Chapter 13

10.8K 684 100
                                    

Apa kabar, Ma?

Mama tentu baik-baik aja kan di sana. Semoga memang seperti itu ya, Ma, jadi Mama nggak perlu merasakan sakit seperti Rei sekarang. Nggak hanya tubuh, hati Rei juga sakit, Ma. Kenapa Aldo tega melakukan ini semua ke orang yang nggak bersalah? Harusnya, Rei yang dipenjara, bukan Bagas, korban kecelakaan itu. Sebenarnya apa rencana Tuhan, Ma? Rei nggak pernah bisa mengerti semua jalan yang telah dipilihkan Dia untuk Rei di sini. Semuanya terlalu abstrak dan random. Terlalu berat untuk Rei jalani, apalagi setelah Mama pergi dan sekarang, Rei harus kembali berhadapan sama Brian.

Pulpen di tanganku yang tadinya menari lincah di atas kertas putih bergaris itu mendadak berhenti bergerak. Aku meletakkannya begitu saja di meja dan kemudian melipat kertas surat untuk Mama yang baru saja kutulis. Lembaran surat itu aku masukkan ke dalam amplop putih yang kemudian kujadikan satu dengan ratusan surat lainnya yang sengaja aku tulis untuk Mama sebagai ungkapan isi hatiku selama ini, setelah kepergiannya. Aku ikat surat itu dengan sehelai pita berwarna merah, sebelum menghilang di balik laci meja.

Dua minggu berlalu pasca kecelakaan itu terjadi. Kesehatanku berangsur membaik. Setiap hari aku berada di rumah, bersama Amanda yang dengan senang hati menemaniku tinggal setelah cuti Kak Jordy usai. Dari Amanda pula, aku tahu seperti apa kondisi Bagas sekarang. Sejenak aku bersyukur, bahwa laki-laki itu sudah sadar, kesehatannya juga semakin membaik dan kondisinya stabil. Sementara Aldo, menghilang begitu saja. Tak pernah ada telepon atau pun pesan singkat yang kuterima. Entah kemana dia pergi. Yang jelas, aku masih butuh penjelasan darinya tentang semua ini. Aku tidak habis pikir bahwa dia tega memutarbalikkan fakta bahkan memfitnah orang lain hanya untuk membersihkan namanya.

Hampir semua waktuku di rumah, kugunakan untuk melacak keberadaan Aldo melalui setiap sosial media yang ia miliki. Instagram hingga Twitter dan tak ada apapun di sana. Bahkan aku mencari berita tentang kecelakaan itu di Google dan tak bisa kutemukan satu pun. Namun, aku tak menyerah. Aku pasti bisa menemukan Aldo dan menghentikan omong kosong ini, lalu mengembalikan semuanya ke posisi semula. Jika memang aku harus masuk bui, aku rela asal bukan orang lain yang menanggung kesalahanku seperti sekarang ini.

"Rei, aku ke rumah sakit dulu ya. Sarapan kamu sudah aku siapkan di meja. Untuk makan siangnya nanti aku bawain, kebetulan hari ini jadwalku cuma setengah hari," kata Amanda sambil mondar mandir mengambil tas dan jasnya yang tergeletak di kursi, lalu kembali lagi ke ujung meja untuk mengambil kunci mobilnya.

"Bawain McD ya!" pintaku sambil nyengir.

Amanda berbalik memutar tubuhnya menatapku lagi. "Serius?"

Aku mengangguk cepat.

"Milo-nya?" Amanda masih tampak bingung.

"Masa aku harus makan siang cuma minum Milo, sih?" protesku.

"Nah, itu tadi kamu minta dibawain McDonalds kan? Sejak kapan kamu jadi penggemar junkfood?"

"Kamu terlalu banyak pertanyaan deh. Mending buruan berangkat, daripada telat!" kataku sambil berjalan ke ruang tengah dan menyalakan TV.

"Aneh," gumam Amanda yang masih bisa kudengar. "Berangkat dulu ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawabku dengan rasa bahagia dalam hati. Aku berhasil membuat Amanda lebih lama sampai di rumah siang nanti. Sebenarnya, aku menyimpan sebuah rencana kenapa aku menginginkan dia membawakan McD. Bukan karena aku sudah berdamai dengan junkfood, tapi lebih karena letak restoran cepat saji itu lumayan jauh dari RS dan itu tentu saja, akan menyita lebih banyak waktu bagi Amanda untuk sampai di rumah.

Aku beranjak dari atas sofa, berjalan menuju kamar untuk mengambil jaket dan tas. Kudengar bunyi mesin di luar sana. Mobil Amanda bergerak perlahan meninggalkan halaman rumahku. Setidaknya, aku harus menunggu beberapa menit lagi sebelum memberanikan diri untuk menyetir. Hanya ini kesempatan yang kumiliki untuk menemui Aldo. Entah darimana keyakinanku berasal kalau lelaki brengsek itu hari ini ada di rumah, yang jelas aku hanya ingin pergi menemuinya. Menuntut jawaban atas segala pertanyaan yang selama ini menghantuiku. Itu saja.


***


Terima kasih sudah membaca Married by Accident.

Jangan lupa vote dan comment, ya! :)



[TAMAT] Married by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang