19

2.2K 313 18
                                    

Author Pov

Hari ini Happy House tampak sepi. Kinal yang pergi entah kemana, Beby yang menemani Veranda pergi dan Shania yang bosan di rumah sendirian, memutuskan untuk pergi ke toko Viny. Sementara gadis bergingsul yang memakai hoodie bergambar kelinci, sedang berjalan dengan santai melewati koridor sebuah kantor.

Matanya terus melirik orang-orang yang sedang berbisik, seakan sedang membicarakan dirinya. Saat kakinya akan melangkah menaiki eskalator, dia berhenti. Perlahan kepalanya mendangak. Melihat apa yang ada di atas pagar pembatas. Seketika matanya mendelik saat sadar apa yang dia lihat. Dia segera memakai hoodie-nya dan dia ambil masker yang ada di kantongnya. Dia benar-benar tidak tahu apa yang Opanya inginkan.

*****

Saat sudah sampai di atas, tepatnya di depan pintu ruang kebesaran sang kakek, Nabilah membuka pintunya dengan sangat kasar. Matanya sudah menatap datar pada pria paruh baya di hadapannya itu.

"Selamat siang cucu Opa. Kemari dan duduk di sini." Ucap sang kakek menyuruhnya duduk di sebuah sofa yang ada di sana. Nabilah menghela nafasnya saat melihat kesekeliling ruangan itu. Kepalanya sedikit menggeleng dan sesekali menghembuskan nafas kasar.

"Opa, aku mau to the point aja. Opa ngapain sih, sampe bikin banner terus di pasang besar-besar di koridor? muka kita lagi yang di pasang. Ini lagi, pake di bikin muter gini dalem ruangan. Nggak sekalian aja di bikin baliho." Pria paruh baya itu terkekeh pelan mendengar gerutuan Nabilah.

"Kamu tau? ini adalah sebuah keajaiban karena kalian bisa duduk di satu tempat. Opa bahagia, makanya Opa buat ini semua. Habis ini poster-poster foto ini akan datang." Nabilah melotot saat mendengar ucapan sang kakek. Bagaimana bisa sampai di buat poster? Pikir Nabilah tidak percaya.

"Opa, kalo kayak gini caranya, Nabilah pulang aja. Malu di sini." Ujar Nabilah berdiri. Namun dia kembali berhenti saat dia melupakan sesuatu.

"Jangan lupa sama janji Opa buat kuliahin Shania." Kata Nabilah sebelum pergi dari sana. Bahkan gadis itu melupakan tujuan awalnya ke kantor besar itu. Opanya hanya mengangguk dan membiarkan Nabilah pergi.

Sepanjang jalan keluar dari kantor itu, Nabilah terus menutupi wajahnya agar tidak kelihatan oleh orang-orang. Dia benar-benar malu dengan kelakuan kakeknya.

*****

Veranda tampak tersenyum melihat-lihat pakaian yang baru saja dia desain. Kepalanya menoleh pada Beby yang dengan diam menemaninya. Gadis berlesung itu tersenyum ke arahnya dan menaikan satu alisnya. Tanda bertanya.

"Kamu udah laper? makan siang yuk! sekalian ajak Shania. Siapa tau dia bisa." Beby berfikir sebentar. Dia tidak tahu harus mengiyakan atau tidak.

"Ya udah, kita ke toko yang dia jaga aja." Ucap Beby akhirnya.

Keduanya pun pergi menuju toko Viny. Sementara orang yang mereka tuju, sedang bersandar di tembok. Dan di hadapannya ada Kinal yang mengunci tubuhnya dengan kedua tangan yang di letakan di dinding belakang Shania.

"Apa sih, Nal? sana!" Ketus Shania menoyor kepala Kinal.

Kinal hanya tersenyum lebar, melihat Shania yang kesal padanya. "Elo sih, makin hari makin cantik. Kan gue makin sayang." Kata Kinal menaik turunkan alisnya.

"Sana, Nal! kalo di liat orang nggak enak." Ucap Shania mencoba mendorong tubuh Kinal agar menjauh darinya.

"Ya ampun, Shan, kita sama-sama cewek aja. Lagian gue tuh kangen sama pacar gue. Masa nggak boleh."

The Angels Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang