang dingin? Sekarang panas? Jadi yang mana yang benar. Sepertinya Aiden kepanasan, lihat saja keringat di dahinya deras sekali. Tapi tunggu, kenapa Aiden sedikit menggigil.
Didorong rasa penasaran, Amira menghampiri Aiden, disentuhnya kening Aiden sekilas dan segera dilepaskan. Namun saat Amira akan menurunkan kembali tangannya, Aiden menahannya dan menariknya menuju rangkulan pria itu.
"jangan pergi.... hik... dingin sekali..... hik..... aku .... hik.... tidak akan... aku hanya ingin... hik..."
Panas. Tubuh Aiden panas. Amira bisa merasakannya karena ia ada dalam rengkuhannya.
"Aiden, kau harus ke kamarmu. Kau sakit. Aiden" ucapnya mencoba menggoyangkan pundak Aiden.
"Aiden, ayo pindah. Kenapa kamu mabuk? Ayo pindah" ulangnya.
Sia-sia. Aiden bahkan tidak bergerak. Ia hanya merancau tidak jelas. Dengan terpaksa Amira sedikit menarik dan menahan tubuh Aiden untuk di bantu berjalan ke kamar. Mungkin hanya kamar tamu. Tidak mungkin ia membawa Aiden ke kamar milik pria ini yang ada di lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE IS YOURS
Romance"Aku bukan pembunuh. Aku tidak mengenalnya" kumohon selamatkan aku. Jangan hancurkan aku. ***** "Dia milikku, dan jika aku tidak bisa memilikinya, maka lebih baik kita bertemu di dunia selanjutnya" ***** "Kau milikku. Tidak ada yang boleh memilikimu...