28

2.1K 313 36
                                        

Beby Pov

Aku menatapnya yang sedang membersihkan makam Mama juga adik kecilnya yang ternyata adalah adik Veranda. Aku tidak menyangka jika adik Veranda ada pada keluarga Shania dulu.

Mataku menatap pada makam Mamaku. Aku tersenyum kecut saat mengingat kejadian yang merenggut nyawa Mamaku. Di sana, di tempat kejadian, aku dan Mama berada di sana dengan dua gadis kecil juga seorang wanita dewasa. Aku dan seorang gadis kecil itu berhasil menyelamatkan diri. Tapi tidak dengan Mamaku. Mama memutuskan untuk menyelamatkan wanita dewasa itu tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri.

"Kok diem aja?" Aku menoleh dan melihat Shania sedang menatapku. Aku berusaha untuk tersenyum dan meletakan sebuket bunga untuk Mama yang sudah melahirkan aku.

"Udah, 'kan? Kita pulang, ya?" Tanyaku dengan mata yang masih menatap nisan Mamaku. Setiap kemari, rasanya aku masih mengingat sangat jelas kejadian itu.

"Jangan sedih, 'kan ada aku." Ucapan Shania barusan membuat aku menoleh dan menatapnya sangat lekat. Ucapannya itu mengingatkan aku pada sosok kecil yang aku temui di rumah pemakaman dulu.

"Kenapa?" Tanya Shania dengan wajahnya yang kebingungan karena aku yang terus diam.

"Gapapa. Ayo! Kita pulang dan istirahat. Aku capek seharian jalan sama kamu." Aku berjalan terlebih dahulu. Dan aku mendengar dia berdecak kesal. Biarkan saja. Karena dia, aku jadi merindukan putri kecil itu.

Di dalam perjalanan pulang, aku tahu dia memperhatikan aku. Tapi aku mencoba acuh. Ya, malulah kalau ketahuan aku salah tingkah. Jadi diam itu lebih keren.

"Kamu ada masalah, kah sama aku?"

"Eh? Enggak kok."

"Terus kenapa diem aja?"

"Pengen aja."

"Pengen kok diem. Pengen itu... pengen makan kek, pengen hang-out kek atau pengen-"

"Aku pengen kamu. Gimana?"

Dia menoleh kepadaku dengan matanya yang mendelik terkejut. Aku mencoba menahan senyumku karena ekspresinya itu sangat lucu.

"Nggak gimana-gimana. Lagian aku ogah sama kamu." Ujarnya menatap jendela sampingnya.

"Kamu makin hari makin cantik deh, Shan." Sepertinya sedikit menggodanya lumayan seru.

"Dari orok juga udah cantik." Ucapnya asal. Aku hanya tersenyum tipis.

"Tapi kalo di liat dari ujung Monas dan pake sedotan." Ku lihat dia tidak merespon. Matanya hanya menatap ke jendela tanpa mau menoleh padaku.

Ketika lampu merah, aku mengikuti arah pandangnya. Dan terlihatlah sebuah taman yang penuh dengan banyak wahana di dalamnya.

"Makanya cepet sembuh, kalo cepet sembuh 'kan, aku bisa ajak kamu kesana." Ucapku tanpa melihatnya. Aku tahu dia menoleh padaku.

"Beneran?" Tanyanya terdengar sangat antusias.

"Iya. Tapi sembuh dulu kakinya. Nggak bakal puas kalo kamu ke sana sama kaki kamu yang sekarang." Jawabku sembari menjalankan mobilku.

Aku melihat dia tersenyum lebar dari ujung mataku. Senang rasanya bisa melihat senyum lebarnya itu.

*****

Author Pov

Ini sudah tiga hari setelah keduanya pergi ke rumah sakit juga makam. Beby tak hentinya bersikap posesif pada Shania yang kakinya mulai sembuh berkat Beby yang selalu menjaga dan merawatnya.

The Angels Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang