Author Pov
Beby menoleh menatap gadis bertubuh pendek di hadapannya. Ada rasa kecewa saat mengetahui gadis itu bukan orang yang dia cintai. Wajah yang tadinya berharap segera berubah menjadi datar.
"Silahkan duduk." Kata Beby singkat.
Gadis berkemeja putih dan memakai rok di atas lutut itu mengangguk pelan. Kakinya perlahan melangkah ke depan dan duduk di kursi yang ada di hadapan Beby. Dia merasa kagum melihat wajah calon bossnya itu. Meski ekspresinya datar, namun wajah tegasnya membuat dia kagum padanya.
"Sudah di interview?" Tanya Beby tanpa menoleh. Kepalanya terus menghadap pada laptopnya yang terbuka.
"Su-sudah, bu." Jawabnya sedikit gugup.
Beby mengangguk kecil, tangannya meraih amplop coklat besar yang ada di atas berkas-berkasnya dan mengeluarkan isinya. Di bukanya berkas-berkas itu dan membacanya.
"Aninditha Rahma Cahyadi? Nama panggilan?" Ucap Beby meletakan berkas-berkas itu dan melirik gadis di hadapannya.
"A-anin, bu." Beby mengangguk kecil dan menyeruput sedikit kopinya yang mulai dingin.
"Besok kamu sudah mulai bekerja. Jam 7 pagi kamu harus sudah ada di kantor. Dan untuk ruanganmu, besok Alexa saja yang mengantarkanmu. Sekarang, kamu bisa pulang. Istirahat yang cukup karena kamu di sini sebagai asisten pribadi saya." Anin mengangguk paham dan tersenyum manis.
"Terimakasih, bu. Saya permisi." Ucapnya berdiri dan berbalik pergi. Tapi baru beberapa langkah, suara Beby kembali membuatnya berhenti.
"Dan tolong, jangan panggil saya dengan sebutan itu, karena saya belum tua. Panggil saya seperti mereka memanggil saya." Anin berbalik dan menganggukan kepalanya mengerti dengan suara kecil dia berkata, "Iya." Kemudian dia kembali melangkah untuk pergi.
"Oh ya, satu lagi! Tolong ganti parfum kamu, saya nggak suka sama wanginya." Mata Anin mendelik mendengar ucapan lanjutan dari boss barunya itu. Tapi dia hanya mengangguk patuh dan segera pulang.
"Astagaaa, itu manusia apa es sih? Dingin banget. Nggak ada senyumnya, asal nyuruh orang ganti parfum. Padahal ini parfum enak banget wanginya. Tapi ya udahlah, nasib Asisten Pribadi boss." Gerutu Anin saat sudah di luar gedung kantor barunya itu. Kakinya berjalan menuju luar untuk mencari taksi.
Sementara di dalam ruangan tadi, Beby berdiri dan menghadap pada jendela besar di belakangnya. Mata tajamnya menatap lurus ke jendela sana seakan memecahkan kaca anti peluru itu. Memang kaca di kantor Beby di buat untuk anti peluru, karena melihat saingan dari Opanya sangat banyak dan mungkin ada salah satu dari mereka ingin mencelakai Beby sebagai pemegang saham terbesar.
Kedua tangannya ia masukan ke dalam kantong celananya. Tanpa ia sadari, setetes air mata meluncur begitu saja dari pelupuk matanya ketika mengingat wangi parfum gadisnya. Ia merindukan gadisnya, bahkan sangat merindukan gadisnya.
"Shanju, kamu dimana? Apa kamu ngerasain apa yang aku rasain?" Gumamnya dalam hati.
Di lain tempat, seorang gadis jangkung dengan wajah yang terkenal judes itu berjalan anggun menuju sebuah mobil. Masuk dan seseorang di depannya segera melajukan mobil itu menuju suatu tempat.
Kepalanya menoleh pada jendela sampingnya, menatap langit setiap harinya adalah hobi baru untuknya. Setetes air mata ia rasakan pada pipinya yang mulai tirus. Dalam hati ia selalu memanggil dan meneriakan pada satu nama.
"Beby, aku sama rindunya sepertimu."
*****
Kinal menghela nafas panjang menatap gadis di depannya kini. Gadis itu sudah menangis dengan kepala menunduk.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Angels Of Love
FanfictionSeiring berjalannya waktu, mereka sedikit demi sedikit luluh akan apa yang di perbuat Shania. Beby yang awalnya tidak menyukai Shania, akhirnya mengakui perasaan yang selama ini tidak ia percayai. Dan Kinal, mengakui semua yang dia rasakan pada saha...