46

1.6K 303 27
                                        

Author Pov

Shania memasuki ruangan Kinal setelah mengetuk. Tampak gadis itu sedang mengetik di atas keyboard laptopnya. Sepertinya gadis itu belum sadar kalau yang datang bukanlah sekretarisnya. Suara batuk Shania membuat Kinal memgangkat wajahnya.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Kinal menatap datar Shania yang masih berdiri.

Gadis jangkung itu melangkah lebih dekat dengan meja kerja Kinal dan meletakan satu map di sana. "Gue nggak terima lo batalin kontrak kita gitu aja. Kenapa lo seenaknya gini ngebatalin kerja samanya? Hah?" Kata Shania menatap Kinal tidak suka.

"Gue udah batalin dan nggak bisa di ganggu gugat." Ucap Kinal mengalihkan pandangannya ke arah laptopnya lagi dan mulai mengetik.

"Lo nggak bisa gitu, Nal! Jangan mentang-mentang lo orang terpandang, lo bisa seenaknya gini! Kenpa lo batalin? Hah?!" Emosi Shania yang sudah tidak mampu di bendung akhirnya mencuat dan membuat Kinal menatapnya tajam.

"Cukup, Shan! Gue mau batalin kontrak kerjanya! Sekarang, lo bisa balik lagi ke Balikpapan dan nggak perlu lo kembali kemari."

"Kenapa lo batalin? Hah? Dari tadi gue nanya itu tapi lo nggak jawab. Apa ini ada masalahnya sama gue? Iya? Lo nggak bisa gitu dong, Nal! Kita udah buat kontrak kerja untuk pembangunan rumah sakit dan lo sendiri udah nyetujuin. Tapi kenapa tiba-tiba lo batalin? Karena gue? Iya?"

"Gue bilang cukup, Shania! Gue cuma nggak mau lagi kerjasama sama kalian, itu aja. Udah oke? Gue mau ada meeting, lo bisa keluar sekarang."

"Nggak bisa! Kontrak kerja harus tetep di jalanin sampe selesai, Nal. Lo kira buat laporan dan segala macemnya itu enak? Hah? Lo boleh kecewa sama gue, tapi lo nggak harus mutusin kontrak kerja sama Sakti! Lo nggak profesional tau, nggak?"

"Apa lo bilang? Nggak profesional? Gue mutusin kontrak kerja sama Sakti biar dia nggak tau masalalu lo! Gue rela rugi jutaan bahkan milyaran rupiah asal masalalu lo sama Beby nggak Sakti tau! Dan satu lagi, gue nggak mau sampe adek gue itu tau kalo orang yang selama ini dia sebut namanya setiap dia mabuk, setiap dia tidur, itu udah bukan sepenuhnya punya dia. Dan orang yang dia sayang dan dia cintai itu udah punya orang lain, gue cuma mau lindungin..."

Ucapan Kinal berhenti saat matanya melihat Beby sudah berdiri di depan pintu dengan tasnya berada di tangan gadis itu. Shania yang bingung melihat Kinal yang terdiam langsung mengikuti ke arah mana Kinal lihat. Betapa terkejutnya dia melihat Beby sudah berdiri dengan ekspresi wajah yang sulit untuk di artikan.

"Beby, ak-"

"Hai! Apa kabar?" Sela Beby dengan air mata yang perlahan memudarkan pandangannya.

Dengan cepat Beby menghapus air matanya dan tersenyum lebar menatap Shania. Tepatnya senyuman palsu. Dia melangkah perlahan dan melewati gadis itu menuju Kinal.

"Heh bego! Kalo bawa apa-apa itu di cek dulu, berkas penting sampe di tinggal." Ucap Beby memberikan tas yang tadi dia bawa pada Kinal.

Dia menoleh ke arah Shania yang masih berdiri di sampingnya. Lagi-lagi senyum palsunya dia berikan pada gadis jangkung yang kini tampak menegang wajahnya.

"Udah lama nggak ketemu, ya? Kamu makin cantik. Oh ya, kamu kemana aja? Hm? Nongol-nongol udah di depan Kinal aja. Jadi inget waktu kita ketemu, ya?" Shania masih diam, tidak berniat menjawab Beby. Jantungnya berdetak cepat dan terasa keringat mulai mengalir di dahinya.

"Nal, gue pinjem dia, ya? Kayaknya ada banyak yang dia mau ceritain selama setahun kita nggak ketemu. Dan... gue mau lo nggak ngebatalin kerjasama lo sama... siapa tadi? Sak-sak siapa?" Tanya Beby memasang wajah seolah sedang berpikir keras.

The Angels Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang