Tiga Belas

22.7K 685 12
                                    


~TYPO BERSEBARAN~

Pov Amira

'Mmmhh..'

Kurasakan sinar matahari menerpa wajahku, kukerjapkan kedua mataku membiasakan cahaya yang masuk dari jendela dan pintu kaca dengan gorden yang sudah terbuka, sepertinya ini sudah siang.

Eh. Aku tidak bisa bergerak.

Sebuah tangan kini melingkar dipinggangku, pria itu. Aku tidak percaya aku tidur satu ranjang dengan orang yang telah menghancurkanku, menghancurkan masa depanku, dan merebut semua mimpi dan kebahagiaankuyang selama ini aku tata dan aku jaga.

Kutatap wajahnya sekilas. Tampan. Ya, itu cocok untuknya. Tapi setampan apapun dia, dia tetaplah iblis.

Kucoba melepaskan pelukannya dipinggangku pelan agar aku bisa bebas. Aku yakin kunci kamar pasti ia simpan di nakas disebelahnya. Dan benar ternyata, kunci itu ada disana dinakas disebrang badannya.

Kuangkat perlahan tangan itu. Berhasil.

Aku jalan sedikit berjingjit pelanenuju nakas.

"Sret" gawat.

Untunglah dia hanya berbalik.

Segera aku menuju kunci kamar dan mencoba meraih kunci itu. Akhirnya kunci itu ddepan mataku, tinggal kuambil.

'Grep'

'Bruk'

"Akh"

"Apa aku memintamu untuk mengambil kunci itu?" ucapnya rendah di telingaku.

Kini aku kembali terlentang di ranjang. Kedua tanganku ditahannya, dan kini tubuhkukembali terperangkap dalam rengkuhannya. Sial.

Aku merinding takut mendengar ucapannya.


"Tidurlah kembali, aku masih lelah" ucapnya lambat sambil mempererat rengkuhannya.

Aku diam. Kulihhat dia kembali menutup matanya.

Kembali kucoba melepas pelukannya setelah beberapa saat.

"diamlah. jangan mengganggu tidurku, kalau kamu masih mengganggu kau akan tahu akibatnya"

Apa? Ada apa dengan pria ini? Aku tidak mau.

"Le-lepaskan." Protesku berusaha menahan rasa takutku.

"......"

"kubilang lepaskan aku! Aku mau pulang!" protesku lebih tinggi. Aku tidak peduli dia marah, aku harus pergi.

"bukankah aku sudah memberi hatu kamu untuk diam tidak mengganggu tidurku?"

"kalau kau mau tidur silahkan! Tapi lepaskan aku! Aku tidak peduli kamu tidur kapanpun bahkan sekarang dan selamanya aku tidak peduli! Lepaskan aku!" aku semakin brutal memberontak. Kulihat dia mulai duduk sehingga aku ikut duduk. Tangannya sudah tidak memelukku, tapi tanggannya masih erat enahan kedua tanganku.

"aku sudah bilang diam. Maka diam. Jangan membahtahku"

"lepaskan aku!"

"Diam!" pria itu lebih menekan ucapannya tapi aku tidak terima.

Ku dorong tubuhnya sekuat tenaga hingga dia terjatuh dan berguling ke bawah ranjang. Segera aku berlari dan meraih kunci sebelum menuju ke pintu. Kumasukan kunci itu dan kuputar.

"crek, crek, crek"

Apa? Bagaimana bisa?

"kamu pikir aku sebodoh itu menyimpan kunci itu sembarangan sayang" ucapnya tepat dibelakangku.

MINE IS YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang