~Typo Bersebaran~
"Mamamu pernah bertanya padaku siapa yang akan aku nikahi kelak. Mama Skyla memintaku menikah dan mencarikan sosok ayah untuk ankku kelak meski aku menolak karena aku merasa sanggup untuk merawat anakku sendiri. Tapi mama tetap memintaku menikah dan menjelaskan beberapa hal yang memang mungkin hanya akan dimengerti oleh kami sebagai wanita. Dan tentu aku mengerti hal apa itu"
"jadi kau mau menikah? Kau mau menikah denganku?"
"apa kau melamar Amira sekarang?" tanya Juno yang masih dengan wajah kaku dan pandangat dingin, tak ada sedikitpun rasa senang disana.
"ya, jika ini memang kesempatanku. Kau mau menikah denganku kan?"
"ya"
....................
"ya"
Anna dan Juno langsung mengangangkat wajah dengan mata terbuka lebar karena kaget, sedangkan Andrea tersenyum menganggap lamaran dadakannya diterima. Spontan saja mereka ingin berbicra namun ucapan Amira membuat keduanya mengurungkan niatnya.
"ya, aku akan menikah. Tapi mungkin bukan dengan mu Andrea"
Senyuman pada wajah Andrea luntur seketika. Pertanyaan 'mengapa?' dalam benaknya seakan menjadi sebuah batu besar yang menghantamnya.
"apa? Ta-tapi..."
"sebenci apapun aku pada orang itu. Sejahat apapun ia padaku dulu. Dan sedingin apapun dia. Dia tetap ayah dari anakku. Ikatan ayah dan anak kelak tak akan bisa dipisahkan, dan aku harus selalu ingat itu. Saat ini aku tengah berjuang keras untuk mencoba menerimanya dan tolong hargai usahaku. Ini bukan untukku, tapi untuk anakku kelak"
"jadi, kau memilih Aiden? Kenapa tidak denganku, aku bisa menggantikan Aiden bahkan lebih baik"
"mungkin. Aku hanya mengucapkan mungkin. Saat ini, inilah yang aku pilih. Tapi aku tidak tahu untuk kedepannya. Jika memang berubah, kenapa tidak. maaf, tapi aku harap kau mengerti Andrea" ucap Amira dengan sangat hati-hati. Dalam hatinya terselip rasa bersalah karena menghancurkan harapan Andrea. Sejujurnya ia juga sangat menyukai Andrea, namun hanya sebatas kawan dan saudara. Ia merasa memiliki kakak laki-laki saat bersama Andrea, dan ia tidak menginginkan lebih dari itu.
Andrea hanya diam, genggapan tangannya pada Amira mulai mengendur bahkan kini turun dan terlepas. Ia kecewa, sangat. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Adiknya menang. Ingin rasanya ia marah pada Amira dengan keputusannya dan memaksa Amira untuk memilihnya. Tapi bagaimana mungkin?
"kau tahu, aku marah sekarang. Sangat marah. Tapi baiklah, aku mengalah sekarang. tapi ingat saat aku punya kesempatan, aku akan membawamu dan kupastikan kamu memilihku" ucap Andrea yang sedikit lirih diakhir katanya, namun tanpa disangka.
Tes..
Andrea terdiam. Sebuah tangan halus mengusap wajahnya.
"kau tahu, akan sangat memalukan bila ada yang meilhatmu menangis. Bahkan Juno akan tertawa terbahak-bahak jika ini semakin deras"
Andrea baru menyadari, salah satu matanya mulai berair, mungkin karena kecewa dan Amira mencoba menenangkannya. Ucapan lebut dipipi Andrea sangat hangat dan nyaman. Ia bahkan menutup matanya menikmati usapan tangan itu. Wajah Amira menunduk dan semakin dekat.
"terima kasih"
'chup'
Pov Aiden
Sialan....!!!!
Jenn benar-benar menerorku. Ucapannya terlalu sulit untuk diabaikan. Bagaimana mungkin ucapan singkatnya dapat mempengaruhiku begitu besar.
Baru saja aku senang karena akan memberi kejutan pada Amira untuk datang lebih awal, namun sialannya Jenn kembali menggangguku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE IS YOURS
Romansa"Aku bukan pembunuh. Aku tidak mengenalnya" kumohon selamatkan aku. Jangan hancurkan aku. ***** "Dia milikku, dan jika aku tidak bisa memilikinya, maka lebih baik kita bertemu di dunia selanjutnya" ***** "Kau milikku. Tidak ada yang boleh memilikimu...