Empat Puluh Empat

10.3K 319 10
                                    

~Typo Bertebaran~

Pov Normal

Entah ini pujian yang keberapa kali yang Aiden ungkapkan dalam hatinya. Sungguh, mungkin ini salah satu dari sekian hari yang paling indah yang ia alami. Bagaimana tidak, baru saja ia membuka mata di pagi hari, Aiden di sambut dengan wajah cantik wanitanya yang masih tertidur lelap dalam pelukannya setelah sekian hari tak bisa ia sentuh sama sekali.

Tanpa bosan Aiden memandang wajah yang masih tenang dan damai dalam mimpinya. Sesekali mengusap lebut kepala si cantik dan memindahkan helaian rambut jahil yang sesekali jatuh di wajah bagai bidadari itu. Anggaplah Aiden berlebihan, tapi bukankah memang seperti ini suasana hati seorang yang tengah di mabuk cinta walau ia kini sudah tidak muda?

"bangun sayang" ucap Aiden lembut. Bahkan orang-orangnya mungkin tidak akan menyangka Aiden dapat berbicara selembut ini.

"Bangun wanitaku" ulangnya dilanjut dengan kecupan ringan di pipi dan kening Amira.

Amira yang merasa terganggu mulai menggerakan tangannya. Mencoba menahan bibir yang mulai sibuk memberi kecupan di wajahnya.

"tolong sebentar lagi" jawab Amira tanpa membuka mata sama sekali.

'bukankah wanitaku sangat manis?'

Aiden kembalii gemas melihat tingkah wanita di depannya. Amira berguling membelakangi Aiden. Piamanya yag cukup tipis menjadikan Aiden bisa melihat apa yang ada di balik piama itu walau samar.

'apa itu?'

Penasaran, Aiden semakin mendekat. Tangannya mulai maraba punggung munggil wanita yang masih nyaman tertidur. Ada tonjolan berupa garis di punggung mungil itu. Tunggu, sejak kapan??

Ah, Aiden lupa setiap ia menyentuh paksa wanitanya ini, ia selalu dalam keadaan iblisnya.

Tidak puas, Aiden mengangkat piama Amira perlahan. Menampilkan punggung putih dan lembut. Mengangkat kain tipis itu lembut sambil mengusap punggung Amira berharap wanitanya tak terganggu.

'Luka jahit?!! Bagaimana bisa Amira memeliki luka jahit yang cukup besar?!'

'ini luka jahit?? Kapan ia mendapatkannya?? Kenapa aku baru tahu?? Siapa yang berani membuat punggung cantik ini terluka??'

Beberapa pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Aiden. Aiden tau pasti ini bukan luka baru, luka lama yang bahkan mungkin sudah bertahun tahun yang lalu Amira dapatkan. Tapi tetap saja, bagaimana bisa Amira mendapatkan luka seperti ini? Apa ia pernah kecelakaan?? Aiden tidak tahu. Dan ia harus tahu.

~0_0~

Merry hanya duduk diam dikursinya. Kejadian tadi pagi benar-benar memalukan. Dan entah kenapa reaksi yang ia berikan pada dosennya ini sangat jauh berbeda dengan saat Roy yang menjadi pelaku. Sungguh, ini untuk kedua kalinya ada yang melihat tubuhnya selain keluarganya tentunya saat masih kecil. Dan sialnya, bukannya marah atau pergi, Merry malah diam kaku dengan wajah memerah saat ini. Sungguh memalukan.

"ma-maafkan aku. Aku tidak tau kau masih ber-"

"tolong jangan di bahas" cicitnya terlalu malu mengingat kejadian tadi pagi.

Andrea hanya tersenyum. Jarang sekali ia bisa melihat reaksi wanita didepannya ini dengan keadaan malu seperti itu. Sangat lucu dan lebih feminim. Ah,, ia lupa kalau wanita di hadapannya ini memang sedikit feminim walau hanya sedikit.

"ayo"

"eh, apa?" bodoh. Terlalu malu, Merry malah diam dan melamun tak sadar bahwa Andrea telah siap dan kini pria itu berdiri di depan pintu dengan kunci mobil yang sudah bertengger manis di tangannya.

MINE IS YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang