Lima Puluh Lima

2.1K 130 16
                                    


HAY :)

Anna : -_-
Kelly : -_-

~Typo Bertebaran~

POV Normal

'AKH!! Ja-jangan"

Sret sret

Amira menahan kembali rasa perih yang ia terima. Setelah tadi tiba-tiba dengan kasar Fallen membuatnya kembali duduk di kursi penyiksaannya, wanita gila itu malah melanjutkan acara mengerikannya itu dengan menyapa pipi Amira dengan belati tajamnya.

Membiarkan benda tajam itu menyapu kulit putih Amira hingga mengeluarkan darah. Dengan ringannya bahkan Fallen berkata seolah itu hanya maianan.

"hey, nanti Aiden akan berterima kasih padaku. Membantunya mengenyahkan wajah tak berguna ini. Benarkan?"

"dari pada sia-sia, mending menjadi asahan belati ku. iyakan ?"

Dan Amira hanya bisa menangis tertahan, meraungpun suaranya seakan tertahan. Ia tak tau mengapa.

"tapi wajahmu tidak terlalu cantik. Jadi apa yang Aiden lihat darimu? Badan?"

Amira hanya menggeleng lemah.

"Ayo kita periksa"

'BREEK'


Fallen bahkan tidak repot repot membuka dengan baik gaun cantik Amira yang harganya mungkin membuat Amira menangis mengingat dress itu se harga dengan beberapa bulan gajinya bekerja.

Fallen membuang asal robekan gaun Amira begitu saja. matanya menilik tubuh Amira perlahan. Penasaran sebagus apa tubuh wanita yang dapat menarik pria ter hot nya itu. Berusaha mencari walau setitik kecatatan yang akan membuatnya lebih baik dari wanita yang diculiknya ini.

"Aaahh.. apa ini?" ucapnya tertuju pada apa yang tersaji

" Tanda lahir?"

Belati Fallen kini mengelus permukaan kasar panjang di punggung kecil Amira. gundukan daging kecil kasar itu begitu menarik perhatian Fallen.

"buruk sekali. Ewh. Bagaimana bisa Aiden melihat hal menjijikan seperti ini?"

Amira semakin menggeleng ketakutan kala ia merasa ada yang menggores perih bekas lukanya itu.

"A-aiden.." ucap Amira pelan dalam rintihannya. Sungguh, Amira tau ia tidak pantas berharap Aiden menolongnya. Siapa dia?

Hiks

"hey, jangan menangis"

"?"

h-hiks

"KU BILANG JANGAN MENANGIS SIALAN!"

Sreet!!

Mata Amira membola. Air matanya yang baru saja tertahan mendengar ucapan halus Fallen kembali jatuh saat suara keras keluar dari orang yang sama.

Tidak, bukan karena suara Fallen yang membuatnya kaget. Tapi helaian rambut panjangnya yang kini terpisah dan terjatuh dengan acak begitu saja berhamburan di lantai karena dipotong belati tajam wanita kejam di depannya.

e-eh?


"kau tidak membutuhnya"

Fallen berucap dingin sambil tersenyum. Matanya kosong yang beberapa saat kemudian penuh akan amarah dan ambisi. Amira bahkan mulai merinding mendengan ucapan rendah Fallen. Senyuman Fallen lebih mengerikan dari pada bentakannya tadi.

MINE IS YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang