Author Pov
Saat ini Nabilah berdiri tepat di hadapan Gaby. Gadis berlesung pipi itu tampak bingung dengan ekspresi Nabilah yang tidak biasa. Apa lagi, beberapa hari ini Nabilah sering sekali mengirimkannya setangkai bunga mawar merah namun selalu di elak oleh Nabilah.
"Kenapa?" Tanya Gaby masih kebingungan.
"Kamu tiap hari dapet bunga, 'kan?" Gaby mengerutkan keningnya dan kemudian mengangguk kecil. "Iya, 'kan dari kamu toh?" Ucap Gaby menaikan satu alisnya.
Nabilah menghela nafasnya pelan dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Beberapa hari ini otaknya dibuat stress oleh tugas-tugasnya di tambah dengan beberapa masalah kecil antar dirinya dengan Gaby. Tapi kali ini masalah yang kecil itu mulai berkembang dengan ucapan Beby yang memberitahukan kalau salah satu anak buahnya mendapati seorang pemuda menyimpan setangkai bunga mawar di dalam loker Gaby.
Nabilah kembali menatap Gaby yang sedari tadi kebingungan. "Apa kamu lagi deket sama orang?"
"Hah? Kok tiba-tiba kamu tanya gitu?"
"Aku cuma mau mastiin, Gab, salah?"
"Nggak, Bil, nggak salah. Tapi itu terkesan kamu lagi interogasi aku seakan kamu nggak percaya sama aku."
"Bukan gitu, Gab, aku cuma..."
Nabilah sejenak terdiam dan sedikit menggigit bibir bawahnya. Rasanya gengsi sekali mengatakan kalau dirinya sedang cemburu.
"Cuma apa? Cuma mau mastiin aku nggak duain kamu? Bisa-bisanya ya, kamu mikir kayak gitu ke aku? Padahal aku tau kalo bunga itu dari ka-"
"Bukan, Gab! Bukan aku yang ngirim bunga itu! Udah dari waktu itu aku bilang ke kamu, bukan aku yang ngirim." Secepatnya Nabilah menyela ucapan Gaby. Dia memang berkata jujur, bukan dia yang mengirimkan mawar tanpa nama itu pada Gaby setiap harinya.
"Kamu nggak usah bohong deh, aku yakin kamu bilang gitu karena kamu malu, 'kan?" Lagi-lagi Gaby berkata hal yang sama seperti sebelum-sebelumnya. Padahal sudah Nabilah bilang kalau bukan dirinya yang memberikan bunga itu.
"Sumpah! Bukan ak-"
"Permisi!"
Keduanya menoleh dan mendapati seorang pemuda berjaket putih dengan tinggi lebih dari Nabilah sedang menatap tidak enak pada keduanya. Pemuda itu sedikit melirik Gaby yang sudah tersenyum padanya. Sementara Nabilah tampak berfikir sebentar.
"Cowok itu badannya sedikit lebih tinggi dari lo, alisnya tebel, rahangnya nggak begitu gede, rambutnya lurus dan kulitnya putih. Itu sih, yang gue denger dari anak buah gue."
Penjelasan Beby tadi pagi membuatnya langsung menatap tajam pada pemuda itu. Bukan tanpa alasan dia menatap pemuda itu sedemikian rupa. Itu karena ciri-ciri yang Beby sebutkan ada pada pemuda di hadapannya. Dengan perasaan yang tiba-tiba di penuhi amarah, tangan Nabilah langsung menarik kerah jaket pemuda itu sampai tubuh pemuda itu mendekat kepadanya.
"Lo 'kan yang ngirim-ngirim bunga mawar itu ke Gaby? Ngaku lo!" Bentakan Nabilah membuat Gaby mendelik dan berusaha melepaskan cengkeraman tangan Nabilah dari jaket pemuda itu yang tampak terkejut dan sedikit ketakutan.
"Nabilah! Apa-apaan sih?! Lepas! Aku bilang lepas! Dia junior aku!"
Sekuat tenaga Gaby menarik tangan Nabilah hingga terlepas dari jaket pemuda yang sudah meringis itu. Nafasnya naik-turun menandakan kalau emosinya benar-benar sedang di puncak. Bahkan wajahnya sampai memerah karena menahan amarah agar Gaby tidak lebih marah dari ini.
"Kamu gapapa, El? Maaf, ya? Dia emang rada gila. Kamu kenapa ke sini?" Nabilah membuang pandangannya dan berjalan sedikit menjauh dari sana. Dia merasa muak melihat wajah pemuda yang sedang mengobrol dengan Gaby. Rasanya dia tidak puas jika tangannya tidak memukul pemuda yang dia tebak adalah pelaku pemberi bunga mawar merah pada Gaby.
![](https://img.wattpad.com/cover/116408893-288-k290238.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Angels Of Love
Fiksi PenggemarSeiring berjalannya waktu, mereka sedikit demi sedikit luluh akan apa yang di perbuat Shania. Beby yang awalnya tidak menyukai Shania, akhirnya mengakui perasaan yang selama ini tidak ia percayai. Dan Kinal, mengakui semua yang dia rasakan pada saha...