Hari itu, 10 tahun yang lalu, hari yang tidak pernah dilupakan Shareefa Agni Rafardhan. Di hari itu ia kehilangan sosok ayah yang ia cintai dan juga ia kagumi. Dan juga di hari itu ia mulai membenci seseorang, Arnawama Dimitri Syahdinubrata, laki-laki yang membuat atau mungkin memaksa ayahnya untuk mengakhiri hidupnya.
***
"Assalamualaikum, Ibuuu... Mbak Darsiiih... Reefa pulang niihh," celoteh gadis kecil berumur 12 tahun yang baru pulang dari sekolah memecah kesunyian rumah kelas menengah berlantai dua itu. Reefa kecil sangat senang karena hari ini adalah hari Jumat, dan itu berarti besok Ayah dan ibunya akan mengajak ia jalan-jalan. Minggu lalu ayahnya berjanji untuk mengajak ia ke toko buku dan membeli beberapa buku yang sudah ia incar.
Tetapi tidak ada suara hangat sambutan dari Ibu atau Mbak Darsih membalas salamnya, Rifa mencebikkan bibirnya dan berjalan menuju kamar ibunya. Lamat-lamat terdengar suara isakan di kamar itu, Ifa mengenali isakan itu adalah suara ibunya.
"Ibu?"
Reefa membuka pintu kamar ibunya takut-takut, ia ngeri melihat hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya pertengkaran ayah ibunya. Tapi ayah dan ibunya tidak pernah bertengkar, seingat gadis kecil itu, mereka adalah sosok orangtua sempurna bagi Reefa.
Di dalam kamar, Reefa melihat Ibu menangis tersedu-sedu di atas tempat tidur, dan Mbok Darsih duduk di samping Ibunya menatap Sang Nyonya dengan bingung. Pelan-pelan Reefa mendekati Ibunya.
Ibu Reefa menyadari kehadiran anak tunggal perempuannya di dekatnya, wanita ayu berumur 32 tahun itu menarik lembut putrinya ke pelukannya.
"Reefa, maafin Ayah. Ayah sudah tidak ada. Tadi Tante Sonya ngabarin Ibu..."
Reefa tertegun, gadis itu masih mencoba memahami kata-kata Ibunya. Ayah tidak ada? Maksudnya? Orang dewasa sering mengasosiakan kata-kata 'tidak ada' sama dengan meninggal. Ayah meninggal? Bukankah Ayah sehat-sehat saja, tadi pagi ia mengantarkan Reefa ke sekolah dengan mobil baru yang baru dibeli Ayahnya seminggu yang lalu? Kenapa? Ada Apa? Bohong? Ibu tidak mungkin bohong kan? Seribu pertanyaan ingin Reefa lontarkan, tapi gadis kecil itu hanya terdiam. Lidahnya terasa kelu.
***
Tangis Reefa akhirnya pecah ketika jenazah ayahnya ia lihat dengan mata kepalanya sendiri di ruang jenazah. Ibunya sudah tidak sanggup menangis lagi, sedangkan Tante Sonya yang merupakan teman baik dan rekan kerja ayahnya di kantor menangis tersedu-sedu memeluk Ibunya.
Yang Reefa mengerti dari percakapan orang-orang dewasa di sekitarnya adalah bahwa ayahnya bunuh diri, Arif Grahito Rafardhan, pimpinan cabang sebuah bank swasta asing terkenal yang tengah menanjak karirnya mengakhiri hidupnya sendiri di ruang kerja pribadinya dengan satu tembakan di kepala. Dan Tante Sonya yang menyaksikan semuanya dan menemani ayahnya yang meregang nyawa.
Gadis kecil itu tersedu-sedu di sudut ruangan, masih tidak mempercayai jenazah yang berada di atas tempat tidur itu adalah Ayahnya. Warna merah masih membasahi kain putih yang mengalasi kepala Ayahnya.
Kemudian Tante Sonya mendatanginya dan memeluknya, wanita sahabat baik ayahnya tesedu-sedu memeluknya.
"Maafin tante ya Reefa, Tante tidak bisa mencegah Ayahmu..."
Wanita itu cukup lama menangis dan memeluknya. Sementara Reefa menangis tanpa suara, mata gadis itu tidak berkedip menatap jenazah laki-laki yang sangat dicintainya. Sesaat, Tante Sonya terdiam dan membuka tasnya. Wanita itu menyerahkan sebuah buku tabungan padanya.
"Reefa, ini ada titipan dari Ayahmu. Katanya dia membuatkan tabungan ini khusus untukmu. Arif bilang itu tabungan atas namamu sendiri."
Reefa menatap kosong pada buku tabungan itu, kemudian menyimpan benda itu ke saku blazer sekolahnya. Tiba-tiba Reefa merasa tengkuknya dingin, gadis kecil itu merasa gerak-geriknya diperhatikan oleh seseorang di ruangan itu. Reefa menoleh dan mencari apa yang menyebabkan ia merasa merinding sesaat...
Dan di situlah laki-laki itu berada, di sudut ruangan jenazah. Sebagai anak yang duduk di kelas 6 SD, Reefa pun tahu kalau paman itu sangat tampan. Tubuhnya menjulang tinggi terbungkus jas kerja berwarna gelap, warna kulit kemerahan seperti orang Eropa, tetapi mempunyai rambut yang berwarna hitam. Paman yang tidak dikenalnya itu menatap tajam ke arahnya dengan mata abu-abunya, kemudian tersenyum dingin dan menunduk, mengalihkan pandangannya dari Reefa.
Reefa mengerutkan alisnya, ia tidak mengenali paman itu... Tapi ia akan mencari tahu siapa Paman yang terlihat begitu akrab dengan Tante Sonya sesudahnya.
***
Hari ini adalah hari pemakaman ayahnya. Tenyata jenazah ayahnya tidak dapat langsung dibawa pulang dan dikebumikan dua hari yang lalu karena perlu diadakan otopsi. Dan selama dua hari itu, Reefa menemukan kenyataan yang menampar keras wajahnya. Begitu banyak berita dan kabar tidak sedap beredar di media cetak dan elektronik mengenai kematian ayahnya. Beliau bunuh diri karena tuduhan korupsi, menggelapkan dana nasabahnya. Reefa tidak percaya itu karena yang Reefa mengenal ayahnya sebagai sosok yang jujur dan taat pada agama. Dan lagipula apabila memang terbukti bersalah, ke mana larinya uang ratusan milyar itu? Reefa dan ibunya hidup berkecukupan tapi tidak mewah, tinggal di rumah yang biasa saja dan uang untuk membeli mobil baru minggu lalu, Reefa tahu persis itu adalah bonus tahunan ayahnya, itupun hanya DP dan sisanya selama 3 tahun dicicil dari gaji ayahnya.
Dan paman itu, paman misterius yang hadir di kamar jenazah dan sekarang juga hadir di upacara pemakaman ayahnya, adalah sumber bencana semua kejadian ini. Paman itu bernama Arnawarma Dimitri Syahdinubrata, salah satu staf ayahnya yang melaporkan kasus korupsi yang dilakukan Ayahnya ke Petinggi di tempat ayahnya bekerja. Semua itu didapat Reefa dari pemberitaan media elektronik dan media cetak. Betapa keji masyarakat menghukum ayahnya, dan sekarang ibunya tidak berani keluar rumah karena malu.
Reefa yakin ayahnya tidak bersalah, ayahnya hanya merupakan korban dalam suatu kejahatan yang terorganisir. Ayahnya difitnah, dan Reefa kecil yang naif yakin kalau Paman itu lah yang menyebabkan semuanya..
Sekarang Reefa berdiri di samping ibunya yang menangis kembali ketika jenazah ayahnya mulai diturunkan ke liang lahat. Reefa menggenggam tangan ibunya erat-erat, menahan tangisnya. Gadis itu berjanji tidak akan menmpahkan air matanya dalam kesia-siaan hingga ia menemukan siapa dalang dari kasus yang memaksa ayahnya bunuh diri.
Hujan rintik-rintik mulai membasahi area pemakaman ketika jenazah ayahnya telah dikuburkan. Ibunya telah pergi duluan dibopong Tante Sonya dan beberapa saudara Ayahnya yang hanya sedikit -mungkin saudara-saudara Ayahnya yang lain merasa malu mempunyai saudara seorang koruptor- karena beberapa kali pingsan.
Reefa lamat-lamat berjalan menuju pintu keluar area pemakaman. Baju dan tubuh gadis kecil itu basah terkena air hujan yang semakin lebat membasahi bumi. Mata Reefa berkeliling mencari sosok paman itu kembali dan sosok itu ia temukan berdiri di bawah pohon dan ia menatapnya tajam. Kemudian paman itu berjalan ke arah Reefa dan berhenti di depan gadis kecil itu.
"Hari yang berat ya, Nona Kecil.." Paman itu tersenyum sedih, melepaskan jas hitamnya dan melindungi kepala Reefa dari air hujan dengan jas itu.
"Pergilah.. Ibumu sudah menunggu.."
Reefa menatap tajam sang paman kemudian menunduk, ingin rasanya ia memukul, menggigit atau mencakar paman itu. Tapi yang ia lakukan hanya diam dan berjalan kembali menuju mobil yang menunggu di area parkiran tempat pemakaman.
Pada hari ini ia berjanji akan membalaskan semua dendamnya suatu saat nanti, semua rasa sakitnya, semua rasa malunya, kepada paman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Lie
RomanceOPEN PO 25 JUNI S/D 10 JULI 2019. BISA DILIHAT DI PART OPEN PO LEBIH JELASNYA. PROSES PENERBITAN! BEBERAPA PART AKHIR TELAH DIDELETE! Highest Rank #5 in Romance (20122017) Apa yang akan kamu lakukan, ketika orang yang menghancurkan keluargamu, membu...