43

1.7K 263 32
                                    

Author Pov

Hari ini Kinal baru sampai di ibu kota. Kakinya dengan santai berjalan menuju mobil jemputannya. Sesekali tangannya mengetikan sesuatu pada ponsel pintarnya dan tersenyum ketika membaca balasan sang kekasih. Sepanjang jalan tidak pernah pudar senyum Kinal membaca balasan-balasan yang Veranda berikan.

"Aku kangen kamu."

Baca Kinal pada salah satu pesan yang Veranda kirimkan padanya. Gadis itu selalu saja bisa membuat Kinal tersenyum lebar walau dia tahu kalau dia pernah membuat gadis itu menangis.

"Aku tau, aku ngangenin." Balasnya sembari tersenyum lebar. Dia tahu kalau gadisnya itu akan cemberut membaca balasannya.

Dia kembali meletakan ponselnya di atas paha, menatap jalanan sampingnya yang meski macet tidak membuat dia bosan karena balasan-balasan yang Veranda berikan.

"Baru kemarin aku sama kamu, Ve, sekarang aku kangen kamu." Gumamnya dalam hati sembari tersenyum.

Kepalanya kembali menoleh pada ponselnya, melihat gadisnya itu kembali membalas pesannya. "Nanti kalo aku ketemu kamu, aku pukul kamu yang terlalu kepedean." Balasan Veranda lagi-lagi mengundang tawa kecil dari Kinal. Dengan di sertai emoticon wajah kesal, gadis itu membalas pesannya dan itu membuat Kinal tak bisa berhenti tertawa.

"Maaf, Nona, ada apa?" Tanya sang supir. Kinal menggeleng dan menyuruh supirnya itu untuk fokus pada kemudinya.

"Mau kamu pukulin aku seberapa keras dan banyaknya pukulan kamu, aku malah suka. Itu artinya kamu sayang aku." Kinal tertawa kecil membaca balasannya. Setelah memberi emoticon senyum, dia mengirimkannya pada Veranda.

"Udah ah, aku mau belajar. Pokoknya aku ngambek sama kamu!"

Notifikasi chat dari Veranda lagi-lagi mengalihkan pandangan Kinal, dia menunduk dan mengecek balasan Veranda. Senyumnya kembali mengembang dan tangannya kembali mengetik. "Belajar yang pinter ya, anak baik? Nanti kalo jadi lulusan terbaik, aku bakal nikahin kamu langsung. Love you, bidadari."

Setelahnya Kinal tidak lagi mendapat balasan, hanya tanda kalau gadis yang dia cintai itu membacanya. Sepertinya gadis tercintanya itu benar-benar menyibukan diri dengan buku-buku yang super tebalnya.

"Jangan tanya aku seberapa aku rindu kamu. Karena rindu yang aku punya, melebihi semua yang ada di dunia. Bahkan aku tidak bisa menghitung seberapa bahagianya aku saat ada di dekatmu." Kinal tersenyum tipis membaca tulisannya pada buku kecil yang sering dia bawa. Selesai menuliskan isi hatinya di sana, dia kembali memasukannya ke dalam tas dan memilih menyandarkan punggung lelahnya.

*****

Setelah bertemu dengan kolega-koleganya, Beby segera kembali ke hotel untuk bersiap kembali ke Jakarta. Tidak jadi dua hari satu malam, ternyata hari itu juga Beby ingin segera pulang. Dia tidak mau berlama-lama meninggalkan Jakarta. Bukan karena apa, tapi karena Jakarta adalah kota kelahiran Shania. Dia tidak ingin meninggalkannya.

Rasanya dia ingin beristirahat sejenak, melepas segala jenuh yang ada dalam pikirannya. Tapi tidak mungkin dia lakukan saat ini, karena dia jauh dari kedua sepupunya yang selalu membantunya saat sedang seperti ini. Dan dia tidak mungkin meminum minuman laknat itu.

"Bosen." Bisiknya membuat Anin yang duduk di sebelahnya menoleh.

"Boss, bosen?" Tanya Anin pelan. Beby yang mendengar itu pun juga menoleh.

"Diem kamu." Jawab Beby tanpa menjawab pertanyaan Anin. Gadis di sampingnya itu hanya mengangguk pelan dan kembali sibuk pada laptop di pangkuannya.

The Angels Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang