35

2.1K 290 15
                                    


Author Pov

"Kinal, ini kamu mau ngapain sih? Kok pake di tutup segala matanya."

Veranda terus mengoceh sepanjang jalan menuju apartemen Kinal. Matanya di tutup dan itu membuat Veranda tidak tahu ada dimana dia sekarang. Sementara Kinal yang membawanya sedari tadi hanya tersenyum gemas melihat tingkah Veranda yang tidak ada hentinya.

"Kamu kok nggak jawab, sih? Capek tau matanya di giniin." Kembali terdengar suara protes dari Veranda. Namun Kinal masih belum mau menjawab. Dia terus menuntun Veranda dengan pelan dan sangat hati-hati.

"Nal, aku pukul ya, kalo kamu nggak jawab." Ancam Veranda. Kinal terkekeh pelan dan menghentikan tubuh Veranda yang akan berbalik.

"Dua langkah lagi, kita udah nyampe." Ucap Kinal tersenyum geli melihat raut wajah Veranda yang sudah di tekuk.

Dengan patuh Veranda kembali menggenggam tangan Kinal. Dan benar apa yang Kinal bilang, dua langkah setelahnya mereka berhenti.

Terdengar Kinal sedang menekan password pintu apartemennya. Veranda menghela nafas beberapa kali. Entah mengapa tiba-tiba dia merasa jantungnya berdetak sangat kencang. Padahal dia tidak tahu apa yang akan Kinal berikan padanya.

"Silahkan masuk, tuan putri." Bisik Kinal tepat di belakang telinga Veranda.

Keduanya perlahan memasuki apartemen Kinal yang tampak sangat mewah. Dengan dasar warna putih yang di padukan dengan warna hitam sebagai furniture-nya.

Perlahan tangan Kinal membuka ikatan penutup mata yang di kenakan oleh Veranda. Jantungnya yang sedari tadi berpacu sangat cepat membuatnya berusaha menetralkannya namun tetap saja tidak bisa.

Veranda membuka matanya secara perlahan. Dan betapa terkejutnya dia melihat apa yang sudah ada di hadapannya. Balon berbentuk huruf yang bertuliskan "Happy Birthday" dan balon berbentuk angka usianya yang sudah bertambah. Ia tidak menyangka jika Kinal masih mengingat ulang tahunnya dengan sangat baik. Bahkan dia hampir saja melupakan hari kelahirannya itu.

Di mana-mana banyak sekali balon berwarna putih dan biru muda bertebaran. Dan di meja makan yang tak jauh dari sana, terlihat kue tart yang lilinnya belum di nyalakan. Wewangian aroma terapi tercium oleh hidung mancung Veranda. Belum lagi taburan bunga mawar merah yang berbentuk "Love" melingkari meja makan, semakin menambah kesan romantis di sana.

Senyum haru Veranda tampak jelas di wajahnya. Belum pernah dia di berikan kejutan yang sangat mewah dan romantis seperti ini. Kepalanya menoleh menatap Kinal yang sedari tadi tersenyum memandanginya.

"Ka-kamu inget?" Tanya Veranda dengan suara bergetar.

"Tentu. Mana mungkin aku lupain ulang tahun orang yang sangat aku cintai. Mari, tuan putri. Kita tiup lilin yang ada di sana dan kita habiskan malam ini dengan merayakan hari kelahiranmu." Ucap Kinal mempersilahkan Veranda layaknya tuan putri sebuah kerajaan.

Veranda berjalan perlahan melewati taburan bunga mawar yang ada di kiri kanannya. Ia tak hentinya berdecak kecil melihat semua yang Kinal siapkan untuknya.

Sesampainya mereka di depan meja makan, Kinal mengambil korek api yang dia siapkan di dalam kantong jaketnya. Sambil tersenyum manis, ia menyalakan lilin berwarna merah itu.

Veranda yang berdiri di depannya terus tersenyum. Dia tidak menyangka jika Kinal akan memberikan kejutan yang melebihi apa yang dia bayangkan selama ini.

"Selamat ulang tahun, bidadari. Ucapin harapan kamu dan tiup lilinnya, biar aku yang foto." Kata Kinal segera mengambil kameranya di dalam bufet kecil dan mulai menyetelnya sebentar.

The Angels Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang