Author Pov
"Kakinya masih sakit?"
Shania menoleh dan melihat Kinal berjalan ke arahnya yang sedang duduk di kursi taman belakang. Dia tersenyum melihat Kinal yang duduk di sampingnya.
"Kata dokter, harus pake perban dulu sampe ngerasa enak kakinya. Ini masih sakit banget." Ucap Shania tersenyum.
"Kenapa nggak di urut aja?" Tanya Kinal memperhatikan kaki Shania yang di perban.
"Maunya sih, gitu. Tapi kata dokter kaki keseleo itu nggak boleh di urut." Kinal mengangguk dan menatap ke depan.
"Kamu ada masalah?" Tanya Shania memperhatikan wajah samping Kinal.
"Nggak ada. Cuma aku lagi takut." Ujar Kinal sesekali menghela nafas.
"Takut kehilangan Kak Veranda?" Kinal mengangguk kecil.
"Shan, apa harus aku nyerah? Ve kayaknya benci banget sama aku."
"Nggak kok, Kak Ve itu nggak benci kamu. Kalo dia benci kamu, dia nggak bakal mau nyiapin pakaian kamu buat liburan."
"Tapi dia ngejauhin aku."
"Bukan dia, tapi kamu yang buat dia jauhin kamu."
Kinal menatap wajah Shania dari samping. "Kalo kamu sama Beby... gimana?" Shania menaikan satu alisnya sambil menoleh pada Kinal.
"Beby?" Kinal mengangguk dan berusaha menahan tawanya.
"Aku nggak ada apa-apa sama dia." Ucap Shania mengalihkan pandangannya.
"Oke deh, aku pergi dulu, ya? Masuk. Udah malem." Shania mengangguk dan menatap punggung Kinal yang memasuki mobilnya.
Shania terdiam mengingat kata-kata Kinal tadi. Meski dia sadar kalau hatinya mulai menyukai Beby, tapi dia terus mengelaknya.
*****
Beby yang semalam di telepon oleh sang Oma untuk menemani Shania pergi ke dokter, dengan senang hati mengatakan "iya". Dan kini gadis berlesung pipi itu sedang sibuk memilih pakaian untuk menemani gadis pujaannya itu.
"Yang ini keren nggak, ya?" Gumamnya sambil menatap dirinya di depan cermin dengan sebuah baju lengan pendek yang memiliki hoodie di belakangnya.
"Nggak-nggak, gue mau jalan sama Shania ke rumah sakit. Masa pake baju lengen panjang." Ucapnya kembali memasukan baju itu ke dalam lemari dan mencari baju lainnya.
Dia terus mencari-cari pakaian yang cocok untuknya pagi ini. Tapi tetap dia merasa tidak ada yang cocok. Tangannya berhenti sejenak dan berfikir sambil menatap pakaian yang sudah tidak karuan di atas tempat tidur.
"Aha! Kenapa nggak pake baju ini aja." Serunya mengambil satu pakaian. Sebuah kemeja lengan panjang dan sebuah baju berbahan wol tanpa lengan.
"Masih cukup nggak, ya? Masihlah, badan gue nggak segede Kinal." Ujarnya berlari ke kamar mandi untuk berganti pakaian.
Sementara Shania yang sedang duduk di ruang tamu sesekali menoleh ke atas. Setelah tadi Beby menyuruhnya berganti pakaian dan menyuruhnya menunggu di ruang tamu, gadis itu belum juga turun.
"Dia mandi atau ngeramin telur, sih? Lama bener dalem kamar mandi." Gumamnya pelan.
Matanya menatap kakinya yang masih di perban dan beralih menatap tongkat di sampingnya. "Haaah... cepet sembuh ya, kaki? Aku nggak bisa leluasa kalo pake tongkat terus." Beby yang baru saja turun merasa iba pada Shania. Itu salahnya kemarin dan dia sadar kalau dialah orang yang tidak sengaja menumpahkan sabun cair di tangga tanpa berniat mengelapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Angels Of Love
FanficSeiring berjalannya waktu, mereka sedikit demi sedikit luluh akan apa yang di perbuat Shania. Beby yang awalnya tidak menyukai Shania, akhirnya mengakui perasaan yang selama ini tidak ia percayai. Dan Kinal, mengakui semua yang dia rasakan pada saha...