1

6.3K 387 34
                                    

Author Pov

"Lagi? Kamu ngelakuin hal itu di depan aku, Nal?" Pertanyaan dari seorang gadis manis memecahkan suasana yang sempat panas. Gadis lainnya menyudahi kegiatannya bersama "pacar"nya itu. Dia menoleh dan menatap gadis manis yang sudah menghancurkan momennya bersama pacar barunya. Dia mendekat dan menatap tajam gadis itu.

"Apa urusan lo? Gue bukan siapa-siapa lo. So, gak usah ngurusin hidup gue. Dia pacar baru gue. Kenapa? Gak suka? Hm?" Tanya gadis bergingsul itu dengan ekspresi yang tak dapat di jelaskan.

"Ve!" Panggilan seseorang membuat keduanya menoleh ke asal suara. Terlihat di dekat pintu kelas seorang gadis tomboy berwajah dingin menatap tajam pada gadis yang sekarang memasang wajah tengilnya.

"Beb...." Lirih gadis manis itu sambil tertunduk menahan tangis.

"Ayo kita jalan. Gak usah kesini lagi." Ucap gadis yang dipanggil 'Beb' tadi. Dia menggandeng Ve untuk berjalan keluar dari kelas tersebut.

"Lo masih kuliah disini? Kenapa lo gak keluar aja dari keluarga gue? Toh lo gak mungkin bener-bener sepupu gue." Ucapan Kinal membuat Ve dan Beby berhenti. Beby menoleh ke arah Kinal yg memasang ekspresi dinginnya. Dia tak pernah peduli dengan keluarga barunya yang baru dia ketahui satu tahun lalu. Dia terus berjalan menuju motor sport yang di parkir dekat sana.

"Nih helmnya pake dulu. Gak bawa jaket ya? Kebiasaan. Nih pake jaket aku." Ucap Beby yang memberikan helm berwarna biru muda dan jaket hitamnya. Ve tersenyum mendapat perlakuan manis itu. Dia mengambilnya dari tangan Beby yang membalas senyumnya.

"Siap? Mari kita berangkat!" Ucap Beby dengan ceria. Ve hanya terkekeh geli dan tidak lupa melingkarkan kedua tangannya dipinggang Beby.

"Beb."

"Ya?!"

"Eemm... Gak jadi deh hehehehe."

Ve diam menatap pantulan Beby yang tidak menutup kaca helm full facenya itu di kaca spion. Gadis yang unik. Terlihat dingin saat bersama orang lain kecuali dirinya. Beby selalu menunjukkan sikap hangatnya terhadap Ve meski sesekali sikap dinginnya itu terlihat namun sangat jarang.

Makasih, Beb. Kamu selalu datang disaat aku butuh kamu. Batin Ve tersenyum tipis.

*****

"Aku pulang ya? Kamu bisa pulang sendiri kan?" Tanya Kinal pada pacar barunya itu. Mereka sedang berjalan ke arah area parkir mobil di kampus ternama di Jakarta.

"Iya, aku bawa mobil sendiri kok. Kamu hati-hati ya? Love you. Muach." Kecupan singkat mendarat dibibir Kinal yg langsung merekahkan senyum palsunya.

"Daaaah ,Sin." Ucap Kinal memasuki mobil sport warna biru metalik. Entah sejak kapan dia mengubah warna kesukaannya menjadi warna biru. Padahal dia sangat tahu karna siapa dia menyukai warna biru. Dia lajukan mobilnya dengan kencang. Hatinya benar-benar marah saat ini. Matanya menatap tajam ke depan seakan ingin memecahkan kaca depannya.

Sepanjang jalan dia terus memikirkan seseorang yang sebenarnya memenuhi hatinya selama ini. Tapi karena sesuatu, dia harus mengabaikan perasaannya yang terpendam.

Dia memberhentikan mobilnya disebuah rumah yang sangat mewah. Rumah yang hanya ditinggali oleh ketiga sepupu yang tidak pernah akur.

"Selamat siang, nona muda." Sapaan dari pelayan yg ada dirumah itu tidak pernah digubris oleh Kinal. Dia terus berjalan menuju kamarnya. Sebelum dia melanjutkan jalannya, dia berhenti di depan ruang keluarga. Disana terlihat seorang gadis yang sedang memetik gitarnya asal dan masih mengenakan seragam olahraga SMA berwarna putih biru.

The Angels Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang