Chapter 60

4.9K 271 1
                                    

Aku sedang berdiri membaca laporan di depan monitor yang ada di dekat meja Jenna sore itu. Bagiku, hari ini benar-benar melelahkan. Setelah penanganan khusus untuk pasienku yang bernama Elena Jones, aku dihadapkan oleh lelaki yang mengalami luka di lengan kirinya. Ia mati-matian ingin agar lengannya diamputasi karena menganggap lengan itu bukan miliknya. Beruntung, ia segera dialihkan pada Dokter Waltson, ahli kejiwaan.

"Rei," panggil Josh dengan suaranya yang khas di telingaku.

Aku memutar tubuh dan melihat lelaki itu berdiri tak jauh dariku. Ia membawa sebuah iPad yang kuyakini berisi suatu informasi. "Ya. Ada apa, Josh?"

"Kamu harus lihat ini. Hasil CT Elena Jones. Para dokter bedah sudah berhasil memperbaiki lukanya, tetapi aku tidak yakin dengan apa yang akan terjadi padanya selain..." Josh memberikan iPad itu padaku.

Tanganku meraihnya dan sesaat meneliti deretan kata yang tertulis di sana. Hasil CT Scan Elena Jones sangat buruk dan aku harus bertindak sebagai pembawa berita buruk itu pada suaminya. Sejenak, aku menatap Josh. Kemudian, berjalan menuju ruangan Elena dirawat, di lantai 6. Josh mengikutiku. Tak ada obrolan sepanjang ia berjalan di sampingku. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Aku pun tak begitu penasaran kali ini.

Aku mengetuk pintu perawatan Elena perlahan, karena aku tahu suaminya berada di dalam, menanti keajaiban.

"Tuan Jones. Kenalkan nama saya dokter Hawkins, dan ini dokter Evans," kataku memperkenalkan diri.

Lelaki dengan tubuh tambun dan mata berkaca-kaca itu menatapku, lalu mengangguk lesu.

"Kami baru saja melihat hasil CT Scan istri Anda. Maafkan aku, karena harus memberimu kabar buruk. Kerusakan di kepala istrimu sangat parah," jelasku.

"Sangat parah?" suaranya parau.

"Jantungnya berdetak, tetapi ventilator yang menjaganya tetap hidup," tambah Josh ketika ia menyadari aku tercekat.

"Cedera otaknya tak bisa diatasi dan kami turut menyesal karena itu," ucapku lagi.

"Elena tidak akan pernah bangun. Kami turut prihatin," giliran Josh.

"Tidak ... Tidak ..." Suami Elena terlihat sangat terpukul. Matanya menerawang dengan tubuh gemetar yang perlahan kembali duduk, di samping istrinya.

"Tuan Jones, gunakan waktu selama yang Anda butuhkan. Sebelum kami melepas ventilator yang melekat di tubuh Elena," kata Josh. "Seseorang akan kemari untuk berbicara denganmu tentang donasi organ. Sekali lagi, kami turut prihatin," kata Josh yang kemudian menarikku keluar dari sana.

Kami berjalan menuju meja perawat. "Cindy, hubungi Patrick di Hope Foundation. Tapi kita tetap akan memberi Tuan Jones waktu untuk mencerna ini semua. Mengerti?" kata Josh.

Cindy mengangguk tanda mengerti akan perintah Josh.

"Thanks," jawab Josh yang kemudian kembali ke tempatku berdiri menatapnya.

"Dokter Hawkins, dokter Evans." Tiba-tiba suami Elena keluar ruangan dan mengejar kami. "Soal donasi organ ..."

"Anda tidak perlu memikirkan soal itu sekarang," kataku.

"Tidak. Aku dan Elena sedang berusaha agar memiliki anak. Bahkan, kami sudah berusaha sejak berbulan-bulan lalu. Aku pernah membaca suatu kisah, bahwa kita tetap bisa menggunakan sel telur seseorang saat mereka dalam kondisi seperti Elena. Ya, untuk membuat seorang bayi," jelasnya.

Aku dan Josh saling pandang.

"Ya, Anda benar tentang itu," Josh menjawabnya ketika menyadari aku hanya bungkam.

"Itu yang aku ingin lakukan. Aku ingin seorang anak. Anak kami," katanya lagi.

"Baik, Tuan Jones. Tapi kami perlu berdiskusi dulu dengan tim terkait," jawab Josh yang berbuntut ekspresi lega bercampur girang di wajah suami Elena itu. Gurat kesedihan tetap terpancar, tetapi setidaknya ia merasa akan ada harapan agar tetap bisa memiliki bayi dari istrinya itu.

"Kamu yakin?" tanyaku ketika berjalan memasuki lift.

"Setahuku, rumah sakit ini memiliki protokol seperti itu. Elena Jones akan mendapat bantuan hidup selama dua minggu untuk terapi stimulasi hormon. Itu prosedur yang rumit dan lumayan mahal," kata Josh.

"Tapi dia sepertinya sangat yakin untuk tetap melakukannya." Tanganku menekan tombol bertuliskan angka 1.

"Ya. Nanti aku akan bicara dengan bagian Ginekologi," katanya sebelum kami akhirnya meluncur di dalam lift.

[TAMAT] Married by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang