Shania Pov
Rasanya sangat bosan tidur di dalam kamar rumah sakit ini. Apa lagi harus berdua dengan gadis menyebalkan yang sekarang sedang asyik membaca novel.
Aku berfikir sejenak, sepertinya menyenangkan jika mengerjainya sebentar. Ku coba menegakan tubuhku untuk duduk, tapi sedikit sulit karena kepalaku yang masih sedikit pusing.
Saat sedang mencoba duduk, sepasang tangan menahan bahuku. "Nggak usah sok kuat," katanya membantuku duduk. Ku hela nafas dan memasang wajah kesalku.
Dia kembali duduk dan membaca novelnya. Aku berfikir apa yang harus aku minta dari dia, biar aku bisa mengerjainya.
Ah, gue tau harus ngapain. Batinku tersenyum jahil.
"Beb!" panggilku padanya yang hanya berdeham.
"Hm."
"Kupasin buah dong, gue laper." ucapku memasang wajah cemberutku.
Dia menghela nafas dan berdiri dari duduknya. Di bukanya tas kresek yang ada di atas nakas dan mengambil buah apel dari dalamnya.
"Mau ini?" tanyanya memperlihatkan buah apel itu padaku.
Aku menggeleng. Dia kembali memasukan buah itu dan mengeluarkan buah pir.
"Ini?" aku kembali menggeleng. Dia menghela nafasnya dan memasukan buah itu lagi.
Di keluarkannya buah pisang dan aku kembali menggeleng. Dia terlihat kesal dan sedikit kasar memasukan buah pisang itu.
"Lo maunya apa?" geramnya kesal.
Dalam hati aku sudah tertawa melihatnya sangat kesal. Aku mencoba menahan tawaku dan mengangkat wajahku menatapnya.
"Aku mau buah naga." jawabku polos. Dia mendelik dan langsung duduk di sampingku.
"Lo itu bego ato apa sih? kenapa nggak ngomong dari tadi? kalo kayak gitu kan gue nggak usah keluarin tuh buah satu-satu." ujarnya kesal.
"Lo nggak nanya," ucapku memainkan jari.
Dia mengacak rambutnya kasar dan duduk membelakangiku. "Beb, buah naga ya? beliin. Gue pengen buah naga." kataku memegang lengannya. Dia diam dan menoleh padaku.
"Nggak. Gue nggak mau, gue males keluar-keluar." ucapnya melepas kasar peganganku dan kembali ke tempat duduknya.
"Pelit." gumamku pelan.
Aku kembali berfikir dan dengan kesal aku melempar bantal yang tadi ku pakai tidur.
Beby menoleh dan menatap mataku tajam. "Lo gila ya? ngapain lempar-lempar bantal?" tanyanya. Aku diam mengalihkan pandanganku ke arah lain.
Rasanya sangat kesal melihat dia yang terlalu dingin. Apa lagi kalau sudah ada kak Ve, tingkat dinginnya melebihi es di kutub utara.
"Shania!" bentaknya yang membuatku kaget dan menoleh padanya.
"Lo kenapa sih?" tanyanya melempar lagi bantal itu ke arahku. Sungguh kasar sekali gadis ini. Dengan kesal aku kembali melempar bantal itu padanya yang akan duduk.
Dia menoleh dan menatapku tajam. "Lo..." ujarnya menahan emosi.
Dia berjalan mendekatiku dan menatapku dengan dekat. "Lo maunya apa sih?" untuk beberapa saat aku terdiam menatapnya sedekat ini. Entah kenapa jantungku berdetak sangat cepat.
"Shania!" aku mengerjapkan mataku beberapa kali.
"A-apa?" tanyaku pelan.
"Lo maunya apa sih? pake lempar-lempar bantal segala. Sekarang, kasih tau gue, lo mau apa?" tanyanya mencengkeram lenganku.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Angels Of Love
FanfictionSeiring berjalannya waktu, mereka sedikit demi sedikit luluh akan apa yang di perbuat Shania. Beby yang awalnya tidak menyukai Shania, akhirnya mengakui perasaan yang selama ini tidak ia percayai. Dan Kinal, mengakui semua yang dia rasakan pada saha...