Author Pov
Hari demi hari yang mulai berganti menjadi minggu dan bulan, membuat banyak perubahan akan diri seorang Beby. Sikapnya yang semakin dingin dan lebih suka meminum minuman keras pada jam pulang kerja membuat asisten pribadinya itu sedikit kewalahan karena sulit membangunkan Beby pada pagi hari. Sudah banyak cara yang di lakukan Nabilah serta Kinal untuk membuat gadis bermata tajam itu menghilangkan kebiasaan buruknya. Namun tetap saja, tidak ada perubahan.
"Lo mau sampe kapan mabuk-mabukan kek gini, Beb? Woy! Anjing! Dengerin gue!" Kinal menendang kaki Beby yang sudah terbaring tak sadarkan diri di atas sofa. Kakinya yang terjuntai di bawah terus di tendang oleh Kinal yang sudah kesal dengan kelakuannya.
"Malah di lempar bantal gue." Kesal Kinal menampik bantal yang Beby lemparkan.
Sedangkan Nabilah tampak duduk di sofa lainnya dengan wajah super datarnya. Matanya terus menatap tubuh Beby yang sesekali menggeliat dan mulutnya yang tak henti mengoceh serta memanggil-manggil nama Shania.
"BEB!" Dengan kesal Kinal menarik tubuh Beby hingga terjatuh di atas karpet karena gadis itu mulai muntah.
"Ck! Lama-lama semua perabotan rumah lo muntahin, Beb!" Seru Kinal sangat kesal.
Bagaimana tidak kesal? Hampir semua perabotan di rumah itu Beby muntahi setiap pulang dari bar. Dan keesokan paginya, Kinal serta Nabilah harus membangunkannya dari tidur panjang serta membangunkannya dari mimpi yang dia buat sendiri.
"Shania! Jangan tinggalin aku! Ngerti nggak, sih?! Aaaa!" Tiba-tiba pekikan Beby membuat Kinal mendelik. Nabilah yang sedari tadi diam langsung menggigit lengan Beby yang tidak berhenti memukul-mukulkan tangannya di kaki meja ruang tamu.
"BANGUN!" Dengan sangat kasar Nabilah menarik jaket kulit yang Beby kenakan. Entah tenaga darimana yang Nabilah dapatkan sampai bisa mengangkat tubuh Beby hingga berdiri, Nabilah segera mendorong gadis itu menuju tangga.
"NAIK! GUE CAPEK LIAT LO GINI TERUS! BANGUN BAJINGAN!"
Kinal terpaku melihat bagaimana Nabilah yang menendang, memukul, bahkan menampar Beby habis-habisan dengan air mata yang sudah mengalir sejak tadi. Gadis yang selama ini dia kira tidak peduli akan Beby yang kehilangan Shania, ternyata lebih menyedihkan saat ini. Dia bisa melihat dari mata Nabilah kalau gadis itu sangat menyayangi Beby. Mereka memang saling menyayangi, hanya saja, rasa gengsi menyelimuti diri masing-masing.
"Bangun, Beb! BANGUN DAN BESOK KITA CARI SHANIA! JANGAN KAYAK GINI TERUS!" Nabilah berteriak keras sembari menarik tubuh Beby yang kembali terjatuh akibat pukulannya.
Bi Rita yang hampir setiap malam mendengar keributan itu sampai menangis di balik pintu dapur yang tertutup. Rasa sesak menyeruak dalam hatinya setiap memdengar suara Beby yang pilu memanggil-manggil nama Shania. Bahkan dia pernah tertegun di pagi hari saat Beby yang baru turun dari tangga, memanggil-manggil nama Shania. Dan saat itu juga, Bi Rita sadar, Beby sedikit depresi karena hatinya yang sangat kehilangan Shania.
"Beb, bangun ya? Kita cari Shania sama-sama. Gue yakin dia baik-baik aja, Beb. Ayo, bangun! Gue tau lo sayang dia, kalo lo sayang dia, lo harus bangkit, jangan kayak gini." Secara perlahan Nabilah menarik tangan Beby, mendudukannya di anak tangga ketiga dari bawah dan memeluknya.
"Gue kangen dia, Bil." Bisikan itu seakan membelah dunia saat itu juga. Nabilah benar-benar merasa tertampar mendengar bisikan yang penuh kerinduan serta penuh kesedihan di sana. Beby benar-benar merindukan Shania. Batas rindu yang gadis itu punya entah harus bertahan sampai kapan.
"Iya, gue tau, Beb. Kita cari Shania, ya? Hm? Dia pasti juga kangen lo. Makanya, lo jangan gini lagi, ya?" Perlahan kepala Beby mengangguk dan setelah itu, kepalanya jatuh di atas bahu Nabilah, menandakan gadis itu pingsan yang akan berlanjut tidur. Seperti biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Angels Of Love
FanfictionSeiring berjalannya waktu, mereka sedikit demi sedikit luluh akan apa yang di perbuat Shania. Beby yang awalnya tidak menyukai Shania, akhirnya mengakui perasaan yang selama ini tidak ia percayai. Dan Kinal, mengakui semua yang dia rasakan pada saha...