Empat Puluh Enam

6.3K 232 9
                                    


~Typo Bertebaran~

Pov Amira

"tidak mauuuuu. Dasar pelit pelit pelit pelit peliiitttttt"

"dengar sayang, aku janji akan memberimu buah laknat itu, tapi nanti setelah kau melahirkan. Bahkan kau bisa meminta sebanyak yang kau mau"

"aku mau sekarang. Kau pembohong. Kau peliiittttt"

huh, menyebalkan. Aiden menyebalkan. Tadi dia berjanji di depan mama untuk memberiku nanas itu setelah aku makan. Tapi bahkan setelah aku makan dan semua makanan habis, buah itu belum ada. Dia bahkan terus mengajakku mengerjakan hal lain agar aku tidak meminta nanas. Kenapa dia pelit sekali. Aku hanya minta di belikan satu buah saja. Kalau aku punya uang juga aku beli sendiri. Huh

eh,

oh iya. Apa aku masih punya sisa uang di lemariku tidak ya? Bukankah Aiden meminta anak buahnya memindahkan semua barangku di kontrakan ke sini. Harusnya ada uang di lemariku.

Aku segera berjalan lincah ke kamar tempat semua barang lusuhku di simpan. Aku tidak peduli dengan apa yang dilakukan Aiden sekarang di ruang santai. Bodo amat. Pria pelit itu nanti dapat kualat karena tidak mengabulkan keinginanku. Aamiin.... Doa ibu hamil di kabulkan kan?

Aku segera membuka lemari kecilku, ah bisa disebut nakas? Entahlah. Sejenis lemari kecil pokoknya. Aku membukanya, melihat lapisan pakaian lusuhku yang tidak bisa aku pakai lagi karena Aiden melarangnya. Menyebalkan.

Di lapisan paling bawah tepatnya di bawah lembaran Koran yang sengaja aku simpan sebagai alas sebelum pakaianku. Ah, Ada! Masih ada beberapa lembar uang di sana. yes, sepertinya cukup untukku membeli buah nanas yang aku inginkah. Ah, pasti segar sekali memakan buah itu. Membayangkan buah kuning tropis yang penuh air dan dingin sudah membuatku meneteskan air liur. Aku ingin segera memakannya.

"apa yang kau lakukan di sini sayang?"

Kaget, aku segera menyembunyikan uangku. Aku tidak mau Aiden nanti mengambilnya. Sudah pelit masa mau ambil uangku juga, dia kan kaya.

"ti-tidak ada"

"hm?"

"ku bilang tidak ada. Kau yang sedang apa di sini? Ini kamarku!"

"kamarku jadi kamarmu, maka kamarmu jadi kamarku. Benar kan?" ucapnya dengan senyum yang mengerikan menurutku.

"tidak, ini kamarku. Hanya kamarku"

"kenapa seperti ini kau kan istriku sayang"

Aiden mendekat dengan senyum menyebalkannya yang belum luntur. Dan tentu saja aku harus menghindar, sepertinya tangan besar itu bersiap memelukku.

"bodo amat. Kalau kau mau di kamar ini silahkan saja, lihat lihatlah sampai kau puas. Huh, aku akan pergi" ucapku tentu saja lebih tegas. Semoga saja dia tidak curiga aku membawa uang. Aku harus segera keluar untuk membeli nanas.

Aku segera turun dan mencari Anna di dapur. Kulihat dia tengah berbincang ringan dengan Lucas. Sesekali mereka terkikik kecil yang membuatku tertarik untuk bergabung. Ah tapi aku ingat, aku ingin nanas.

"Psstt... Annaaaa" panggilku pelan mendesis sambil sedikit bersembunyi di belakang meja dapur. Aku tidak mau mengambil resiko ketahuan Aiden yang sedang pelit. Tidak mau.

"hah?"

Pov Normal

"hah?"

"ken- nona Amira" ucap Lucas yang baru sadar dan kaget melihat Amira yang memanggil kekasihnya dengan jongkok di belakang meja seakan tengah bersembunyi.

MINE IS YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang