Author Pov
Shania terbangun dari tidurnya, diliriknya jam di atas nakas yang masih menunjukkan pukul 3 dini hari. Dia duduk dan menoleh ke arah Gaby yang masih terlelap. Helaan nafas keluar dari mulutnya saat fikirannya tertuju pada kejadian kemarin malam.
"Dasar! Orang aneh!" Gumam Shania menahan emosi. Akhirnya, dia memutuskan untuk mencoba tidur lagi meski sesekali matanya terbuka kembali namun ia berhasil terlelap.
Esok paginya, Shania dan Gaby sudah terbangun, hanya saja Shania segera pulang. Meski hari ini libur tapi, Shania harus pergi bekerja.
"Pulang ya, Gab? Tante, Om, Shania pulang dulu," kata Shania sambil tersenyum manis. Kedua orang tua Gaby tersenyum mengangguk dan Shania pulang diantar supir yang biasa mengantar Gaby sekolah. Namun, saat di tengah jalan, mobil yang Shania tumpangi di hadang oleh sebuah mobil berwarna biru. Dan Shania tahu siapa pemilik mobil itu.
Seorang gadis berambut pendek dengan wajah dinginnya, keluar dari dalam mobil itu dan mengetuk kaca mobil supir. "Maaf, pak, saya teman Shania. Biar dia pulang dengan saya saja." Ucap orang yang ternyata Kinal. Dia melirik Shania yang menatapnya tajam.
"Aduh, gimana ya, non? Ini saya disuruh nyonya bu-"
"Udah gapapa, pak. Ayo, Shan keluar. Biar aku anter pulang." Ucap Kinal tersenyum semanis mungkin. Shania mendelik pada Kinal yang tetap memasang senyumnya. Dengan terpaksa, Shania akhirnya keluar dari mobil supir Gaby. "Makasih ya, pak? Hati-hati." Ucap Shania setelah keluar dari mobil. Kinal menarik tangan Shania tanpa meminta izin dari Shania.
"Eh, eh, eh! Siapa suruh narik-narik? Lepas!" Kata Shania sembari menarik tangannya dari genggaman Kinal.
"Kita pulang, Shan. Kamu itu pacar aku!" Ucap Kinal tetap menarik tangan Shania. Saat Kinal lengah, dengan cepat Shania menendang kaki bagian belakang Kinal dan itu membuat Kinal langsung jatuh bersujud di depan Shania. "Aduh dengkul gue!" Pekik Kinal langsung melepaskan genggaman tangannya. Shania berjalan meninggalkan Kinal yang masih kesakitan. Susah payah Kinal berdiri dan mengejar Shania yang terus berjalan.
"Shan! Pelan-pelan dong jalannya! Dengkul gue berdarah nih!" Teriak Kinal yang terus mengejar Shania yang tak mau menoleh.
"Gila ini cewek! Berasa ngejar kuda gue. Aduh... Begonya gue, pake celana pendek lagi." Gerutu Kinal yang masih berusaha mengejar Shania.
"Shan! Sakit nih kaki gue!" Shania berhenti mendadak dan membuat Kinal menabrak punggung tegapnya. Shania menoleh ke arah Kinal yang memasang wajah cemberutnya. "Dasar manja! Gitu aja ngeluh! Nih rasain!" Ucap Shania sambil menendang dengkul Kinal yang terluka. "Pulang sana! Gak usah ikutin gue lagi." Ucap Shania berjalan meninggalkan Kinal yang misuh-misuh tak jelas.
"Gini amat hidup gue. Shan! Bantuin kek, malah di tambahin sakitnya." Gerutu Kinal yang memutuskan kembali ke dalam mobilnya.
"Salah sendiri ngikutin mulu. Rasain dah tuh." Monolog Shania.
Shania terus berjalan menuju rumahnya, tapi dia tidak sadar kalau Kinal dan seseorang lainnya sedang mengikutinya. Dia berhenti untuk menunggu angkutan umum lewat, sesekali matanya menatap layar ponsel yang menampilkan percakapannya dengan Viny.
"Nunggu angkot?" Tanya seseorang membuat Shania menoleh. "Nabilah? Bikin kaget aja. Eemm.. iya nih lagi nunggu angkot. Lo ngapain disini?" Tanya Shania memperhatikan wajah samping Nabilah. "Oh gitu. Gue lagi berdiri samping bidadari." Ucap Nabilah menoleh ke arah Shania dengan senyum manisnya. Seketika wajah Shania terasa panas karena malu. Shania menunduk, untuk menyembunyikan wajah memerahnya itu. "Dih? Malah blushing hahaha." Shania menoleh saat mendengar Nabilah tertawa. Gadis bergingsul di sampingnya itu sangat jarang terlihat tertawa di wilayah sekolah. Baru kali ini dia melihat Nabilah tertawa. "Kenapa?" Tanya Nabilah saat Shania memandangnya dengan tatapan yang tidak ia ketahui. "E..enggak, cuma... Kaget aja. Ternyata... Kamu itu bisa ketawa juga," Ucap Shania tersenyum. Nabilah tersenyum tipis mendengar ucapan Shania. Ditariknya tangan Shania yang langsung menatapnya penuh tanya. "Eh? Mau kemana?" Tanya Shania menarik tangannya kembali. Nabilah menoleh dan menunjuk warung bubur yang ada di seberang jalan. "Temenin gue sarapan ya? Gue belum sarapan." Ucap Nabilah nyengir. Shania yang juga merasa lapar, langsung mengiyakan. Mereka tidak tahu kalau di dalam mobil berwarna biru itu, Kinal sedang memaki Nabilah yang seenaknya menggandeng "pacarnya". "Nabilaaaaahh!! Gue mau jalan sama dia! Kenapa jadi elo sih?! Aaargghh!!" Teriak Kinal sambil memukul-mukul setirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Angels Of Love
Fiksi PenggemarSeiring berjalannya waktu, mereka sedikit demi sedikit luluh akan apa yang di perbuat Shania. Beby yang awalnya tidak menyukai Shania, akhirnya mengakui perasaan yang selama ini tidak ia percayai. Dan Kinal, mengakui semua yang dia rasakan pada saha...