34

2.2K 289 17
                                    

Author Pov

Seorang pria paruh baya duduk di kursi kebesarannya dengan wajah yang menandakan jika amarah sedang menghampirinya. Sesekali suara gertakan gigi terdengar karena menahan amarah yang entah harus pada siapa ia lampiaskan.

Di sisi lain, tampak pria berjas abu-abu dengan rambut sedikit ikal serta kacamata minus bertengger di hidung bangirnya. Kedua tangannya ia letakan di depan dengan bentuk saling menggenggam, menandakan bahwa dirinya menghormati pria paruh baya yang ada di hadapannya kini.

"Saya minta, cari tahu sudah berapa lama mereka berhubungan. Dan suruh anak buahmu untuk memberikan bukti. Mengerti?!" Ucap pria paruh baya itu tanpa menoleh sedikitpun.

"Baik, Tuan. Saya akan menyuruh anak buah saya mencari tahu kedekatan Shania dan Beby. Secepatnya akan saya berikan semua buktinya kepada anda." Ujar pria itu membungkuk hormat.

"Ya sudah, cepat!" Seru pria paruh baya itu. Sebelum keluar, pria berjas abu-abu itu membungkuk hormat lalu keluar dari sana.

"Keparat!" Marah pria paruh baya itu memukul meja di hadapannya. Matanya lurus menatap tajam ke arah depan dan suaranya terdengar begitu berat menahan emosi.

*****

Gadis berlesung pipi itu kini terus menatap orang di hadapannya. Matanya tak pernah lepas barang sedikit dari orang yang tampak lesuh itu. Sesekali gadis di hadapannya itu menghela nafasnya dan meminum minuman yang beberapa menit lalu di pesan.

Ini adalah pertama kalinya ia melihat seorang Nabilah yang selalu ceria berbeda seperti biasanya. Wajah yang di tekuk, raut wajah yang sendu dan rambut yang sedikit acak-acakan. Tidak seperti Nabilah yang selalu dia lihat setiap pagi di sekolah dulu.

"Di makan, aku tau kamu belum makan." Ucapnya menyodorkan makanan yang sudah sedikit hangat.

Nabilah hanya mengangguk kecil dan kembali meminum minumannya. Dia menyandarkan punggungnya dan diam menatap Nabilah yang kini menundukan kepalanya.

"Mau sampe kapan kamu gini?" Tanyanya mencoba lagi mengulik apa yang sudah terjadi pada gadis yang dia cintai ini.

"A-aku... aku capek kerja, Gab. Aku udah minta buat cuti dulu. Aku minta buat manager aku untuk cancel semua jadwal aku dulu, tapi dia terus nyuruh aku. Capek tau... capek..." Kembali terdengar suara tangis dari Nabilah. Gadis itu menyembunyikan wajahnya di balik tangan yang di letakan di atas meja. Bahunya bergetar dan suaranya sangat terdengar pilu.

Gaby terdiam beberapa detik. Dia yakin jika Nabilah berbohong kepadanya. Demi kenyamanan Nabilah, dia lebih memilih berpura-pura percata. Dia hanya ingin Nabilah merasa lebih tenang dan melupakan masalahnya yang sebenarnya walau hanya sedikit.

"Oke, entar aku bantu kamu buat bilang ke manager kamu. Udah ih, jangan nangis. Cengeng banget, lagian mau jadi artis tapi nggak mau sibuk. Rasain tuh." Nabilah mengangkat wajahnya menatap Gaby. Mata keduanya bertemu dan detik berikutnya mereka tertawa.

"HAHAHAHA muka kamu lucu!" Seru keduanya bersamaan. Mereka kembali terdiam dan tak lama kembali tertawa. Entah apa yang membuat keduanya tertawa seperti itu.

"Udah yuk! Kita pergi jalan-jalan. Di sini terus yang ada kita bakal lumutan." Ajak Gaby berdiri dari duduknya sembari mengulurkan tangan kanannya kepada Nabilah.

Nabilah tersenyum manis melihat tangan Gaby. Dengan masih tersenyum dia menerima uluran tangan Gaby dan menggenggamnya sedikit erat. Keduanya tersenyum dan berjalan meninggalkan cafe yang sempat menjadi saksi air mata dari salah satu calon pewaris Kagawa Group.

*****

Sedaritadi Kinal tersenyum-senyum sendiri menatap Veranda yang kini sedang menggambar desain baju terbarunya. Katanya untuk lomba minggu depan dan harus secepatnya di berikan kepada panitia di kampusnya

The Angels Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang