14

2.1K 269 20
                                        


Author Pov

Setelah kepulangan Opa mereka dari Jepang, ketiga sepupu itu terlihat lebih sering berada di rumah. Entah apa yang membuat mereka sering berada di rumah. Seperti sekarang ini, entah angin atau setan darimana yang membawa ketiganya dalam satu ruangan. Televisi dihadapan mereka adalah salah satu yang membuat ketiganya terlihat serius.

Shania yang baru saja akan ke dapur langsung berhenti saat melihat suasana di dalam ruang TV. Senyumnya mengembang saat melihat tiga bersaudari itu sedang menonton sebuah pertandingan sepak bola.

Dia berjalan perlahan tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Senyumannya terus mengembang kala Beby yang duduk diantara Nabilah dan Kinal memegangi sekotak popcorn dan ada beberapa minuman bersoda yang tergeletak diatas meja.

"TUHKAN BEGO! itu harusnya di oper ke sayap kiri. Malah ngoper lambung, jadi salah oper kan," teriak Kinal mengunyah popcorn-nya. Beby dan Nabilah hanya menganggukan kepalanya. Mata keduanya masih fokus pada permainan bola dari tim kebanggaan mereka.

"Kalian tim apa?" tanya Shania duduk di sofa single yang ada disana.

"Argentina." Jawab mereka kompak. Shania kembali tersenyum dan ikut menikmati permainan sepak bola itu. Sesekali matanya melirik pada ketiganya yang sesekali memperlihatkan kerutan di kening mereka.

"ADUH!! jangan kayak gitu dong! mainan apaan dah!" Itu adalah omelan dari Beby. Nabilah hanya berdecak dan mengambil satu genggam popcorn yang Beby pegang.

"Sejak kapan kalian suka nonton bareng?" Ketiganya langsung menoleh pada Shania. Sedangkan Shania hanya menaikan satu alisnya saat ketiganya langsung berdiri san berlalu pergi.

"Lah? kok malah pergi sih? Beby! kinal! Nabilah! yee... malah pergi. Lagi seru nih! nggak nonton lagi? aku ganti ya?" Tidak ada jawaban dari ketiganya. Terdengar suara pintu tertutup, pertanda mereka masuk ke dalam kamar masing-masing.

Shania tersenyum dan mematikan televisi yang masih menyala. Dia tidak berniat untuk menonton karena sebentar lagi dia akan menghadapi ujian nasional. Dia segera beranjak ke dapur untuk mengambil air putih. Saat akan berjalan, tangannya ada yang menahan hingga dia menoleh.

"Eh!" Kagetnya saat wajahnya sangat dekat dengan orang itu.

"Lo, temenin gue sekarang!" Tangan Shania segera dia tarik ke arah kamarnya. Shania yang masih bingung dengan apa yang di maksud terpaksa menurut.

Sesampainya di kamarnya, Shania di dudukan di atas sofa panjang yang ada di dalam kamar tersebut. Sedangkan gadis tadi sibuk mengambil sesuatu.

"Sini deketan!" Perintahnya yang di turuti oleh Shania. Satu headset dia letakan di telinga Shania, dan satu lagi ada padanya. Layar laptopnya menampilkan permainan bola tadi. Shania tersenyum dan diam menatap layar laptop itu.

Hampir 30 menit mereka dalam posisi menyandarkan punggung di sandaran sofa dengan laptop yang di letakan diatas meja. Sesekali mata Shania melirik gadis yang bertampang datar itu. Getaran itu kembali terasa kala tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan tangan orang di sampingnya.

"Akhirnya, menang juga." Ucap orang disampingnya dengan senyuman puas. Dia menoleh pada Shania dan mengerutkan keningnya.

"Kenapa lo diem aja? nggak suka sepak bola?" tanyanya sedikit takut Shania bosan. Gadis jangkung itu hanya menggeleng dengan senyum manisnya.

"Enggak, gue seneng sepak bola kok." Ucap Shania mencoba mengalihkan pandangannya dari orang yang sudah membuat jantungnya berpacu dengan cepat.

"Liat gue kalo gue lagi ngomong! gue nggak suka ada orang ngomong sama gue, tapi yang di liat bukan gue." Kata orang itu memaksa Shania dengan menarik dagu Shania agar wajahnya menatap pada dirinya.

The Angels Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang