42

1.6K 272 10
                                    

Beby Pov

Jika harus berhenti bernafas dengan alasan yang kuat, aku akan lakukan. Tapi kini aku tidak punya alasan itu. Duniaku masih miliknya, hati dan fikiranku masih tertuju padanya. Cintaku masih untuknya dan mungkin tidak akan bisa di rebut oleh siapapun.

Pengaruhnya begitu besar untukku hingga menutup mata saja, dia bisa menelusup masuk ke alam bawah sadarku. Menemaniku di sana tanpa harus merasa takut akan adanya mata tersembunyi yang melihat. Andai Nabilah tidak membangunkanku, mungkin aku tidak akan pergi ke kantor hari ini.

Aku memutuskan cuti dari dunia perkuliahan dan menjadi direktur utama di bidang kesehatan untuk perusahaan keluargaku. Awalnya aku ingin berhenti, tapi Oma menentang dan meminta aku hanya mengambil cuti satu tahun. Dan demi menghormati keinginan Oma, aku menurutinya. Entah apa yang Omaku katakan pada rektorku itu. Karena Oma yang turun tangan mengurus semuanya dan itu juga atas permintaan Opa. Tapi masa bodoh, percuma kalaupun aku kuliah, sementara otakku di tempat lain. Buang-buang uang saja.

Kini aku sudah di dalam mobil bersama seorang supir di depan dan di sampingku duduk seorang gadis yang menurutku dia cantik, tapi tidak secantik gadisku. Dia asisten baruku yang sengaja aku minta pada Alexa selaku HRD untuk merekrut satu dari sekian banyaknya orang. Dan tentunya perempuan.

"Tolong ambilkan minum." Gadis di sampingku itu tampak mengangguk dan membukakan sebotol air mineral yang segera di berikan kepadaku. Baguslah, kerjanya cepat.

"Nih, makasih." Dia terlihat mengangguk dan kembali mengambil botol minum itu dari tanganku.

Hari ini kami akan pergi menuju bandara untuk pergi ke luar kota. Hanya untuk dua hari satu malam. Meski begitu, aku selalu menghubungi orang-orang suruhanku juga orang suruhan Kinal yang masih mencari keberadaan Shania. Entah dimana gadis itu sekarang. Sungguh aku merindukannya.

"Maaf, boss, apa saya boleh turun sebentar di pom bensin? Saya... kebelet." Aku melirik gadis di sampingku ini. Dia ini sebenarnya lucu tapi aku lebih suka Shania.

Aku menghela nafas pelan dan mengangguk. Mataku kembali menutup dan aku bisa mendengar dia meminta Pak Edi, sopir di depan untuk berhenti di pom bensin yang akan kami lewati. Tak butuh waktu lama, aku merasakan mobilku ini berhenti dan suara pintu mobil di sebelah kiriku terbuka, menandakan gadis itu sudah keluar.

Aku membuka mata dan mengikuti ke arah mana dia pergi. Di ujung sana, aku bisa melihat gadis pendek itu memasuki toilet umum yang memang di sediakan oleh pihak pom bensin.

Beberapa detik berpikir, aku jadi mengingat dulu Veranda pernah sempat mampir ke sebuah pom bensin dan gadis itu berteriak keras di dalam toilet, memanggil namaku. Saat aku masuk, dia berdiri di depan satu bilik kamar mandi dengan wajah memerah. Aku bertanya dan dia menjawabnya dengan menunjuk satu titik di dalam bilik kamar mandi itu. Dan ketika aku memeriksanya, ternyata di sana ada sebuah kamera kecil yang tersembunyi pada gantungan pakaian. Dan kalian mungkin tahu kelanjutannya.

Saat mengingat hal itu, tanpa berkata apa-apa aku langsung membuka pintu mobil dan berlari mengejar Anin. Aku hanya memastikan kalau di sana tidak ada barang semacam itu.

"Anin!" Aku berteriak sembari membuka pintu di depanku. Ternyata di dalam sana ada beberapa gadis yang menatapku aneh. Aku menghela nafas dan berjalan santai memasuki toilet itu dan memanggilnya sekali lagi.

"Anin!" Tak berapa lama, pintu bilik tengah terbuka dan menampakan gadis itu menatapku dengan bingung.

"Boss mau ke toilet juga?" Tanyanya dengan wajah polos. Aku menggeleng tapi kakiku melangkah memasuki bilik toilet yang dia pakai. Aku mencoba periksa setiap sudutnya dan aku menyesal sudah kemari.

The Angels Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang