Tiga Puluh Tujuh

11.1K 313 4
                                    

Pov Normal

Asing.

Itulah kesan pertama yang ia dapatkan saat ia membuka matanya. Badannya lemas.  Tangannya bahkan terlalu berat walau untuk ia angkat hendak mengusap kepala yang mulai terasa berdenyut. Keningnya mengerut kala hidungnya mencium bau obat-obatan yang kental akan alkohol medis.

Ia coba melirik ke kanan.  Kosong.  Hanya ada meja kecil tempat obat dan tentu tiang infusnya kemudian dua kursi dan meja tinggi yang biasanya dipakai untuk makan pasien di kasur.

Kepalanya melirik kekiri. Meja rendah yang cukup rapi dengan beberapa makanan terbungkus rapi dan tertata. Bunga mawar yang membuat manis meja ditambah dengan vas mungil yang menampungnya.  Sofa tunggal yang nyaman dan disebelahnya sofa panjang yang kini tengah diduduki dua-
tunggu. 

Siapa mereka??

Disofa itu, dua orang tengah berbincang kecil. Wajah kedua pria yang ia tidak tahu.

Apa mereka orang jahat? Ah, ia harus cepat pergi kalau begitu.

Ia coba menggerakan tangannya dan mencoba bangkit.

'akh.! ' ringisnya kala beban berat seakan menghantam kepalanya.

"Merry. Kau sudah sadar?! " Merry mengeryit. Pria itu menekan kedua pundaknya agar ia kembali berbaring.  Pria satunya menekan tombol diatas ranjang kemudiam membenarkan selimut yang sedikit tersingkap.

"kau tidak apa? Jangan dipaksakan" dan dengan pasrah Merry hanya bisa kembali berbaring.

"aku Roy,  ingat.  Aku orang yang memegang ponselmu.  Dan jika kau bertanya kita dimana.  Kita di rumh sakit" jelasnya saat melihat raut wajah Merry yang bingung.

"aku Gabriel.  Maaf. Aku yang telah menabrakmu. Maaf keterledoranku"

Ah, Merry ingat.  Sebelum ini ia tengah mencari Amira dengan Kelly.  Tunggu.  Mana Kelly?

"Ke-kelly? "

"dia kekamar sebelah. Kekasihnya ada di sana jadi ia memeriksanya.  Mungkin mereka akan berbincang sebentar" ucap Gabriel sambil membawa makanan ke meja samping Merry,  namun kegiatannya terhenti karena ponselnya kembali berbunyi.

"apa tidak mengapa bila aku pergi dulu.  Ada yang harus ku tangani diperusahaannku" Merry dan Roy mengangguk disusul dengan Gabriel yang undur pergi tanpa menutup pintu secara penuh.

"nah,  kurasa kau harus makan dulu"

Merry hanya diam.  Cukup bingung dan melelahkan untuknya memikirkan kedua pria asing yang baru saja ia temui ini. Ia hnya menurut saat pria bernama Roy itu membantunya bangun dan menyusunkan bantal untuk ia bersandar.  Untunglah lukanya hanya luka ringan.

"berapa lama aku tidur? " Roy diam memasang pose berfikir sesaat setelah menata makann dimeja tinggi untuk di geser ke ranjang Merry.

"emm...  Hanya 5 jam. Tidak terlalu lama untuk ukuran korban kecelakaan.  Hanya mengingatkan bahwa sekarang malam hari" Merry hanya mengangguk kecil mendengarnya. Matanya masih memperhatikan Roy yng cukup telaten merapihkn susunan makanan di meja yang kini ada di depannya.

"aku pemilik cafe, ingat? Menyusun makanan cukup biasa untukku" Roy menjawab ekspresi heran di wajah Merry yang membuat wajahnya merah seketika. 

Merry mengeryit dan memundurkan kepalanya saat sebuah sendok berisi makanan mendekati mulutnya. "aku bisa makan sendiri"

"bukankah tangan kananmu sedang dipasangi jarum infus?  Jangan sampai itu bergeser. Jadi buka mulutmu" keukeuh Roy setelah sedikit menjauhkan sendok dari tangan Merry yang akan menggapainya.

MINE IS YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang