25

2.4K 307 32
                                    


Author Pov

Selama perjalanan menuju pulau pribadi keluarga Kagawa, Beby selalu saja menatap wajah samping Shania. Sesekali senyumnya mengembang. Walau tipis tapi Shania menyadari itu.

Sesampainya mereka di sana, Shania lah yang paling gembira. Dia sampai melompat-lompat karena kegirangan.

"Suka?" Shania terdiam mendengar pertanyaan itu. Dia menoleh dan mendapati Beby sedang berdiri di sampingnya. Kepalanya hanya mampu mengangguk dan sedikit menunduk.

Beby tersenyum dan tangannya terangkat untuk mengacak poni Shania. Dia merasa jika Shania sangat lucu jika seperti itu. Benar-benar menggemaskan. Pikirnya.

Mereka masuk ke dalam Villa. Menurut Shania, ini bukanlah Villa yang dia bayangkan. Ini lebih menakjubkan. Bangunan Villa ini benar-benar membuatnya tercengang. Yang dia lihat ini lebih seperti hotel. Dindingnya di lapisi batu marmer. Dan nuansa yang diambil juga sangat khas dengan budaya Jawa tapi di buat sangat modern dan elegan karena mengambil warna hitam putih.

"Gue mau ke kamar." Ucapan Kinal membuatnya menoleh dan menghentikan gadis yang masih mengenakan piyamanya.

"Tunggu!" Serunya membuat semua orang berhenti.

"Aku mau jelasin sesuatu. Jadi selama kita di sini, akan ada aturan-aturan. Dan aku udah bu-"

"Aku capek, pengen tidur. Kamu bisa ke kamarku buat jelasin."

Shania menghela nafasnya kasar melihat Kinal yang sudah berjalan menuju kamarnya. Dan di susul yang lainnya yang memang terlihat ingin istirahat.

"Aku istirahat dulu ya, Shan?" Pamit Gaby menepuk pundak Shania dan berjalan pergi memilih kamar.

Shania menoleh pada Beby yang masih diam di tempatnya. Senyumannya kembali mengembang saat menatap Beby yang tidak beranjak dari tempatnya.

"Kamu mau dengerin aku kan?" Tanya Shania dengan percaya diri. Tangannya menarik-narik lengan Beby yang perlahan menoleh padanya.

Wajahnya mendekati wajah Shania dan berkata, "Nggak sama se-ka-li." Beby langsung berjalan meninggalkan Shania yang sudah mengembungkan pipinya. Kakinya dia hentakan karena kesal dan menarik kopernya menuju kamar yang akan dia tempati.

*****

Malam harinya, Shania keluar dari kamarnya dengan strategi yang akan dia buat agar semua orang mau berkumpul bersama. Namun saat dia keluar kamar, tidak ada orang yang dia lihat.

"Sepi amat, padahal datengnya rame-rame." Kata Shania berjalan pelan menuju balkon. Dia tersenyum melihat kilauan bintang-bintang yang terlihat jelas malam ini. Kepalanya dia tolehkan ke bawah dan matanya memicing saat dia menangkap dua orang yang sedang saling memagut.

"Dasar, Kak Viny." Gumamnya menggelengkan kepala.

"Mending nyari yang lain deh, daripada pengen liat mereka. Mau sama siapa coba, musuhnya aja nggak ada. Ya kali sama tembok." Ujarnya berjalan pergi.

Beby yang sedaritadi sembunyi hanya mampu tersenyum mendengar ucapan Shania. Dia mencoba melihat apa yang tadi Shania lihat. Senyumnya mengembang ketika mengetahui apa yang tadi gadis jangkung itu perhatikan.

Sementara Kinal yang tadi siang memilih pergi ke kamarnya, baru saja membuka matanya. Dia merenggangkan tubuhnya dan tersenyum lebar merasakan puas tidur dengan waktu yang lama.

Dia beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.  Memang kamar mandi di Villa ini berada di luar kamar. Jadi, kamar mandi bersama karena hanya ada satu.

The Angels Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang