Author Pov
Kini Nabilah dan Kinal sedang duduk di dalam mobil bersama Veranda juga Gaby. Sudah tiga hari setelah Beby di tahan di rumah sang Opa. Keduanya berusaha mencari cara agar mereka bisa membuat Beby kembali bangkit dan tidak terus-menerus melakukan mogok makan seperti beberapa hari yang mereka tahu dari seorang pelayan di sana.
"Gimana?" Pertanyaan Gaby membuka obrolan di dalam mobil. Nabilah menghela nafasnya pelan dan mengindikan bahu. Ia tidak tahu harus melakukan cara apa lagi untuk bisa bertemu dengan Beby.
"Kita udah tiga hari ke sana dan tetep nggak di bolehin masuk, yang katanya harus nunggu izin Opa lah, nggak di bolehin ketemu lah, ya kali naik ke atas lewat jendela." Ketiganya langsung menatap Nabilah serempak saat mendengar ucapan Nabilah.
"Apa?" Tanya Nabilah bingung karena di tatap seperti itu.
"Tuh, Bil, manjat ke jendela kamarnya Beby." Kata Kinal menaik turunkan alisnya.
"Pale lo noh manjat ke jendela. Itu lantai empat, lo sendiri aja yang naik, gue ogah." Ujar Nabilah memakan snack yang dia pangku.
"Ya terus kita gimana dong, Bil? Lo kan tau Beby udah nggak makan tiga hari dan cuma minta minum. Kembung-kembung dah tuh perut dia." Keempatnya menyandarkan tubuh mereka ke sandaran kursi mobil. Veranda menoleh ke jendela sampingnya, menatap sendu pada rumah di seberang mereka.
Memang sekarang mereka sedang berada di seberang rumah Opa ketiga sepupu itu. Mencari cara bersama agar bisa membuat Beby mau makan dan kembali fit seperti semula agar gadis itu bisa secepatnya keluar dari sana untuk mencari Shania juga.
"Bentar deh, kalian kan cuma nggak di bolehin ketemu, kan? Berarti boleh dong denger suaranya Beby? Seenggaknya kita tau dia baik-baik aja dan nggak di siksa." Semua mata langsung menatap Gaby yang sedang menaikan satu alisnya. Kinal mengangguk, menyetujui apa yang Gaby ucapkan.
"Bener kata Gaby, kita emang nggak bisa liat Beby, tapi kita bisa denger suara dia. Kan ngomong depan pintu juga bisa, jadi nggak usah liat muka dia." Ucap Kinal mengambil tasnya yang ada di antara Gaby dan Veranda.
"Mau ngapain sama tas, Nal?" Tanya Nabilah heran.
"Pegel gue kalo mesti neriakin tuh kepala batu, mending gue tulis aja, dia mana mau bersuara. Mending gue tulis dan dia baca. Gue yakin, tiga hari nggak makan dia masih bisa baca kok." Ujar Kinal membuka pintu mobil.
"Tapi dia kan, nggak makan, Nal." Ucap Veranda menatap Kinal datar.
"Dia nggak makan, tapi dia masih minum. Seenggaknya dia nggak dehidrasi dan tiga hari nggak makan juga nggak bikin dia mati." Ketiganya menghela nafas kasar mendengar ucapan Kinal yang selalu saja ada jawabannya. Padahal mereka yakin kalau Kinal sama khawatirnya dengan mereka akan keadaan Beby sekarang ini.
"Dah, gue pergi dulu ke tempat berperang. Ve, doain aku ya? Semoga aku kembali dengan selamat. Bil, jagain Ve, ya? Kasih makan dia kalo gue lama di dalem." Nabilah, Veranda dan Gaby langsung menepuk jidat mendengar kedramatisan Kinal.
"Lo mau ketemu Beby, bukan ketemu teroris. Udah sono! Buruan! Malah ngoceh." Setelah mendengar ucapan Nabilah, Kinal hanya menyengir dan segera berlari menyeberang dan memasuki pintu gerbang besar yang ada di depan rumah sang Opa.
"Itu gerbang dah kek istana dah." Gumam Nabilah menggelengkan kepalanya.
*****
Saat Kinal membuka pintu rumah di depannya itu, semua pelayan yang sedang bekerja serempak berhenti dan membungkukan badan mereka, menyambut Nona tertua mereka. Tanpa berucap sedikitpun, Kinal berjalan mendekati lift yang ada di dekat sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Angels Of Love
FanfictionSeiring berjalannya waktu, mereka sedikit demi sedikit luluh akan apa yang di perbuat Shania. Beby yang awalnya tidak menyukai Shania, akhirnya mengakui perasaan yang selama ini tidak ia percayai. Dan Kinal, mengakui semua yang dia rasakan pada saha...