Author Pov
Sekitar pukul 7 malam, Nabilah baru saja pulang. Niat awalnya untuk berganti pakaian karena seharian mencari Gaby yang tiba-tiba menghilang, tapi sesampainya di rumah, dia melihat Beby yang entah kenapa marah-marah tidak jelas.
"AAARRGGHH!!! TAI!" Tendangan di dinding itu terdengar oleh telinga Nabilah yang masih berdiri di pintu rumah. Matanya terus memperhatikan Beby yang memukul-mukul dinding di depannya.
"Tai kucing apa tai anjing, Beb?" Celetuk Nabilah yang malah dibalas Beby.
"Tai anjing!" Seru Beby yang membuat Nabilah tertawa kecil mendapat jawaban itu. Padahal Nabilah niatnya hanya bercanda tapi ternyata dibalas oleh sepupunya.
"Lo kenapa?" Tanya Nabilah mulai duduk di sofa ruang tamu.
"Tau! Pokoknya gue marah!" Nabilah menaikan sebelah alisnya mendengar teriakan Beby. Tak lama dia bisa melihat sepupunya itu berjalan ke kamarnya dengan menghentak-hentakan kakinya. Dia bisa menebak kalau Beby ribut dengan Shania entah karena apa. Tapi mau bagaimanapun, urusannya lebih emergency daripada mengurusi urusan sepupunya yang kadang-kadang aneh, pikirnya.
Nabilah menghela nafasnya pelan dan tangannya mengambil ponsel yang ada dalam saku jaketnya. Di tatapnya layar ponsel yang menampilkan foto Gaby. Entah mengapa gadisnya itu tiba-tiba menghilang siang tadi setelah makan siang bersamanya. Saat dia meneleponnya pun, tidak ada jawaban. Nabilah hanya takut Gaby di culik oleh komplotan Opanya. Tapi dia juga harus berfikir positif sebelum bertindak. Ingin berbicara dengan Beby, tapi keadaan Beby sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
"Mandi dulu kali, ya? Haaahh... semoga kamu gapapa, sayang." Gumam Nabilah mulai beranjak dari duduknya dan pergi ke kamarnya dengan hati yang tidak menentu.
*****
Setelah membersihkan diri, Nabilah sibuk menghubungi anak buahnya yang kini mendapat tugas untuk mencari keberadaan Gaby. Karena memang orang tua Gaby juga menanyakan keberadaan Gaby padanya. Begitu pula dengan Shania. Gadis itu tidak hentinya menghubungi Nabilah, menanyakan apakah ada kabar dari Gaby.
Helaan panjang keluar dari mulut Nabilah. Dia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Ponsel Gaby tidak bisa di hubungi dan dia tidak tahu sekarang gadis itu berada dimana. Di usapnya dengan kasar rambutnya yang masih basah. Bibirnya pun di gigit sedikit sembari tangan kirinya memijat-mijat pelipisnya yang terasa pusing.
"Kamu dimana sih, Gab? Apa gue minta bantuan Kinal, ya? Tapi kan, Kinal di Perancis sebulan. Ya, masa gue gangguin dia." Gumam Nabilah menyandarkan kepalanya di sandaran kursi yang dia duduki.
Saat dia sedang berfikir keras, sebuah ide pun muncul di kepalanya. Dia segera menghubungi seseorang yang setidaknya bisa membantunya membicarakan hal ini pada sepupunya. Beberapa lama menunggu jawaban, akhirnya panggilannya diangkat juga.
"Hallo, Kak Ve! Akhirnya diangkat juga."
"....."
"Kak Ve, aku mau curhaaaat. Aku bingung mesti curhat ke siapa, Beby dari tadi marah-marah nggak jelas. Mau nelpon Kinal, aku takut ganggu dia. Jadinya aku telpon Kak Ve aja deh. Kan kalo sama Kak Ve, semuanya bisa lancar jaya hahaha ganggu ya, Kak?"
"......"
"Namanya penyanyi, Kak, sekali tarikan napas, langsung keluar dah tuh hehehe. Syukur deh, Kak kalo nggak ganggu. Nabilah takut ganggu."
"......."
"Gaby ilang, Kak..."
"......."
"Nggak tau, Kak. Nabilah bingung mesti curhat ke siapa. Apa lagi Gaby beberapa hari ini cerita ke aku kalo dia di ikutin orang gitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Angels Of Love
FanfictionSeiring berjalannya waktu, mereka sedikit demi sedikit luluh akan apa yang di perbuat Shania. Beby yang awalnya tidak menyukai Shania, akhirnya mengakui perasaan yang selama ini tidak ia percayai. Dan Kinal, mengakui semua yang dia rasakan pada saha...