17

2.2K 289 16
                                    


Author Pov

Pagi ini Nabilah sudah duduk dengan santainya diatas kursi Shania. Dia sangat yakin jika Shania akan ke sekolah hari ini. Beberapa teman Shania menyapanya yang hanya mendapat anggukan darinya.

"Nabilah?" Nabilah mengangkat wajahnya dan melihat Gaby yang baru saja datang.

"Kok disini?" Tanya Gaby lagi sambil duduk di samping Nabilah.

"Shania mana?" Tanya Nabilah to the point.

Gaby terdiam sejenak. Entah kenapa, tiba-tiba dadanya terasa sesak saat Nabilah menanyakan tentang Shania. Gaby berusaha tersenyum sembari meletakan tasnya diatas meja.

"Kamu mau ketemu Shania?" Nabilah mengangguk cepat. Gaby kembali merasakan sesak. Padahal baru saja dia berusaha menetralkan perasaannya itu.

"Ya udah, nanti pulang sekolah, aku temuin kamu sama dia." Kata Gaby mencoba mengalihkan pandangannya.

Nabilah menarik tangan Gaby dan tersenyum lebar. "Bener? makasih ya, Gab? gue tau, pasti dia sedih karena sikap Opa gue. Oh iya, emang dia nggak sekolah ya?" Gaby menggeleng dan melepaskan tangannya pelan dari genggaman Nabilah.

"Ma... maaf, Gab." Gumam Nabilah yang langsung menjauhkan tangannya.

"Mending kamu ke kelas, dikit lagi masuk." Suruh Gaby tersenyum tipis.

"Shania kenapa nggak sekolah? dia sakit? atau dia nggak sekolah karena dia nggak mau liat gue?" Nabilah tidak menggubris ucapan Gaby. Dia malah terus bertanya tentang Shania.

Apa kamu nggak tau, Bil? aku sakit setiap kamu nanyain sahabat aku sendiri. Tapi aku sadar, kamu lebih sayang dia daripada aku. Batin Gaby dalam hati.

"Dia nggak apa-apa kok, cuma tadi dia katanya males ke sekolah. Terus, dia pergi ke makam Mamanya." Jawab Gaby. Nabilah mengangguk mengerti.

"Lo tau makam Mamanya dimana?" Gaby menggeleng pelan. "Gue nggak pernah tau. Soalnya, Shania nggak pernah ngajak gue." Ucap Gaby menatap Nabilah yang terlihat kecewa.

"Ya udah deh, gue balik ke kelas ya? lo yang semangat belajarnya. Daaah!"

Setelah kepergian Nabilah, Gaby tersenyum kecut. Dia berfikir, jika dia selalu kalah dengan Shania jika urusan percintaan. Bahkan dulu, saat dia masih kecil, Bunda panti asuhan lebih menyayangi Shania daripada dirinya.

"Semoga kamu selalu bahagia, Shan." Gumamnya menatap foto Shania dan dirinya yang dia simpan di dalam dompetnya.

*****

Sekolah hari ini telah usai, Nabilah langsung berlari ke arah kelas Gaby. Kelas gadis itu belum selesai saat dia sampai di depan pintu. Dia terus menunggu hingga pintu kelas itu terbuka.

"Hai!" Serunya saat Gaby keluar dari dalam kelas. Gadis berlesung itu tersenyum tipis dan menghampiri Nabilah.

"Udah disini aja. Ya udah, langsung aja yuk!"

"Gab!" tangan Nabilah menghentikan langkah Gaby yang akan berjalan.

"Kenapa?" Tanya Gaby bingung.

"Lo... dapet darimana gelang ini?" tanya Nabilah mengangkat pergelangan Gaby ke atas.

"Oh ini, kata Bunda aku, ini dari temen panti aku dulu. Kenapa?" Nabilah menggeleng dan mengajak Gaby untuk kembali berjalan.

*****

Sesampainya dirumah Gaby, Nabilah turun dari mobilnya. Memang Nabilah memutuskan untuk mengendarai mobilnya sendiri. Karena tidak mungkin dia tinggal di sekolah. Sedangkan Gaby, dia tetap menaiki mobil jemputannya.

The Angels Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang