Author Pov
Seorang gadis berambut sebahu terus memainkan games yang ada dihadapannya. Matanya seakan tak mau berkedip sedikit pun.
"Nal!" panggilan seseorang yang sangat dia kenali tidak dia gubris sama sekali.
"Kinal!" masih sama, tidak ada respon dari Kinal yang sibuk bermain.
"Kinal, aku lagi ngomong sama kam-"
Brak!!
Suara bantingan itu terdengar menggema disudut ruangan yang lumayan luas itu. Kinal berdiri dari duduknya setelah membanting stick PlayStation-nya dan menoleh pada seorang gadis cantik yang menatapnya ketakutan.
"Lo bisa nggak sih?! nggak ganggu gue sekaliii aja!" bentaknya menatap tajam pada gadis cantik itu.
"A... a... aku cu... cuma mau kasih ini," lirihnya pelan sambil menyodorkan segelas susu putih.
Kinal tertegun beberapa saat, dia melirik pada gelas susu yang masih belum dia ambil.
Sampai sekarang, kamu masih inget kebiasaanku, Ve? maafin aku. Lirihnya dalam hati. Dia segera mengambil gelas itu dan langsung berjalan keluar ruangan, meninggalkan Veranda terdiam.
"Kinal!" panggilan Veranda berhasil menghentikan langkahnya saat akan keluar. Dia diam tidak berniat menoleh sedikit pun.
"Kapan kita kayak dulu?" tanya Veranda dengan suara pelan.
Kinal membeku mendengar pertanyaan itu. Dia ingin membalikan badannya, tapi segera mengurungkannya.
"Nal, aku cuma pengen kita yang dulu. Nggak lebih kok. Tapi, kal-"
"Lupain gue." Suara Kinal begitu dingin di telinga Veranda.
Veranda sedikit menggigit bibir bawahnya, menahan sesak yang tiba-tiba menyerang dadanya. Begitu perih yang dia rasakan. Dengan sekuat tenaga, dia menahan air matanya agar tidak tumpah.
Kinal hendak berjalan kembali, namun langkahnya terhenti karena sepasang tangan kurus, melingkar dengan erat di perutnya.
Ada rasa senang dan rindu akan pelukan ini. Tapi dia segera menggeleng kecil saat ingatan itu kembali menghantui fikirannya. Dia segera melepas tangan yang masih memeluknya dari belakang. Tapi sayang, semakin dia berusaha melepaskannya, semakin orang itu mengeratkan pelukannya. Hingga suara pecahan gelas membuat si pemilik tangan, reflek melepaskan pelukannya karena kaget.
"GUA BILANG, JAUHIN GUA!! LO PUNYA KUPING ATO NGGAK, SIH?!!" bentakan Kinal sontak membuat Veranda yang tadinya hanya beberapa jengkal dari Kinal, sedikit mundur karena terkejut mendengar bentakan Kinal.
"Jauhin gue. Ato lo bakal tau akibatnya," ucap Kinal dengan suara menahan emosi.
Veranda sudah tak sanggup lagi menahan air matanya. Dia membiarkan air matanya tumpah begitu saja. Matanya tak pernah lepas dari punggung tegap Kinal yang meninggalkannya sendiri. Dia sadar apa yang sudah dia lakukan. Tapi apakah salah, hanya untuk melepas rindu yang sudah lama bersarang dalam hati? tidak kan? toh, dia tidak merugikan orang lain.
Veranda berjongkok dan membersihkan serpihan gelas kaca yang sudah pecah. Air matanya masih mengalir dengan deras. Tidak dia pedulikan luka yang tergores akibat tangannya meremas kuat serpihan gelas itu. Dia hanya ingin menyalurkan rasa sakit dan emosinya yang tidak bisa dia keluarkan.
"Kak Ve!!" suara Shania yang baru saja turun dari tangga, tidak mencuri perhatiannya.
Shania berlari menuju Veranda dan berusaha membuka genggaman tangan Veranda. "Kak Ve, lepas. Ayo, buka tangannya, kak." Shania terus berusaha membuka genggaman tangan Veranda. Namun Veranda begitu kuat.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Angels Of Love
FanfictionSeiring berjalannya waktu, mereka sedikit demi sedikit luluh akan apa yang di perbuat Shania. Beby yang awalnya tidak menyukai Shania, akhirnya mengakui perasaan yang selama ini tidak ia percayai. Dan Kinal, mengakui semua yang dia rasakan pada saha...