6

2.5K 265 26
                                    

Beby Pov

Aku menatap gadis yang sekarang sedang sibuk menggambar di buku gambarnya yang sering dia bawa kemana-mana. Ku topang daguku dengan tangan kananku. Gadis pendiam yang aku temui sedang menangis di dekat kolam ikan happy house. Aku masih ingat bagaimana kami bertemu dan berakhir menjadi teman dekat seperti saat ini. Dia benar-benar penuh rahasia saat aku menjadi temannya. Tapi tidak sekarang, kami saling terbuka. Hanya satu alasan yang tidak aku tahu mengapa dia dan player cap penyu itu sering bertengkar. Padahal yang aku tahu, mereka adalah sahabat sejak kecil.

"Beb? Kenapa?" pertanyaannya mengagetkanku yang sedang melamun, mengingat bagaimana kami bertemu.

"Gapapa kok. Cuma... lagi pengen diem aja," jawabku tersenyum semanis mungkin. Dia mengangguk dan melanjutkan menggambarnya.

Aku kembali mengingat pertama kali kami berkenalan. Dia sedang menangis sesenggukan saat aku menemukannya. Entah dia menangis karena apa. Hingga kini aku tidak tahu alasannya waktu itu menangis.

Setelah berdebat dengan Oma, aku segera keluar dari pintu besar berwarna coklat itu. Namun, langkahku terhenti saat mataku mendapati seorang gadis sedang duduk sambil menangis. Ku hampiri dirinya yang masih menunduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kamu kenapa? Kok nangis?" tanyaku duduk disampingnya. Sepertinya dia terkejut, sehingga dia sedikit menjauhiku.

"Nggak usah takut. Kamu siapa? kok aku baru liat?" tanyaku lagi.

Dia tidak menjawab, melainkan langsung memelukku erat.  Aku sedikit terkejut, bahkan aku sedikit terdorong. Namun untungnya aku dapat menahan tubuhnya.

Ku balas pelukannya, aku tahu dia merasa tertekan saat ini. Air matanya terus mengalir. Aku sedikit bingung, kenapa dia menangis seperti ini? dan disini? siapa yang membuatnya menangis?

Beberapa saat kemudian, dia sudah berhenti menangis. Dia melepaskan pelukannya dan menghapus sisa-sisa air matanya.

"Makasih..." lirihnya menundukan kepala. Aku sedikit tersenyum mengangguk. Dia masih menundukan kepalanya, sepertinya dia sedang berfikir.

"Eemm... kenalin aku Beby," ujarku memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan kananku. Dia mengangkat wajahnya dan menatapku sebentar, kemudian membalas uluran tanganku.

"Veranda. Jessica Veranda," katanya memperkenalkan diri.

Aku mengangguk dan menoleh ke arah sampingku. Ku petik sekuntum bunga melati dan ku letakan bunga itu di sela-sela telinganya. Dia sedikit tersipu dengan perlakuanku.

"Jangan nangis lagi. Air mata yang kamu buang itu cuma sia-sia," kataku terus menatapnya.

"Eemm... iya, sekali lagi makasih udah mau nenangin aku," ucapnya berdiri dari duduknya dan berpamitan pulang padaku.

"Beb? Beby! Halloo! Beb!" aku terkejut mendengar suara teriakan di hadapanku yang terdengar sangat lembut. Ku lihat dirinya sedang menatapku yang sepertinya sekarang ini terlihat seperti orang bodoh.

"Kenapa?" tanyaku membuatnya terkekeh pelan.

"Kamu tuh ya lucu bener deh. Masa malah nanya ke aku kenapa. Harusnya tuh aku yang nanya, kamu kenapa kok diem aja? Hayooo, lagi mikirin apaan?" katanya meledek.

"Apa sih, Ve? Orang nggak napa-napa kok," ucapku berpura-pura mengalihkan pandangan pada ponselku.

"Masa? Apa jangan-jangan kamu mikirin seseorang?" aku menghela nafas dan menatapnya yang masih terkekeh.

"Aku cuma mikir, kalo jam segini makan siomay, enak kali ya?" kataku mengetuk-ngetukan jari telunjukku pada dagu.

"Dih dia laper. Ya udah yuk, kita cari makan. Aku juga laper," katanya berdiri dari duduknya.

The Angels Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang