Tanpa takut tersandung, aku menaiki satu persatu anak tangga setelah berhasil mendapatkan satu slot parkir yang kosong. Harusnya, hari ini aku tak datang kemari. Tempat yang paling kubenci, sekaligus kucintai.
"Tunggu!" teriakku ketika melihat pintu lift yang masih berada sejauh lima langkah dari tempatku berdiri bergerak menutup. Tak ada yang peduli. Pintu lift itu tetap saja menutup dan pergi ke tujuannya tanpa diriku. Aku menghela napas panjang sambil menggigiti bibir yang tak punya salah apa-apa. Beberapa orang lalu-lalang di sekitarku. Suasananya benar-benar tak seperti biasa. Seingatku, tempat ini memang kadang mencekam, tapi tidak dengan hari ini. Auranya lebih mengerikan. Ah, semoga ini hanya perasaanku saja.
Kulirik arloji di pergelangan tangan kananku. Aku terlambat sepuluh menit dan angka berwarna merah yang menyala tepat di atas pintu lift tadi masih menampilkan angka lima. Baiklah, aku tak punya pilihan lain selain berlari menaiki anak tangga darurat agar bisa sampai di lantai tiga. Kudorong pintu berat di ujung lorong dengan tulisan exit berwarna merah tepat di atasnya. Tak ada siapa-siapa di sana. Dan aku benci itu. Derap langkahku seketika menciptakan gema di ruangan serbaputih itu. Namun, tubuhku mendadak berontak. Tak ingin lagi bergerak, karena rasa sakit yang mendadak timbul di area perut bagian bawah. Satu tanganku mencengkeram pegangan tangga yang dingin, sementara satu tangan lainnya memegang perut yang terasa kaku. "Kumohon jangan sekarang," kataku lirih sambil mengatur napas.
Kakiku kembali bergerak ketika rasa sakit itu perlahan memudar. Meski sedikit tertatih, tapi aku berhasil tiba di lantai tiga. Kedatanganku disambut oleh Amanda yang entah bagaimana ia seolah tahu aku akan muncul dari balik pintu tangga darurat.
"Akhirnya kamu datang juga!" pekiknya dengan tampang tak keruan. Stetoskop melingkar di lehernya yang jenjang, sementara rambutnya diikat asal. Jas putih yang ia kenakan tampak kusut, sementara satu tangan memegang lembaran kertas yang sama kusutnya.
Napasku masih terengah, tapi aku tahu Amanda butuh bantuan. Aku hanya mengangguk cepat sambil menyentuh bahunya sekilas, sebelum akhirnya berlari ke arah ruangan yang berada di seberang lift. Beruntung, rasa sakit yang tadi menyiksaku sudah lenyap tak berbekas. Kuputar kenop pintu ruangan itu. Tak ada siapapun di sana. Kulemparkan tas yang sedari tadi menggantung di bahuku ke dalam loker dan tergesa-gesa melepas jaket yang kukenakan.
Pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka. Amanda berdiri bersandar, menatapku dengan pandangan lelah.
"Ada berapa banyak yang harus kita tangani?" tanyaku sambil menutup pintu loker yang meninggalkan bunyi 'klik' halus, setelah mengambil stetoskop dari dalam sana.
"Sebanyak mungkin," jawab Amanda yang pagi itu sepertinya lupa tidak mengenakan makeup andalannya. Kantung matanya terlihat jelas, meski tak sehitam dan selucu panda. "Keadaan UGD benar-benar mengerikan," sambungnya sambil mengikuti langkahku keluar dari ruangan khusus dokter itu.
Lidahku mendadak kelu. Entah mengapa aku malah membayangkan raut wajah keluarga para korban saat ini. Kecelakaan di salah satu ruas jalan tol pagi ini telah mengakibatkan puluhan nyawa melayang dan sisanya mengalami luka berat. Pemandangan seperti ini sudah sering kulihat, tapi hingga kini aku masih tetap setiap membencinya. Mungkin, karena aku masih teringat pada Mama yang meninggal karena hal yang sama, kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan yang tak seharusnya terjadi. Kecelakaan yang terpaksa harus terjadi, karena kesalahanku. Akibat dosaku.
***
Hai, akhirnya saya kembali setelah sekian lama memutuskan untuk berhenti dengan kisah Reinayya dan Bagas yang jujur aja bikin seteres hahaha.
Untungnya ada malaikat yang berhasil memaksa saya untuk kembali menuntaskan kisah ini demi kalian penggemar setia Married by Accident sejak 2017 lalu (lama yee ... huhuhu)
Mulai malam ini saya akan update MBA sampai tuntas sesuai versi aslinya, eh nggak ding. Ada beberapa part terakhir yang saya unpublish karena cerita ini AKHIRNYA akan diterbitkan jadi sebuah buku!
Selamat membaca dan melepas rindu, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] Married by Accident
RomanceKisah tentang seorang dokter muda bernama Reinayya yang dihadapkan pada satu kenyataan tragis. Gadis itu harus mengganti segala kerusakan, sekaligus bertanggungjawab untuk biaya pengobatan Bagas sekeluarga, korban kecelakaan yang disebabkan karena u...